Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Ungkap Peluang Positif Sumsel dari Penetapan Tarif 19% oleh AS

Pada tahun ini, pangsa ekspor Sumsel ke Amerika Serikat hanya 7,60% atau sebesar $USD32,33 juta, dengan komoditas utama yakni karet.
Komoditas karet
Komoditas karet

Bisnis.com, PALEMBANG — Dampak pengenaan tarif impor sebesar 19% oleh Amerika Serikat (AS) terhadap neraca perdagangan Sumatra Selatan dipandang masih terbatas. 

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) Bambang Pramono mengungkapkan hal itu lantaran pangsa perdagangan Sumsel dengan AS yang masih relatif kecil.   

Pada tahun ini, pangsa ekspor Sumsel ke Amerika Serikat hanya 7,60% atau sebesar $USD32,33 juta, dengan komoditas utama yakni karet. 

Sementara dari sisi impor, kata dia, pangsa AS bahkan lebih kecil hanya 0,85% atau sebesar US$0,73 juta. 

Bambang juga menyebutkan mitra dagang ekspor utama Sumsel bukan AS, tetapi China, India dan Vietnam yang masing-masing sebesar 48,18% 12,66% dan 10,62%. 

‘Dengan demikian, dari sisi neraca perdagangan langsung, pengaruh tarif ini tidak akan signifikan terhadap kinerja perdagangan Sumsel secara keseluruhan, karena hubungan (dagang) Sumsel lebih didominasi China dan negara ASEAN,” ujarnya dalam tanggapan tertulis kepada Bisnis, Rabu (23/7/2025).  

Namun begitu, dia mengungkapkan, Sumsel dan Indonesia secara luas tetap harus mewaspadai dampak tidak langsung dari  kebijakan tersebut. 

Termasuk misalnya potensi pelemahan ekonomi di sejumlah negara seperti China dan Vietnam, yang menerima pengenaan tarif lebih tinggi dari AS.  

“Yang pada gilirannya bisa menurunkan permintaan komoditas ekspor utama Sumsel,” katanya. 

Bambang menambahkan, eksportir Sumsel sebenarnya memiliki peluang positif dengan penetapan tarif yang lebih rendah ke Indonesia dibanding negara ASEAN lainnya. 

Menurutnya, eksportir bisa meningkatkan daya saing produk unggulan seperti karet, pulp & paper, maupun produk turunan lainnya yang dikirim ke pasar AS.  

Selain itu, dia menilai, Sumsel juga bisa meraih keuntungan dengan potensi peningkatan impor barang produktif dari AS, yang harapannya mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan. 

“Ekspektasi pasar dan aliran modal asing juga diprakirakan lebih baik seiring langkah kebijakan yang dapat ditempuh pelaku pasar dan pengusaha telah clear. Tapi kita masih perlu mencermati lebih detail kesepakatan Indonesia-AS,” pungkasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro