Harapan dari Salibutan
Di sebuah sore di Desa Salibutan, ibu-ibu KUPS tampak sibuk mengemas sirop asam kandis dalam botol berlabel sederhana. Anak-anak mereka berlarian di halaman, sesekali mencicipi permen asam buatan ibunya. Dari kejauhan, suara gemericik sungai terdengar bersahut-sahutan dengan kicau burung.
Pemandangan itu menjadi bukti perubahan. Desa yang dulu lekat dengan citra pembalakan liar, kini menjadi contoh kecil bagaimana masyarakat bisa beralih dari praktik merusak menjadi ekonomi hijau.
Ritno menatap jauh ke arah hutan. “Saya tidak ingin masa depan anak-anak di sini hanya mengenal hutan dari cerita. Mereka harus bisa melihat, merasakan, dan mengambil manfaatnya tanpa merusaknya,” katanya.
Dari Salibutan, pesan itu mengalir menjaga hutan bukan berarti menutup pintu ekonomi. Justru dari hutan yang lestari, tumbuh harapan baru seperti asam kandis yang kini menjadi manis bagi masa depan.