Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menilik Solusi Isu Regenerasi Petani di Sumsel

Regenerasi petani menjadi isu mengkhawatirkan di sektor pertanian yang ramai dibahas saat ini.
Petani melakukan penyemprotan anti hama terhadap tanaman padi yang baru ditanama di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Kamis (3/10/2024). Bisnis/Paulus Tandi Bone
Petani melakukan penyemprotan anti hama terhadap tanaman padi yang baru ditanama di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Kamis (3/10/2024). Bisnis/Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, PALEMBANG—  Regenerasi petani menjadi salah satu isu di sektor pertanian yang juga mengemuka di Sumatra Selatan (Sumsel).

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumsel, Bambang Pramono menyebut sekitar 60% dari total 1,2 juta petani aktif di wilayah tersebut berusia di atas 45 tahun.

Kondisi itu dikhawatirkan memengaruhi keberlangsungan sektor pertanian dan upaya mempertahankan gelar Sumsel sebagai lumbung pangan.

“Tidak hanya Sumsel, isu (regenerasi petani) ini juga secara nasional dan menjadi faktor pembatas dalam melangsungkan pertanian dan meningkatkan produksi,” ujarnya, Selasa (10/6/2025).

Bambang menuturkan, salah satu upaya yang tengah didorong pemerintah untuk mengatasi persoalan itu yakni melalui Brigade Pangan. 

Menurutnya, program itu telah dirancang pemerintah untuk menarik minat para generasi muda terjun ke sektor pertanian. Saat ini jumlah Brigade Pangan yang telah terbentuk di Sumsel mencapai 326, sedangkan yang telah operasional sebanyak 306.

“Dan di Pulau Sumatra, pembentukan Brigade Pangan di Sumsel ini menjadi yang tertinggi,” katanya.

Kelompok itu telah tersebar di wilayah-wilayah produksi seperti Banyuasin, Ogan Ilir, OKU Timur, terutama di wilayah yang dilaksanakan optimalisasi lahan dan cetak sawah. 

“Karena setelah dilakukan optimalisasi lahan diharapkan lahan menjadi produktif dan panen menjadi dua kali bahkan tiga kali. Di sana lah Brigade Pangan hadir,” terangnya.

Bambang menuturkan Brigade Pangan mendapat bantuan dari pemerintah senilai Rp3 miliar untuk setiap 200 hektare lahan pertanian.

Nilai tersebut disalurkan dalam bentuk alat dan mesin pertanian seperti traktor roda dua dan roda empat, pompa serta combine harvester.

Adapun sistem yang digunakan dalam operasionalnya yaitu bagi hasil di mana setiap 70% keuntungan dari hasil panen menjadi milik Brigade Pangan dan 30% diserahkan ke pemilik lahan.

“Jadi memang upaya untuk mengatasi regenerasi petani telah digagas. Kalau dulu ada petani milenial, sekarang Brigade Pangan,” tutupnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper