Bisnis.com, PALEMBANG — Perlombaan Perahu Bidar yang digelar di momen-momen tertentu seperti Lebaran dan Hari Kemerdekaan di Provinsi Sumatra Selatan tidak hanya sekadar menjaga tradisi.
Lebih dari itu, perahu tradisional yang dulu menjadi transportasi di masa Kerajaan Sriwijaya hingga Kesultanan Palembang, kini menjadi sumber pendapatan bagi para generasi penerusnya.
Seperti halnya Daud (48), yang merupakan generasi ketiga perajin Bidar asal Kecamatan Pemulutan Selatan, Kabupaten Ogan Ilir.
Dia mengaku pesanan Bidar terus berdatangan menjelang hari besar seperti 17 Agustus, yang kerap diadakan perlombaan.
Tidak main-main, omzet yang didapat dari membuat Bidar dalam sebulan bisa mencapai puluhan juta rupiah.
“Kalau biasanya sebulan rata-rata tiga unit [pesanan], tapi kalau dekat-dekat 17 Agustus bisa sampai 10 unit kita terima pesanan,” katanya saat dibincangi di kediamannya, dikutip Jumat (8/8/2025).
Baca Juga
Pria yang memimpin Kelompok Bidar Sembilan Sakti itu telah menjadi pembuat Bidar sejak 20 tahun lalu. Pesanan Bidar yang biasanya dia terima yaitu Bidar Mini dengan dua macam ukuran.
Ukuran pertama yakni Bidar yang mampu menampung sebanyak 11 orang dengan harga jual Rp15 juta per unit. Sedangkan Bidar yang hanya memuat 5 orang dibanderol dengan harga Ro7 juta per unit.
“Untuk pengerjaan biasanya satu Bidar itu satu minggu selesai, tapi itu juga dibantu dengan teman-teman,” katanya.
Selain Bidar mini, Daud juga menjadi perajin Bidar Tradisional yang selalu diperlombakan saat 17 Agustus di Sungai Musi.
Menurutnya, biaya pembuatan Bidar Tradisional yang mampu diisi 57 orang itu sangatlah besar mencapai kisaran Rp100 juta per unit.
Hal itu lantaran penggunaan kayu untuk pembuatan perahu tradisional itu memiliki kualitas yang sangat bagus dan sulit didapatkan.
“Untuk bahan baku kayu kita bisa menghabiskan Rp40 juta, belum upah tukang yang bantu itu bisa Rp30 juta,” katanya.
Dia menjelaskan untuk kayu yang digunakan juga beragam mulai dari kayu Merawan, Bungur dan kayu Leban.
Penggunaan kayu-kayu itu lantaran memiliki kualitas yang kuat, tahan lama dan sesuai dengan standar lomba.
“Kalau pakai yang lain itu beda, bisa memengaruhi performanya,” tuturnya.
Hingga saat ini, Daud hanya memiliki satu Bidar Tradisional yang dia buat sejak 2017. Perahu itu telah meraih sejumlah prestasi dalam ajang perlombaan yang diikuti.
Namun, tahun ini, dia kembali membuat Bidar Tradisional yang telah dipesan oleh salah satu instansi pemerintah untuk perlombaan di Hari Kemerdekaan mendatang.
“Kami juga melayani carter (sewa) biasanya sekitar Rp3,5 juta untuk sekali pertandingan. Dan digunakan untuk event di tingkat kabupaten atau antardesa,” pungkasnya.