Bisnis.com, MEDAN - Pengamat sekaligus akademisi dari Universitas Islam Sumatra Utara (UISU) Gunawan Benjamin menilai pertumbuhan ekonomi Sumut yang berada di bawah capaian nasional di kuartal I/2025 mendakan adanya persoalan di wilayah ini. Seperti diumumkan BPS, ekonomi Sumut tumbuh 4,67% (year on year/yoy) per Maret 2025, dalam periode yang sama ekonomi Indonesia tumbuh 4,87%.
Gunawan menambahkan, pada kuartal I/2025 terdapat katalis pendorong perekonomian yakni yakni Ramadan dan Idulfitri pada Maret. Namun realisasi kinerja pertumbuhan ekonomi Sumut kuartal ini justru negatif, terkontraksi sedalam 0,99% (qtq) jika dibandingkan kuartal IV/2025.
"Saya bisa katakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi Sumut tengah mengalami perlambatan serius," kata Gunawan dihubungi Bisnis, Senin (5/5/2025).
Menurut dia, gejala melemahnya angka pertumbuhan ekonomi Sumut telah terlihat dari belanja masyarakat yang justru turun signifikan pada perayaan hari besar keagamaan, seperti Imlek dan Idulfitri. Kondisi ini merupakan sebuah anomali karena momentum ini belanja masyarakat akan meningkat.
Saat yang sama, jika menggunakan indikator sumber protein sebagai tolok ukur untuk mengecek daya beli masyarakat juga , tercatat ada penurunan permintaan untuk daging sapi, ayam, maupun telur ayam. Tercatat konsumsi masyarakat untuk daging sapi turun hingga 10,2% periode Januari-Maret 2025 jika dibandingkan periode sama tahun 2024.
Begitupun dengan tingkat konsumsi daging ayam (-0,3%). Lebih jauh, telur ayam yang merupakan sumber protein dengan harga terjangkau juga terpantau ikut mengalami pelemahan harga hingga ke level Rp1.400-Rp1.300 per butir selama Ramadan dan Idulfitri 2025.
Baca Juga
"Pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 0.41% (qtq) itu terbilang sangat kecil sekali. Membandingkan antara kuartal pertama dengan kuartal keempat, jelas di kuartal pertama kita memiliki momentum untuk tumbuh signifikan, namun sayang kesempatan itu tidak mampu dimanfaatkan maksimal," tambahnya.
Dia juga menilai Sumut telah kehilangan motor penggerak ekonomi di kuartal selanjutnya yang biasanya didongkrak oleh penyerapan anggaran pemerintah. "Yang jelas, pertumbuhan ekonomi Sumut tak bisa lagi mengandalkan belanja pemerintah karena sedang efisiensi," ujarnya.
Sementara itu Asisten Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumut Tutut Tiana optimis ekonomi Sumut tetap akan tumbuh di atas 5% di tahun 2025.
Dia mengungkapkan, realisasi pertumbuhan ekonomi Sumut kuartal I/2025 oleh BPS ini tak jauh berbeda dengan proyeksi Bank Indonesia (BI) meski BI tak mengeluarkan angka proyeksi kuartalan.
"Di proyeksi kami, angka triwulanan ini sebenarnya selisih tipis dengan yang telah dirilis BPS. Apakah nanti ada penyesuain besaran angka proyeksi, kami pasti akan mem-breakdown kembali angka-angka detailnya, supaya dapat angka besarannya," jelas Tutut kepada Bisnis.
Kendati demikian, Tutut tak menampik adanya sejumlah tantangan yang dapat menghambat akselerasi pertumbuhan ekonomi wilayah ini di tahun 2025, seperti dari kebijakan pemerintah, kebijakan ekspor luar negeri, maupun produktivitas tanaman ekspor.
Dia menyebut pemerintah perlu menskenariokan ulang strategi agar Sumut tetap dapat memetik momen pertumbuhan ekonomi.
"Kami tetap optimis angka pertumbuhan di atas 5%. Mungkin ada beberapa tantangan, kuncinya adalah konsisten dan terus bersinergi," tandasnya.