Bisnis.com, PEKANBARU-- Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau mengalami tantangan seiring adanya keterbatasan anggaran yang menjadi kendala dalam 5 tahun terakhir.
Guna mencari solusi atas tantangan ekonomi yang semakin kompleks, Bisnis Indonesia menggelar forum diskusi bertajuk Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025 di Pekanbaru.
Acara ini menghadirkan berbagai pemangku kepentingan dari sektor pemerintahan, akademisi, hingga pelaku usaha untuk membahas isu-isu strategis seperti keterbatasan anggaran, pembangunan infrastruktur, hingga potensi hilirisasi sumber daya alam.
Kepala Perwakilan Bisnis Indonesia Pekanbaru, Aang Ananda Suherman membuka diskusi dengan menyoroti pentingnya kolaborasi dalam menghadapi tantangan ekonomi di Riau. Dia mengungkapkan APBD Riau tahun 2025 diproyeksikan hanya sebesar Rp9,2 triliun, mencerminkan keterbatasan anggaran yang telah menjadi kendala selama lima tahun terakhir.
“Namun, kami optimis bahwa melalui forum ini, kita bisa menemukan cara untuk mendorong perekonomian Riau agar terus tumbuh di atas 4%. Kami berharap diskusi ini menjadi wadah yang bermanfaat bagi semua pihak,” ujarnya Selasa (10/12/2024).
Selanjutnya pada sesi pemaparan, Kepala Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam Bappeda Riau, Abdul Madian, menguraikan kondisi ekonomi Riau yang saat ini menghadapi tantangan signifikan.
Dia menyebutkan pertumbuhan ekonomi Riau tercatat hanya mencapai 3% pada tahun ini, turun dari 4,2% pada tahun sebelumnya. Di sisi lain, dia menyoroti adanya pergeseran dominasi sektor ekonomi dari migas ke industri pengolahan, yang menandai perubahan arah perekonomian Riau.
“Riau saat ini sudah masuk dalam kategori upper-middle income dengan pendapatan per kapita US$4.000-13.000, terutama di wilayah seperti Bengkalis dan Siak yang ekonominya bersumber dari migas. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah apakah kekayaan ini benar-benar merata di masyarakat,” ujarnya.
Dari sisi investasi, realisasi sepanjang 2019-2022 mencatat capaian di atas 100% dari target, dengan kinerja yang konsisten. Namun, tahun ini menghadirkan tantangan baru, di mana realisasi investasi hingga triwulan III baru mencapai Rp72,6 triliun dari target Rp106 triliun. Abdul menyebut bahwa target ini mulai terasa berat untuk dicapai, meskipun upaya maksimal terus dilakukan.
Kemudian dia memaparkan sejumlah tantangan yang harus diatasi oleh Riau. Salah satunya adalah infrastruktur jalan yang belum memadai, dengan total panjang jalan provinsi 2.800 kilometer yang masih sering dikeluhkan masyarakat karena kerusakan. Selain itu, keterbatasan dukungan terhadap UMKM juga menjadi perhatian, di mana diperlukan dorongan agar usaha mikro dapat naik kelas.
Lalu, kerusakan lingkungan juga menjadi isu yang tak terelakkan, termasuk kawasan sawit seluas 1,8 juta hektare yang masuk ke dalam kawasan hutan. Tantangan lainnya adalah ketergantungan Riau pada SDA seperti migas dan kelapa sawit, yang jika tidak segera dihilirisasikan, dikhawatirkan akan membuat ekonomi daerah ini stagnan.
Namun, Madian optimistis Riau memiliki peluang besar untuk berkembang melalui berbagai langkah strategis. Dirinya menekankan pentingnya diversifikasi ekonomi ke arah ekonomi hijau, memanfaatkan energi terbarukan dan keberlanjutan sebagai pilar utama.
Selain itu, transformasi digital juga menjadi salah satu fokus utama, khususnya dalam meningkatkan efisiensi UMKM dan mempersiapkan SDM lokal agar lebih kompetitif.
“Riau harus memanfaatkan posisi strategisnya sebagai pusat logistik dengan adanya Tol Trans Sumatra. Hilirisasi produk seperti kelapa dan karet juga menjadi langkah penting agar perekonomian kita lebih berdaya saing,” jelasnya.
Dia juga menyebutkan perlunya peningkatan kualitas SDM lokal. Saat ini, tenaga kerja di sektor pertanian masih didominasi oleh tenaga kerja tidak terampil (unskilled labour), sementara sektor perdagangan dan pengolahan membutuhkan tenaga kerja terampil.
“Kita harus mendorong peningkatan keterampilan ini agar masyarakat Riau dapat beradaptasi dengan kebutuhan pasar,” tambahnya.
Sebagai media ekonomi terbesar di Indonesia, Bisnis Indonesia berharap forum ini dapat memberikan perspektif baru dan solusi nyata bagi perkembangan ekonomi Riau.
“Kami hadir di Pekanbaru bukan hanya untuk menjadi saksi, tetapi juga bagian dari solusi atas berbagai tantangan ekonomi yang ada. Harapan kami, diskusi ini menjadi langkah awal untuk menghadapi tahun 2025 dengan optimisme,” tutup Aang.
Forum ini diharapkan dapat memperkuat sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, menciptakan solusi berkelanjutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Riau di tengah keterbatasan yang ada.