Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alokasi Pupuk Subsidi Sumsel Belum Sesuai Harapan, Begini Realisasinya

Jumlah alokasi pupuk subsidi di Sumsel pada tahun ini telah mengalami peningkatan. Semula untuk jenis urea dialokasikan sebanyak 72.752 ton dan NPK 69.452 ton.
Petani menyemprot pupuk ke tanaman kopi di Kebun Kopi Cikoneng di Desa Tugu Utara, Bogor, Jawa Barat. Bisnis/Abdurachman
Petani menyemprot pupuk ke tanaman kopi di Kebun Kopi Cikoneng di Desa Tugu Utara, Bogor, Jawa Barat. Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, PALEMBANG – Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) melaporkan alokasi pupuk subsidi tahun 2024 di wilayah itu belum terealisasi sesuai harapan. 

Dari total petani yang tercatat di Sistem Informasi Manajemen Penyuluhan Pertanian (SIMLUHTAN) sebanyak 790 ribuan, jumlah yang telah menyusun e-RDKK atau yang melakukan tahapan untuk mendapatkan pupuk subsidi baru mencapai 298.901 petani. 

“Jadi masih cukup banyak petani yang belum bisa mengakses untuk mendapatkan pupuk subsidi, dan ini menjadi PR untuk kita agar kedepannya setiap tahun ada updating,” ungkap Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumsel, Bambang Pramono, Jumat (19/7/2024).

Di lain sisi, jumlah alokasi pupuk subsidi di Sumsel pada tahun ini telah mengalami peningkatan. Semula untuk jenis urea dialokasikan sebanyak 72.752 ton dan NPK 69.452 ton. 

Namun, sesuai Surat Keputusan (SK) Gubernur Sumsel No.301/KPTS/DIS.PTPH/2024 tentang penetapan alokasi dan HET pupuk subsidi sektor pertanian, maka alokasi untuk urea meningkat menjadi 124.356 ton dan NPK menjadi 148.476 ton. 

Adapun realisasi penyaluran sampai dengan periode Mei 2024 untuk jenis urea mencapai 28,7% atau sebanyak 35.696 ton. Lalu untuk NPK terealisasi 24% atau sebanyak 35.667 ton. “Artinya untuk sisa penyaluran urea masih sekitar 71,3% dan NPK 75,9% lagi,” jelasnya.

Bambang menambahkan, dalam upaya meningkatkan produksi di komoditas pertanian seperti cabai dan bawang merah. Pihaknya berencana mengakselerasi program klaster dimana akan melibatkan semua komponen hulu hingga ke hilir antara lain petani, distributor obat-obatan dan benih, pihak bank selaku penyedia bantuan permodalan, serta jaminan pasar. 

Namun demikian, pengembangan klaster nanti diharapkan tidak menggunakan pupuk subsidi melainkan pupuk komersial. Hal itu lantaran penggunaan pupuk dalam proses penanaman harus sudah disiapkan sedari awal.

“Artinya pengembangan komoditas seperti jagung, padi, terutama bawang merah dan cabai merah memang menggunakan pupuk komersial. Karena kalau mengandalkan pupuk subsidi akan sulit kita mengembangkan bawang merah dan cabai merah,” tutupnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper