Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Palembang 0,62 Persen Terimbas Kenaikan Harga Rokok

Inflasi Kota Palembang pada Januari 2020 tercatat sebesar 0,62 persen atau lebih tinggi dari nasional lantaran dipengaruhi naiknya harga rokok kretek filter.
Ilustrasi. Inflasi Kota Palembang pada Januari 2020 tercatat sebesar 0,62 persen atau lebih tinggi dari nasional lantaran dipengaruhi naiknya harga rokok kretek filter./Antara
Ilustrasi. Inflasi Kota Palembang pada Januari 2020 tercatat sebesar 0,62 persen atau lebih tinggi dari nasional lantaran dipengaruhi naiknya harga rokok kretek filter./Antara

Bisnis.com, PALEMBANG - Inflasi Kota Palembang pada Januari 2020 tercatat sebesar 0,62 persen atau lebih tinggi dari nasional lantaran dipengaruhi naiknya harga rokok kretek filter.

Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Selatan, komoditas rokok menempati peringkat kedua penyumbang inflasi di kota itu. Kepala BPS Sumsel Endang Tri Wahyuningsih mengatakan kenaikan harga rokok sebesar 4,98 persen memiliki andil inflasi sebesar 0,07 persen.

“Memang rokok jadi salah satu penyumbang inflasi di samping ada pula kenaikan sejumlah bahan makanan, seperti cabai merah dan bawang merah,” katanya, Senin (3/2/2020).

Endang mengatakan tercatat 114 dari 386 komoditas yang dipantau BPS mengalami kenaikan harga, sementara 44 komoditas lainnya menurun. Menurut Endang, tingginya inflasi Sumsel itu tidak terlepas dari kondisi selepas momen Tahun Baru di mana biasanya terjadi peningkatan harga untuk sejumlah komoditas.

Sementara itu, Asisten Direktur Kepala Tim Bank Indonesia Perwakilan Sumsel, Wahyu Yuwana, mengatakan kenaikan harga rokok merupakan dampak dari naiknya cukai rokok yang diatur pemerintah.

“Kondisi itu bertepatan dengan naiknya cukai rokok dan harga jual eceran rokok sehingga berpengaruh terhadap inflasi,” katanya. 

Wahyu menambahkan, sebetulnya tren inflasi di Palembang maupun Sumatra Selatan yang perlu menjadi perhatian pemerintah daerah adalah pergerakan harga bahan pangan.

"Faktor terbesar itu di cabai dan bawang merah. Perkembangan harga itu tidak terlepas dari kondisi cuaca yang berpengaruh terhadap produksi pertanian,” katanya.

Oleh karena itu, menurut Wahyu, pemda perlu concern terhadap komoditas volatile foods. Salah satu strategi yang perlu diterapkan untuk menjaga permintaan dan pasokan adalah hilirisasi.

“Mau tidak mau hilirisasi jd lebih penting karena ketika ada kelangkaan stok kita punya simpanan dalam bentuk komoditas yang sudah diolah,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dinda Wulandari
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper