Bisnis.com, PADANG - Pemerintah Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) perlu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan jagung yang jumlahnya mencapai 2,4 juta ton per tahun padahal produksi di dalam daerah hanya 742.492 ton (data 2024).
Kepala Dinas Pangan Sumbar Iqbal Ramadi Payana mengatakan tingginya kebutuhan jagung di Sumbar ini karena banyak berkembangnya usaha peternakan ayam hingga budidaya ikan keramba yang tersebar di berbagai daerah.
“Kebutuhan jagung Sumbar ini yang dikonsumsi itu sangat kecil, tapi yang banyak itu untuk pakan ternak dan pakan ikan. Karena memang usaha ternak ayam dan budidaya ikan ini berkembang di Sumbar,” katanya, Minggu (27/7/2025).
Dia menyebutkan dari ketersediaan jagung di Sumbar itu, artinya produksi petani hanya mampu mengisi kebutuhan di dalam daerah 40% saja, sementara sisanya dipasok dari luar daerah Sumbar, termasuk ada juga yang diimpor.
“Kami di Dinas Pangan tentu berharap agar Dinas Tanaman Pangan bisa bergerak lebih cepat dan melakukan upaya yang jitu, agar produksi jagung di Sumbar bisa lebih ditingkatkan, sehingga tidak lagi bergantung dengan jagung impor,” tegasnya.
Kondisi ini juga telah ditanggapi oleh Gubernur Sumbar Mahyeldi dalam kegiatan belum lama ini bersama investor dan Polda Sumbar. Menurutnya saat ini berkat kolaborasi bersama sejumlah pihak, akan dimulai pemanfaatan 1.000 ha lahan tidur, dan diperkirakan bila nanti 1.000 ha tersebut memasuki masa panen, jumlah jagung yang diproduksi akan mampu mengurangi ketergantungan jagung impor tersebut.
Baca Juga
“Untuk swasembada pangan ini, kami memang butuh kolaborasi. Komoditas jagung akan menjadi fokus kami ke depannya, supaya perluasan tanaman jagung itu bisa tercapai, dan bahkan jika bisa lebih dari 1.000 ha itu,” tegasnya.
Mahyeldi juga berpendapat bahwa kendati regulasi untuk pemanfaatan lahan sawah tadah hujan untuk beralih ditanami jagung, namun hal tersebut ke depan akan dibicarakan lebih lanjut. Karena kondisi sawah tadah hujan saat ini, ada yang bisa menanam padi satu kali dalam setahun saja.
“Sawah tadah hujan itu kan cuma 4 bulan waktu yang terpakai, artinya 8 bulan lamanya sawah itu dibiarkan tidur. Bagaimana caranya waktu 8 bulan itu bisa dialihkan untuk sementara waktu menanam jagung. Artinya bila saat ini nanti musim hujan, silakan ditanami padi kembali,” jelasnya.
Dia berpendapat cara itu akan mampu mendorong produktivitas jagung di Sumbar, dan turut memanfaatkan lahan sawah yang tidur akibat menjalani masa musim kemarau. Dengan demikian, lahan sawah tidak hilang, tapi malah dimanfaatkan sejenak untuk bertanam jagung.
“Hal ini tentu akan kami bicarakan dulu, karena kami tidak ingin gerakan untuk meningkatkan produksi jagung ini, malah mengganggu lahan sawah,” tutupnya.