Bisnis.com, PADANG - Bank Indonesia mencatat pekerja formal di Provinsi Sumatra Barat mengalami penurunan dari 31,54% pada Februari 2024 menjadi 31,21% pada Februari 2025.
Mayoritas tenaga kerja bekerja di lapangan usaha (LU) pertanian dengan pangsa tenaga kerja mengalami peningkatan dari 29,27% pada Februari 2024 menjadi 29,60% pada Februari 2025.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumbar M. Abdul Majid mengatakan melihat pada jumlah angkatan kerja di Sumbar per Februari 2025 meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya dan sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk usia kerja. Jumlah penduduk usia kerja tercatat sebanyak 4,45 juta orang, naik 1,60% atau sebesar 70,00 ribu orang dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Jumlah angkatan kerja pada periode Februari 2025 sejumlah 3,16 juta orang, bertambah sebanyak 71,60 ribu orang atau meningkat sebesar 2,54% dibandingkan dengan Februari 2024,” katanya dikutip dari data Laporan Perekonomian Provinsi Sumbar, Senin (30/6/2025).
Dia menyampaikan dengan perkembangan tersebut, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumbar per Februari 2025 meningkat menjadi sebesar 70,95%, dibandingkan dengan posisi Februari 2024 yang sebesar 70,44%. Lalu tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Sumbar tercatat turun meskipun masih lebih tinggi dibandingkan nasional.
Majid menjelaskan TPT Nasional pada Februari 2025 tercatat sebesar 4,76%, sementara TPT Sumbar tercatat sebesar 5,69%. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan Februari 2024 yang tercatat sebesar 5,79%.
Baca Juga
“Turunnya persentase pengangguran sejalan dengan ketersediaan lapangan kerja yang tetap terjaga. Penurunan TPT terjadi baik di perkotaan maupun di pedesaan. TPT daerah perkotaan sebesar 7,34% sementara TPT di pedesaan sebesar 3,85% pada Februari 2025,” jelasnya.
Dari kondisi itu, dapat dilihat pada mayoritas tenaga kerja di Sumbar bekerja di Lapangan Usaha (LU) pertanian. Pangsa tenaga kerja LU Pertanian mengalami peningkatan dari 29,27% pada Februari 2024 menjadi 29,60% pada Februari 2025. Selain itu, sebagian besar tenaga kerja juga bekerja di LU perdagangan.
Namun demikian, pangsa tenaga kerja LU perdagangan mengalami penurunan dari 22,81% pada Februari 2024 menjadi 19,55% pada Februari 2025. Sementara pangsa LU Pengolahan sebesar 9,05%, meningkat dibandingkan dengan tahun 2024.
Selain itu, LU akomodasi dan makanan minuman, LU pendidikan, dan LU administrasi pemerintah menunjukkan pangsa tenaga kerja yang meningkat. Dari sisi pertumbuhan tenaga kerja, LU pertanian tercatat tumbuh 0,33% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja LU pengolahan yang sebesar 0,82% (yoy).
Kemudian pertumbuhan tenaga kerja di LU lainnya juga relatif terbatas yaitu, LU akomodasi dan makan minum tumbuh 0,36% (yoy), LU jasa pendidikan sebesar 0,53% (yoy), dan LU administrasi pemerintahan sebesar 0,37% (yoy).
“Di sisi lain, penyerapan tenaga kerja LU perdagangan besar dan eceran turun 3,26% (yoy). Kondisi yang sama juga terjadi pada LU transportasi dan pergudangan yang turun 1,06% (yoy),” jelasnya.
Menurutnya sebagian besar pekerja di Sumbar merupakan pekerja informal. Berdasarkan enam kategori status pekerjaan, pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan sehingga sisanya diklasifikasikan sebagai pekerja informal. Pada Februari 2025, pangsa pekerja informal di Sumbar sebesar 64,14%, meningkat dibandingkan Februari 2024 yang sebesar 63,76%.
“Kalau untuk pekerja formal mengalami penurunan dari 31,54% pada Februari 2024 menjadi 31,21% pada Februari 2025,” ujar Majid.
Dikatakannya hal tersebut mengindikasikan adanya pergeseran pekerja ke sektor informal terutama menjadi pekerja bebas di pertanian (dari 4,82% pada Februari 2024 menjadi 5,63% pada Februari 2025) atau berusaha dibantu buruh tidak tetap (dari 17,32% pada Februari 2024 menjadi 18,93% pada Februari 2025).