Bisnis.com, PADANG - Bandar Udara Mentawai (BUM) Provinsi Sumatra Barat yang diresmikan Presiden Jokowi pada 25 Oktober 2023 lalu sampai sekarang belum bisa dioperasikan secara optimal.
Menurut Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Sumbar Dedi Diantolani, penyebab yang membuat Bandara Mentawai tak kunjung dioperasikan, karena masih belum menemukan titik terang maskapai penerbangan jenis ATR untuk membuka rute ke bandara tersebut.
“Bandara Mentawai ini landasan pacunya atau runway hanya bisa untuk pesawat jenis ATR. Kalau untuk pesawat jenis boeing atau airbus tidak bisa mendarat, karena panjang runway-nya itu pendek,” katanya, Kamis (2/1/2025).
Dedi menjelaskan saat ini panjang runway di Bandara Mentawai 1.500 meter, dan kondisi itu hanya bisa untuk pesawat jenis ATR. Sedangkan untuk penerbangan pesawat Boeing atau airbus butuh panjang runway 1.800 meter hingga 2.200 meter.
Melihat adanya keterbatasan panjang runway, membuat Pemprov Sumbar bersama Pemkab Mentawai berupaya untuk melakukan komunikasi dengan maskapai yang masih memiliki pesawat jenis ATR, seperti Wings Air dan Citilink.
“Sampai sekarang belum ada titik terangnya dengan berbagai alasan. Mulai dari soal mahalnya biaya operasional pesawat jenis ATR yang membuat harga tiket mahal, hingga terbatasnya jumlah pesawat ATR di Indonesia,” ujarnya.
Baca Juga
Dia menyampaikan bicara soal keseriusan pemerintah daerah untuk mengupayakan agar Bandara Mentawai itu benar-benar segera termanfaatkan, bisa dikatakan upaya yang dilakukan cukup intens dari bulan ke bulan melakukan komunikasi dengan berbagai pihak.
"Bahkan di awal tahun 2025 ini, kami masih mempunyai agenda melanjutkan koordinasi untuk mendapatkan pesawat jenis ATR itu,” tegasnya.
Dedi mengakui kondisi untuk mendapatkan pesawat jenis ATR ini tidak mungkin hanya fokus soal mencari maskapai penerbangan yang cocok saja. Untuk itu, opsi soal penambahan panjang runway pun mulai muncul, dan hal tersebut dinilai solusi.
“Karena bila panjang runway-nya ditambah, maka soal mencari maskapai penerbangan tidak serumit mencari pesawat jenis ATR,” ucapnya.
Namun bila opsi penambahan panjang landasan itu disepakati, tugas pemerintah daerah yakni perlu memikirkan anggaran serta memastikan lahan untuk menambah panjang runway-nya.
“Soal lahan dari yang kami lihat, bisa untuk menambah panjang runway itu. Tapi soal status hutannya perlu dilihat kembali, entah di dekat Bandara Mentawai itu Hutan Lindung atau Hutan Produksi. Nah, hal ini juga dipikirkan lagi bagaimana teknisnya,” ungkap dia.
Dedi menyampaikan bila opsi penambahan panjang runway itu disepakati sebagai solusi untuk pengoperasian Bandara Mentawai, artinya butuh penambahan lahan sekitar 400 meter hingga 700 meter lagi, karena panjang runway yang ada saat ini 1.500 meter.
“Menjalani tahun 2025 ini, kami tentu akan rapat kembali dengan Gubernur bersama Pemkab Mentawai, untuk membahas solusi dari persoalan yang kini dihadapi untuk pengoperasian Bandara Mentawai itu,” tegasnya.
Upaya Lobi Mendapatkan Pesawat Jenis ATR
Dedi menyampaikan Pemprov bersama pihak Bandara Mentawai telah melakukan komunikasi yang intens dengan maskapai penerbangan Wings Air bersama Kementerian Perhubungan, terkait melobi maskapai Wings Air untuk bisa melayani rute penerbangan dari BIM-Mentawai.
Selain melobi Wings Air, Pemprov Sumbar bersama Pemkab Mentawai telah melakukan lobi dengan maskapai citilink yang juga memiliki pesawat jenis ATR. Namun kendala yang dihadapi hampir sama, yakni soal tarif tiket yang dipatok.
Dari komunikasi terakhir, Wings Air dan Citilink mematok tarif tiket Rp1.500.000 per penumpang. Nilai itu terbilang cukup tinggi, meskipun nanti ada disubsidi dari Pemkab Mentawainya.
"Dulu sebenarnya telah sepakat Rp1.300.000 per penumpang, dan Pemkab bisa subsidi Rp2 miliar selama dua bulan. Tapi muncul pembahasan baru, tarik tiket naik jadi Rp1.500.000 dan diikuti permintaan penerbangan tidak satu perjalanan saja," ujarnya.
Dedi menyampaikan dari komunikasi terakhir dengan pihak maskapai, rute penerbangan tidak hanya melayani untuk satu rute Padang - Mentawai saja, tapi bisa menambah rute Mentawai - Kerinci.
Alasan kenapa meminta rute Mentawai - Kerinci itu, karena diperkirakan bisa memberikan hal baru untuk rute penerbangan ke Mentawai, terutama bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan destinasi pariwisata di Mentawai.
"Untuk penambahan rute Mentawai - Kerinci ini, tentu perlu waktu bagi kami untuk membahasnya dengan Pemprov Jambi," sebutnya.
Dengan demikian Dedi menyatakan belum bisa dipastikan kapan pesawat jenis ATR bisa melayani rute ke Mentawai tersebut.
"Pesawat jenis ATR ini sebenarnya hanya sedikit ada di Indonesia. Makanya agak sulit juga bagi kami mencari pilihan, yang ada hanya Wings Air dan Citilink," tegasnya.
Namun diakuinya, bila nanti pesawat jenis ATR resmi beroperasi dengan rute ke Mentawai. Persoalan yang dihadapi adalah soal bagasi, dimana wisatawan yang banyak datang ke Mentawai itu banyak yang bermain surfing.
Sementara bagasi di pesawat jenis ATR tidak memiliki ruang untuk membawa papan surfing. Solusi dari hal ini, dari Pemprov Sumbar berencana untuk bekerjasama dengan Mentawai Fast, dimana khusus untuk barang bawaan papan surfing akan dibawa melalui kapal Mentawai Fast.
"Rencana kami akan di satu paketkan saja, penumpang menggunakan pesawat dan barang berupa papan surfing dibawa melalui kapal Mentawai Fast. Kami rasa ini solusi agar pesawat ATR bisa membuka rute ke Mentawai," tegasnya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumbar Medi Iswandi beberapa waktu lalu menyatakan untuk kondisi Bandara Rokot saat ini sudah siap untuk melayani kedatangan wisatawan.
Saat ini yang telah berjalan melayani penerbangan ke Mentawai dari Padang adalah Susi Air, dengan jadwal penerbangan dua kali dalam satu minggu.
"Susi Air sudah jalan. Tapi Susi Air ini sangat terbatas jumlah penumpang yang dibawanya. Padahal kunjungan wisatawan ke Mentawai yang sangat banyak," sebutnya.
Medi menyatakan Mentawai merupakan sebuah kabupaten di Sumbar yang memiliki kunjungan wisatawan asing yang paling banyak bila dibandingkan kabupaten dan kota lainnya.
Kebanyakan wisatawan asing datang ke Mentawai itu, menikmati pesona ombak yang sangat cocok untuk bermain surfing. Bahkan ada yang bilang, ombak Mentawai mampu menyamai kondisi ombak di Hawaii.
"Ombak Mentawai ini sudah bertaraf internasional. Jadi bila lagi musimnya ombak tinggi, berbagai peselancar di dunia datang ke Mentawai," katanya.
Untuk itu, dalam menentukan jenis maskapai penerbangan yang bisa melayani rute ke Mentawai, Pemprov Sumbar perlu memperhatikan soal bagasi dan kemampuan untuk membawa papan surfing.
"Rencana dan solusi saat ini, penumpang di pesawat ATR, dan papan surfing dibawa pakai kapal Mentawai Fast. Hal itu sudah satu paket dengan harga tiket dan barang bawaan penumpang pesawat tujuan Mentawai," tutup Medi.