Bisnis.com, BATAM - Kebijakan Tarif Trump menjadi peluang baru bagi Batam untuk meningkatkan daya saing investasinya bagi investor dari China.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso saat kunjungan kerja ke Batam, Kamis (14/8/2025).
Menurut Budi, sejumlah perusahaan China telah menyatakan minat atau keinginannya berinvestasi di sejumlah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang ada di Kepulauan Riau, khususnya Batam.
"Itu terjadi karena China tidak bisa ekspor ke Amerika dengan tarif yang tinggi. Karena hal itu, memaksa China berinvestasi dan buat pabrik di Indonesia, yang tentu saja punya orientasi ekspor ke Amerika," katanya.
Dengan strategi tersebut, produk perusahaan China di Batam yang akan diekspor ke Amerika akan tercatat berasal dari Indonesia. Hal tersebut untuk menghindari tarif resiprokal tinggi yang diberlakukan Amerika ke China.
"Kalau dia ekspor ke dari China ke Amerika, kena tarif tinggi. Tapi kalau investasi di sini boleh, diproduksi di sini, berarti itu tercatat sebagai produk Indonesia," katanya lagi.
Baca Juga
Indonesia khususnya Batam memiliki potensi besar karena lokasi strategis dan infrastruktur logistik yang cukup banyak, dan bisa mendukung industri manufaktur di Batam, yang rata-rata berorientasi pada ekspor.
Budi juga menyebut pemerintah terus melakukan negosiasi intensif dengan Amerika. Negosiasi ini bertujuan untuk mendapatkan pengecualian atau penurunan bea masuk bagi sejumlah komoditas unggulan Indonesia.
"Sekarang tarif untuk Indonesia seebsar 19%. Ada beberapa negara yang 19 persen juga seperti Malaysia, Thailand, Filipina. Kita berada pada posisi yang setara, tapi targetnya untuk memperoleh tarif lebih rendah dari kompetitor," tuturnya.
Sejumlah komoditas unggulan Indonesia yang diproyeksikan untuk mendapatkan tarif hingga nol persen antara lain minyak sawit mentah atau CPO, produk garmen, cokelat, hingga alas kaki. Pemerintah juga sedang mengidentifikasi produk-produk yang tidak diproduksi oleh AS tapi berpotensi besar di pasarnya.
"Kami ingin mencoba juga produk-produk yang tidak diproduksi oleh Amerika tetapi kita ekspor supaya diturunkan tarifnya, kalau bisa nol. Itu sedang kita upayakan," ujarnya.
Pemerintah menargetkan proses negosiasi ini bisa selesai sebelum September 2025. Jika tercapai, maka pasar ekspor barang-barang Indonesia akan semakin terbuka lebar di Negeri Paman Sam.
"Sekarang kita sedang menyusun perjanjiannya. Semuanya bakal tertuang dalam teks perjanjian. Rencananya sebelum September sudah selesai. Mudah-mudahan berhasil dan ini kesempatan buat kita untuk masuk ke pasar-pasar Amerika," harapnya.(239)