Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menjaga Dungun Terakhir, Komitmen ITA pada Kelestarian Pohon Tua

Pohon dungun, atau dalam literatur ilmiah disebut Heritiera littoralis, dikenal sebagai jenis pohon mangrove besar yang tumbuh di kawasan pesisir berair payau.
Pohon dungun/Istimewa
Pohon dungun/Istimewa

Bisnis.com, PEKANBARU -- Di tepi Kampung Bunsur, Kecamatan Sei Apit, Kabupaten Siak, berdiri satu pohon tua yang menolak tumbang.

Menjulang setinggi sekitar 25 meter dengan batang berdiameter 60 sentimeter, pohon yang dikenal warga sebagai dungun ini menjadi saksi bisu perubahan garis pantai yang terus merangsek. Kini, dia berdiri sendiri, sebagai pohon dungun terakhir yang tersisa di kampung itu.

Pohon dungun, atau dalam literatur ilmiah disebut Heritiera littoralis, dikenal sebagai jenis pohon mangrove besar yang tumbuh di kawasan pesisir berair payau.

Usia pohon dengan ukuran sebesar itu diperkirakan telah mencapai antara 70 hingga 90 tahun. Dia tumbuh lambat namun kuat, memiliki akar napas (pneumatofor) yang mencuat dari tanah, berfungsi untuk menyerap oksigen dan menahan erosi.

Sayangnya, keperkasaan alami itu kini kian terancam. Jarak pohon ini dari bibir pantai tinggal sekitar 15 meter. Dua pohon dungun lain yang sebelumnya tumbuh lebih dekat ke laut telah mati.

Akarnya tergerus abrasi, batangnya mengering dan akhirnya tumbang. Menurut warga, abrasi di kampung mereka terjadi rata-rata 0,5 hingga 1 meter per tahun, gerusan yang perlahan tetapi pasti mengikis tepian daratan Bunsur.

Jumadi, Ketua Kelompok Mangrove Alur Kuala Bunsur, atau yang akrab disapa Atek, menjadi salah satu penjaga alam yang terus memantau kondisi ini dari dekat. Dia menyaksikan sendiri bagaimana satu demi satu pohon pesisir kehilangan pijakan.

"Kalau ini yang terakhir juga tumbang, habislah sudah. Tidak ada lagi penyangga alam di sini," ujar Atek lirih.

Pohon dungun tak sekadar tegakan kayu. Dalam kehidupan masyarakat pesisir, dia adalah simbol ketahanan dan kebermanfaatan. Kayunya yang padat dan tahan air dulu digunakan untuk membuat kapal, perahu, bahkan tiang rumah.

Daunnya yang lebar dan mengilap toleran terhadap semprotan garam laut dan buahnya yang bersayap menyebar dengan mengapung di air, strategi adaptasi khas tumbuhan mangrove. Dungun juga berperan penting sebagai habitat bagi biota pesisir seperti ikan, kepiting, dan burung.

Kini, keberadaan pohon dungun tua ini tak hanya menjadi penjaga tanah, tetapi juga penjaga marwah. Dalam sebuah pertemuan dengan manajemen perusahaan Energi Mega Persada (EMP) di kediamannya di Siak baru-baru ini, Bupati Siak Afni Zulkifli memberikan pernyataan yang menggugah.

"Tolong jaga agar dungun ini tidak jatuh ke laut. Kalau dungun ini jatuh ke laut, maka marwah Siak dan marwah EMP juga jatuh. Karena itu mari sama-sama kita menjaganya," kata Afni.

Siap Dukung Pelestarian

Menanggapi hal tersebut, Area Manager PT Imbang Tata Alam (ITA), perusahaan yang tergabung dalam EMP Group dan beroperasi di Kabupaten Siak, Bonar Ari Nindito, menyatakan komitmen perusahaannya dalam mendukung upaya pelestarian lingkungan dan pencegahan abrasi pantai.

"Kami telah melakukan berbagai kerja sama dengan kelompok-kelompok pencinta mangrove, baik yang ada di Kabupaten Siak maupun daerah lainnya, melakukan berbagai kegiatan seperti penanaman mangrove, pembibitan, serta edukasi kepada masyarakat, siswa, dan mahasiswa," ujar Bonar, Minggu (15/6/2025).

Dia menyebut salah satu kerja sama yang telah dilakukan adalah dengan Kelompok Mangrove Sungai Bersejarah, yang kini telah berkembang menjadi kawasan ekowisata.

PT ITA turut mendukung dengan membangun jembatan, musala, toilet, serta menyelenggarakan berbagai kegiatan edukatif bertema mangrove.

Bonar memastikan pihaknya siap bekerja sama dengan Kelompok Mangrove Alur Kuala Bunsur maupun Pemerintah Kabupaten Siak untuk menjaga agar abrasi tidak semakin parah dan pohon dungun tua itu tetap terpelihara.

Masyarakat setempat, termasuk Kelompok Mangrove Alur Kuala Bunsur, berharap ada dukungan konkret, baik dari pemerintah daerah maupun dari perusahaan yang beroperasi di sekitar wilayah Sei Apit, agar ekosistem pesisir ini tidak hanya dijaga di atas kertas, tetapi dipelihara dengan tindakan langsung.

“Kalau tidak sekarang, kapan lagi? Kalau tidak kita, siapa lagi yang akan jaga?” ucap Atek.

Satu pohon dungun tua, satu garis pertahanan terakhir. Di tengah gelombang yang terus mendekat dan tanah yang terus tergerus, pohon ini berdiri sebagai simbol keteguhan dan peringatan.

Dia menunggu, bukan untuk tumbang, tetapi untuk dijaga. Sebab jika pohon itu hilang, maka yang hilang bukan hanya akar dan batang, tetapi juga bagian dari identitas Bunsur, dan barangkali, masa depan pesisir Siak itu sendiri.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arif Gunawan
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper