Bisnis.com, PADANG - Komoditas pinang yang ada di Provinsi Sumatra Barat, diduga ikut merasakan dampak adanya peperangan yang terjadi antara India dan Pakistan.
Seorang petani pinang di Kabupaten Pesisir Selatan, Andi mengatakan harga pinang semakin memburuk dari waktu ke waktu, harga tertinggi di tingkat petani pernah dirasakan Rp18.000 per kilogram. Sementara akhir-akhir ini harga pinang malah berada di bawah Rp10.000 per kilogramnya.
“Saya memang lagi punya banyak pinang, tapi melihat harga yang terlalu murah ini, saya memilih untuk menahan dulu, simpan di gudang, menunggu harga stabil,” katanya, Jumat (16/5/2025).
Dia menyebutkan meskipun dari sisi biaya panen pinang tergolong kecil, bukan berarti pinang dijual tanpa memperhitungkan kondisi harganya. Sehingga dalam kondisi saat ini, dimana pangsa pasar global pinang asal Sumbar tengah berkonflik, turut berdampak kepada harga pinang.
“Pinang ini kan pengirimannya ke India juga, kondisi di sana lagi perang. Kami menduga ada kaitannya dengan hal itu, dan membuat harga pinang turun,” ujarnya.
Andi menyampaikan dengan adanya sistem menyimpan pinang di dalam gudang itu, tidak akan membuat kualitas pinang jadi menurun, mengingat proses penjemuran telah dilakukan secara maksimal, dan termasuk kondisi suhu di dalam gudang juga tetap dijaga.
Baca Juga
“Kalau pinang ini untuk penyimpanan di gudang, suhunya jangan lembab saja, harus panas,” sebutnya.
Dia berharap kondisi pangsa pasar komoditas pinang bisa kembali normal, sehingga harga di tingkat petani pun bisa lebih baik.
Seorang eksportir di wilayah Padang Pariaman, Punit mengakui bahwa untuk harga pinang tengah mengalami tren penurunan. Khusus untuk harga beli komoditas pinang yang sampai di gudang eksportir, kisaran harga saat ini Rp18.000 hingga Rp22.000 per kilogramnya.
“Kondisi lagi turun, dulu itu bahkan bisa Rp28.000 per kilogramnya kami ambil,” ujarnya.
Punit juga mengungkapkan selain harga pinang lagi turun, persoalan mulai sedikitnya pinang yang didapatkan dari petani juga merupakan hal yang tengah dihadapi oleh banyak eksportir.
“Kami mengekspor pinang dari Sumbar ini ada ke India, Pakistan, Bangladesh, dan Nepal,” jelasnya.
Dia mengatakan tidak dapat dipungkiri sedikit banyaknya adanya pengaruh konflik yang tengah terjadi antara India dan Pakistan tersebut, mengingat pangsa pasar pinang dari Sumbar juga banyak dikirim ke dua negara itu.
Sementara itu berdasarkan data dari Badan Karantina, sepanjang Januari-Maret 2025 tercatat ada satu kali komoditas pinang asal Sumbar yang di ekspor ke India yang jumlahnya 84 ribu ton dengan nilai mencapai Rp1,1 miliar, dan pengiriman ternyata hanya di bulan Januari 2025.