Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sumut Ekspor 21,6 Ribu Ton Karet Alam per Maret 2025, Pasar ke Eropa Mulai Cerah

Ekspor karet alam dari Sumut per Maret 2025 mengalami kenaikan signifikan.
karet
karet

Bisnis.com, MEDAN – Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara (Sumut) mencatat kenaikan signifikan volume ekspor karet alam dari Sumatra Utara pada Maret 2025, mencapai 21.666 ton atau naik 4,5% dibandingkan volume ekspor bulan Februari.

Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut Edy Irwansyah mengatakan, pada Februari kemarin Sumut tercatat mengekspor komoditas karet sebanyak 20.737 ton. Secara tahunan, ekspor karet Maret kemarin juga tumbuh signifikan dibandingkan Maret 2024.

“Maret 2024 volume ekspor karet sebesar 17.517 ton. Terjadi peningkatan yang signifikan dengan pertumbuhan tahunan sebesar 23,8%,” kata Edy, Kamis (24/4).

Dikatakan Edy, Jepang masih menduduki posisi teratas negara pengimpor karet alam terbanyak dari Sumut yakni sebanyak 27,32% dari total ekspor bulan Maret.

Posisi kedua yakni sebanyak 15,175 dari total ekspor diisi Amerika Serikat, lalu disusul oleh Eropa yang berkontribusi 12,73% dari total ekspor Maret.

Sedangkan negara-negara tujuan ekspor utama lain karet alam Sumut yakni Brasil (10,33%), China (8,47%), dan India (5,32%).

Edy menyampaikan bahwa ekspor karet alam Sumut ke pangsa pasar Eropa pada Maret 2025 semakin menunjukkan perkembangan jika dibandingkan dengan bulan Februari yang hanya mencapai 6,96%.

Kontribusi ekspor Eropa yang mencapai 12,73% dari total ekspor Maret merupakan akumulasi dari keduabelas negara pengimpor karet alam Sumut di benua tersebut, yakni Jerman (2,98%), Spanyol (2,70%), Italia (1,95%), Luksemburg (1,86%), Rumania (0,93%), Prancis (0,84%), Polandia (0,37%), Bulgaria (0,37%), Belgia (0,24%), Inggris (0,21%), Belanda (0,19%), dan Finlandia (0,09%).

Lebih jauh Edy mengatakan, kinerja ekspor karet Sumut juga masih dihadapkan dengan sejumlah hambatan seperti tantangan global yang membuat kenaikan volume ekspor tak selalu bisa dipertahankan.

Penurunan permintaan dari China yang selama ini menjadi konsumen karet alam telah memberi dampak signifikan terhadap pasar global, termasuk karet alam dari Sumatra Utara.

Kondisi itu ditambah lagi dengan pasokan karet alam Sumut yang terkendala cuaca. Hujan yang masih terjadi meski telah masuk musim kemarau di wilayah ini membuat petani karet kesulitan menyadap pohon sehingga hasil produksi berkurang.

“Meskipun ada penurunan permintaan dari China, negara-negara lain tetap menjadi pasar yang penting bagi karet alam Sumatra Utara,” tambahnya.

Edy menyebut produsen karet alam di Sumatra Utara perlu terus beradaptasi dengan perkembangan pasar global.

Selain itu, perlu pula untuk menyesuaikan produksi agar tetap kompetitif, terutama di pasar Eropa yang semakin memperketat standar lingkungan dengan implementasi undang-undang anti deforestasi (EUDR) yang bakal diterapkan Uni Eropa.

Adapun harga karet alam pada Maret 2025 terpantau menurun dibandingkan dengan bulan Februari 2025. Kecenderungan menurun terus juga terlihat pada bulan April, sebagai dampak dari kebijakan tarif impor yang diberlakukan oleh pemerintahan AS.

Harga rata-rata SICOM-TSR20 pada Maret 2025 tercatat 198,21 sen AS per kg, sedangkan harga penutupan pada 23 April 2025 tercatat lebih rendah, yaitu 168,8 sen AS per kg.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper