Bisnis.com, MEDAN – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) mengatakan bahwa ketiga daerah yang dihantam banjir bandang di Kecamatan Pahae Jae pada Minggu (29/12/2024) dalam kondisi luluh lantak.
Pasalnya, air sungai Aek Sarulla yang meluap akibat tingginya curah hujan di hulu (pegunungan) turut membawa serta material-material seperti lumpur, pasir, bongkahan batu, hingga ranting dan batang pohon menuju hilir.
Kelurahan Pasar Sarulla menjadi daerah yang paling parah terkena dampak banjir bandang. Luapan air bercampur lumpur dan material lain menyapu jalan utama dan melenggang masuk ke rumah-rumah warga, melahap seluruh harta benda yang tersimpan di sana. Tak hanya Pasar Sarulla, dua desa lain di Pahae Jae yakni Parsaoran Samosir dan Parsaoran Nainggolan juga porak poranda.
Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Taput Frisca Sianturi mengatakan, dari kesaksian warga, ini merupakan banjir terparah yang pernah mereka alami dalam kurun waktu tiga dekade terakhir. Bahkan, lanjutnya, baru kali ini banjir bandang terjadi di Pahae Jae, mengingat wilayah Tapanuli Utara adalah langganan gempa bumi.
“Di sini, seringnya [terjadi] gempa bumi. Kalau dari cerita masyarakat, 30-an tahun lalu memang pernah banjir, tapi tidak separah ini, hanya banjir luapan. Kalau yang ini, banjir dari atas (hulu), itu material batu, kayu, lumpur [ikut terbawa arus],” kata Frisca kepada Bisnis, dikutip Kamis (2/1/2025).
Ditambah lagi, lanjutnya, banjir bandang susulan menghantam Pahae Jae pada Senin (30/12/2024) sekitar pukul 17.05 WIB seiring hujan deras yang mengguyur Kelurahan Pasar Sarulla sore itu. Catatan kerusakan semakin bertambah, dari awalnya 77 rumah yang diinformasikan terendam lumpur di 3 daerah tersebut sehari setelah kejadian, menjadi lebih dari 200 rumah per Selasa (31/12/2024).
Baca Juga
Dampak banjir bandang disebut Frisca bahkan semakin meluas hingga mencapai Kecamatan Simangumban, menyebabkan dua jembatan penghubung di wilayah itu rubuh.
“Ini paling parah. Sejarah di Pahae, ini yang paling bikin porak poranda,” tambah Frisca.
Selain ratusan rumah dan jalan-jalan penghubung, BPBD Taput mencatat sejumlah fasilitas umum yang ikut terkena dampak banjir bandang seperti satu unit puskesmas dan satu pasar di Kelurahan Pasar Sarulla. Lalu, ratusan hektar lahan pertanian dan kebun milik masyarakat juga rusak parah tertimbun lumpur dan kayu-kayu besar.
Warga juga kesulitan mengakses air bersih, serta kehilangan sinyal telepon dan internet yang membuat perkembangan informasi akan bencana di Pahae Jae terhambat.
Frisca mengatakan, pihaknya bersama tim gabungan yang terdiri dari TNI/ Polri, aparatur desa setempat serta masyarakat telah berangsur membersihkan sisa material banjir bandang. Namun, pihaknya mengaku masih membutuhkan tambahan alat berat terutama untuk mengangkut material-material berukuran besar seperti batang kayu.
“Ekskavator kami ada, tapi karena terjadi bencana di beberapa lokasi dalam waktu hampir bersamaan seperti longsor, lalu banjir bandang di Siatas Barita, sehingga harus berbagi [alat]. Kami minta bantuan alat berat untuk membantu pembersihan material batu, lumpur, dan pohon besar itu,” pinta Frisca.
Hingga 31 Desember 2024, BPBD Taput mencatat telah 500 jiwa dari 153 KK di Pahae Jae mengungsi akibat banjir bandang. Tidak ada korban jiwa dalam bencana banjir ini.
BPBD Taput pun menghimbau masyarakat untuk menghindari pinggir sungai mengingat potensi banjir susulan masih ada seiring kondisi cuaca di wilayah tersebut yang masih sering hujan. (K68)