Bisnis.com, PEKANBARU — Komitmen mewujudkan Net Zero Emissions (NZE) pada 2060 oleh PT Pertamina (Persero), telah dijalankan lewat berbagai strategi, dan salah satunya adalah dengan program Green Refinery atau Kilang Hijau oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI). Langkah ini ternyata segendang sepenarian dengan Rencana Aksi Riau Hijau yang telah dicanangkan Pemda Bumi Lancang Kuning sejak tahun lalu.
KPI Unit Dumai, sebagai salah satu dari enam kilang Pertamina yang beroperasi saat ini telah ikut serta dalam mewujudkan transisi energi itu dengan berbagai upaya, sehingga berhasil menekan dan menurunkan emisi yang diperkirakan mencapai 74.400 ton karbondioksida (CO2) ekuivalen dalam setahun.
“Upaya peningkatan dan penghematan menuju energi bersih itu nyata, dan ada tindakannya. Tidak hanya gembar-gembor saja tapi ada yang sudah, sedang, dan apa yang akan dilakukan ke depannya,” ungkap Engineer Offsite Facilities Process KPI Unit Dumai, Juhnizar P. Buminata, Jumat (3/11/2023).
Dia memaparkan kilang Dumai yang dibangun pada 1971 silam, merupakan kilang pengolahan minyak terbesar ketiga di Tanah Air, dengan kapasitas 170 MBSD, atau setara dengan 16,5% total kapasitas kilang Pertamina. Ada sebanyak 952 Perwira dan Pertiwi yang bertugas di kilkang dengan luas mencapai 356,33 hektare tersebut.
Di kilang ini 87% produk yang dihasilkan adalah fuel atau bahan bakar minyak (BBM), yakni diesel atau solar, Pertadex, avtur, gasoline (Pertalite dan Pertamax), kerosene, MFO LS, kemudian non BBM sebesar 12% seperti LPG, green coke, LAWS, dan sisanya 1% adalah produk lain seperti UCO, NBF, SF-02, dan Solphy.
Pada proses produksinya, KPI Unit Dumai telah memulai upaya menekan emisi karbon lewat program Gas External Project pada 2021 lalu, yaitu berupa pemanfaatan gas external sebagai bahan bakar di kilang, dan telah selesai serta dioperasikan pada tahun ini dengan nama Gas Engine Generator (GEG).
Baca Juga
Juhnizar menyebut memang sebelum program GEG ini berjalan, kilang Dumai masih menggunakan bahan bakar jenis solar untuk mengoperasikan mesin pengolahan minyak di kilang tesebut. Kini pihaknya telah mengganti bahan bakar mesinnya ke natural gas atau gas alam yang dipasok masih oleh anak usaha Pertamina yaitu Pertagas. Dari hitungan perusahaan, implementasi GEG ini telah menekan emisi karbon dengan hitungan sebesar 20.000 ton CO2 ekuivalen dalam setahun.
“Banyak manfaat dari program GEG ini mulai dari optimalisasi pengolahan minyak dari sebelumnya masih digunakan menjadi bahan bakar, kini sudah sepenuhnya diolah menjadi produk turunan dan akan diolah menjadi lebih valuable serta menambah revenue perusahaan. Serta tentu saja menekan emisi karbon dari peralihan penggunaan bahan bakar minyak ke natural gas yang lebih bersih,” ujarnya.
Kemudian KPI Unit Dumai juga mendorong optimasi penyerapan gas eksternal ini melalui Program Retrofit Burner Boiler dengan menggunakan burner fuel gas. Dia menjelaskan perusahaan telah melakukan penggantian burner existing boiler dari yang sebelumnya Single Firing Burner Fuel Oil atau berbahan bakar minyak, menjadi Dual Mode Firing Burner, yakni berbahan bakar gabungan Fuel Oil dan Fuel Gas. Dari strategi ini, diperkirakan KPI Unit Dumai dapat menekan emisi sebesar 11.900 ton CO2 ekuivalen dalam setahun.
Dari sisi keuangan, dua kebijakan perusahaan ini diperkirakan menghemat biaya operasional sebesar US$0,98 juta atau setara Rp14,7 miliar perbulan, dan bakal menyentuh angka Rp176,4 miliar pertahun.
Inovasi dan strategi Kilang Hijau di KPI Unit Dumai tidak hanya sampai disitu, namun juga telah diimplementasikan pada program dedicated NG Line to Boiler yang diperkirakan menekan 6.000 ton CO2 ekuivalen dalam setahun, kemudian program pengaturan operasional WHB yang bakal menekan 9.000 ton CO2 ekuivalen dalam setahun, serta program Waterjet Cleaning Boiler yang juga akan menurunkan sebanyak 5.600 ton CO2 ekuivalen dalam setahun.
Sementara untuk program yang masih dalam tahap eksekusi modifikasi yaitu program Reaktivasi Fuel Gas GT-3 dengan perkiraan bakal menurunkan emisi sebesar 9.000 ton CO2 ekuivalen dalam setahun, setelah diimplementasikan nantinya.
Lalu ada dua program Kilang Hijau KPI Unit Dumai untuk menekan emisi ini, berkaitan dengan penggunaan dan pemanfaatan energi listrik, yaitu PLN-isasi atau pengalihan penggunaan energi listrik dari sebelumnya pembangkit internal dengan genset BBM ke energi listrik dari PLN, sehingga dengan upaya ini diperkirakan bakal menekan emisi sampai 10.000 ton CO2 ekuivalen dalam setahun.
Serta program kedua yakni kelanjutan pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) fase II sebesar 0,7. Tahun lalu proyek PLTS fase I telah rampung dan beroperasi dengan daya terpasang sebesar 2 MW, dimana energi listrik bersih ini digunakan untuk memasok sebagian kebutuhan listrik di komplek perumahan KPI Unit Dumai di Bukit Datuk.
“Dari rencana yang telah disusun, pembangunan PLTS ini akan dilaksanakan terus hingga fase III di 2024 mendatang, sehingga kapasitas listrik yang dihasilkan terus meningkat dari tahun lalu sebesar 2 MW, tahun ini ditargetkan menjadi 2,7 MW, dan tahun depan ditambah 1 MW menjadi total 3,7 MW. Dari program ini berdampak pada turunnya emisi sebesar 2.900 ton CO2 ekuivalen pertahun. Sehingga jika ditotal dari delapan program efisiensi energi dan penurunan emisi ini, diperkirakan kami dapat mengurangi emisi karbon sebesar 74.400 ton CO2 ekuivalen pertahun,” ujarnya.
Komitmen dan kepedulian terhadap keberlanjutan lingkungan serta perubahan iklim ini, telah diwujudkan oleh KPI Unit Dumai dan ternyata telah memenuhi harapan tidak hanya di tingkat nasional lewat dukungan mewujudkan Net Zero Emission (NZE) pada 2060, tetapi juga sejalan dengan Rencana Aksi Riau Hijau berupa Pergub Riau Nomor 56/2022 tentang Rencana Pembangunan Rendah Karbon yang telah diterbitkan tahun lalu.
Area Manager Communication, Relation dan CSR KPI Unit Dumai, Agustiawan mengatakan memang pihaknya sudah siap untuk berpartisipasi dan menyukseskan program pemda tersebut, yang juga berkomitmen mewujudkan pembangunan rendah karbon dan lebih ramah lingkungan.
“Secara nasional dari pemerintah sudah ada aturan dan regulasinya, lalu di tingkat provinsi dengan rencana aksi Riau Hijau ini kami melihat langkah dan upaya yang dilakukan KPI Unit Dumai telah sejalan, secara kelembagaan kami telah siap berpartisipasi menyukseskan program tersebut,” ujarnya.
Dia mengakui sudah beberapa kali mengikuti agenda diskusi serta forum pertemuan para pihak terkait implementasi energi ramah lingkungan, yang dilaksanakan oleh Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Riau.
Pada momen itu KPI Unit Dumai telah memaparkan progress dan pencapaian dari program Green Refinery atau kilang hijau di Dumai, yang tidak hanya gas engine generator atau GEG, tetapi juga penerapan panel surya atau Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang sudah beroperasi dengan kapasitas 2 MW di tahun lalu, dan ikut memberikan kontribusi terhadap pencapaian implementasi Energi Baru Terbarukan (EBT) di Riau.
Agus menambahkan selain membangun dan menyiapkan infrastruktur hijau, perusahaan turut meningkatkan gaya hidup dan kebiasaan yang eco-friendly atau ramah lingkungan secara berkelanjutan. Di antaranya dengan mengurangi limbah plastik di area kilang, area kantor serta fasilitas operasional perusahaan.
Langkah ini dinilai sebagai tekad dan upaya dalam meningkatkan kesadaran dan kepedulian semua pihak, yang dimulai dari internal pekerja. Hal ini juga diperkuat melalui beragam kegiatan edukasi rutin seperti Mindset Culture Day atau MCD, yang bertujuan untuk menanamkan semangat kerja yang sehat dan bertanggung jawab dari seluruh Perwira Pertamina.
Dirinya menyepakati bahwa program Kilang Hijau ini sudah memberikan berbagai benefit mulai dari keberhasilan menekan emisi karbon, hingga penghematan anggaran operasional yang ujungnya membuat laba perusahaan dapat terus meningkat sesuai target.
“Secara finansial tentu ada pengaruhnya karena biaya operasional semakin hemat dan laba perusahaan dapat meningkat. Data terakhir sampai September ini kami berhasil mencapai peringkat ke-2 dalam perolehan laba di antara kilang Pertamina lainnya di Indonesia. Mudah-mudahan, pencapaian kami yang seperti tahun sebelumnya dapat diulangi, di mana kami berhasil meraih peringkat laba terbesar di antara semua kilang yang ada," tambahnya.
Di kesempatan terpisah, Gubernur Riau Syamsuar mengakui memang rencana aksi Riau Hijau yang disusun pemda lewat Peraturan Gubernur ini, bertujuan agar kualitas lingkungan hidup di Riau ke depannya akan semakin membaik. Serta berdampak terhadap meningkatnya kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Dia mengakui perlu sinergi dan kolaborasi dan semua pihak terkait, untuk mewujudkan pembangunan rendah karbon dalam implementasi ekonomi hijau.
“Untuk itu kami berharap ada lebih banyak lagi partisipasi dari para pihak terkait, mengingat terbatasnya sumber daya yang dimiliki pemerintah,” ungkapnya.
Pada implementasi EBT misalnya, pemda telah mengajak semua pihak agar terus mendorong penggunaan PLTS atau panel surya. Bila sejumlah perusahaan telah membangun PLTS dengan daya besar seperti yang dilakukan KPI Unit Dumai dengan kapasitas 2 MW, di akhir 2022 lalu Pemprov telah memasang PLTS rooftop sebanyak 17 unit, dengan total kapasitas 735 kilowatt peak yang tersebar di gedung pemerintahan, mesjid, sekolah dan perguruan tinggi di wilayah itu.
Syamsuar menyebut Pergub Riau Nomor 56/2022 tentang Rencana Pembangunan Rendah Karbon ini bisa dijadikan pedoman, dalam membangun ketahanan iklim, sehingga risiko dan dampak yang ditimbulkan dari perubahan iklim dapat diminimalisir.
Dengan sinergi yang kuat dari program Kilang Hijau dan Riau Hijau, KPI Unit Dumai terus menjalankan komitmennya dalam menekan emisi karbon sekaligus memberikan dampak yang lebih luas bagi kesejahteraan masyarakat setempat di masa mendatang. Melalui langkah-langkah konkret yang dilakukan, diharapkan upaya ini akan menjadi pijakan penting bagi daerah-daerah lain dalam menangani perubahan iklim dan transisi ke energi bersih, serta mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan di Tanah Air. Semoga.