Bisnis.com, PADANG - Harga komoditas gambir di tingkat petani di Provinsi Sumatra Barat semakin memilukan dari hari ke hari dampak adanya perang India-Pakistan.
Seorang petani gambir di Kabupaten Pesisir Selatan, Riko mengatakan mengetahui adanya perang antara India-Pakistan membuat petani turut merasakan dampaknya, harga komoditas gambir jauh dari dugaan atau terburuk sepanjang masa yakni Rp13.000 per kilogramnya.
"Memang bom dan peluru peperangan antara India dan pakistan tidak sampai ke petani, tapi dampaknya itu lebih kepada pemerintah pasar yang menurun, karena hasil gambir ini ekspornya kedua negara itu pula (India dan Pakistan)," katanya, Selasa (13/5/2025).
Menyikapi kondisi anjloknya harga gambir itu, petani memilih untuk menunda masa panen, karena dengan harga Rp13.000 per kilogram tersebut, sangat dinilai tidak layak. Sebab, apabila tetap dipaksakan untuk panen, hanya menimbulkan kerugian diri sisi modalnya.
Riko menyampaikan kondisi harga Rp13.000 per kilogram ini masih ada potensi untuk turun lagi, karena hal ini dapat diukur dengan penjualan petani yang sampai saat ini masih banyak belum dibayarkan oleh pengepul, artinya meskipun gambir telah dijual, belum dalam bentuk lembaran uang rupiah yang diterima petani.
"Kami menerima kertas putih saja (kwitansi). Biasanya kalau kertas itu yang kami dapatkan, akan lama dibayarkan pengepul. Apalagi kondisi belum normal di India dan Pakistan dari yang saya baca di pemberitaan," ungkapnya.
Baca Juga
Selain itu, terkait adanya keluhan dari eksportir soal kualitas gambir, Riko mengatakan hanya segelintir petani yang nekat melakukan hasil produksi gambir dalam kondisi yang tidak bagus, sehingga tidak seharusnya memandang rata saja bahwa seluruh petani gambir tidak memproduksi gambir dalam kualitas yang bagus.
"Orang macam apa itu yang memproduksi gambir tidak bagus kualitasnya. Kalau saya malah memastikan betul usia panen daunnya, dengan target kualitas bagus. Karena saya ingin dapat harga yang bagus pula," sebutnya.
Dia juga berharap dengan adanya pandangan eksportir terhadap kualitas gambir itu, pemerintah bisa turun memberikan pemahaman dan edukasi, sehingga gambir di Sumbar ini benar-benar pantas untuk dipuji kualitasnya, sehingga harga kembali naik, dan berharap pangsa pasar bisa diperluas.
Dihubungi terpisah, Sekretaris Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Sumbar Ferdinal Asmin mengatakan mengingat pasar ekspor komoditas gambir di Sumbar hanya ke India dan Pakistan, maka dalam kondisi konflik di dua negara itu, petani berada di posisi dilema, karena produk ekspor ini sangat bergantung pada situasi global.
"Kami bersama dinas terkait sebenarnya telah melalukan upaya perluasan pangsa pasar untuk gambir ini, tapi belum mendapatkan hasil yang pasti. Namun kami akan tetap berusaha, agar pangsa pasar ini tidak hanya ke India dan Pakistan saja," tegasnya.
Melihat kondisi ini, Ferdinal menyampaikan sembari menunggu kondisi konflik tersebut meredah, ada baiknya petani berupaya meningkatkan kualitas gambirnya. Karena masa panen daunnya itu paling bagus 4 bulan sekali atau 3 kali selama satu tahun.
"Soal peningkatan kualitas ini, kami sudah sosialisasikan kepada petani agar memperhatikan kualitas gambir, jangan dicampur dengan yg lain. Kami juga saat ini dengan menyusun Pergub tentang Gambir, yang salah satunya melindungi petani Gambir kita. Proses pembuatan Pergub ini masih dalam harmonisasi dengan Menkumham," jelasnya.
Dia menyebutkan di dalam Pergub itu yang diatur diantaranya terkait hubungan antara petani dan pedagang atau eksportir, unit pengolahan di tingkat petani, pemberdayaan petani, dan hilirisasi produk gambir.
"Secara garis besar hal itu yg diatur dalam hubungan petani dan pedagang atau eksportir," ucapnya.
Menurutnya terkait harga, untuk di dalam Pergub tersebut memang tidak seperti sawit, karena khusus untuk sawit ada pedomannya dari kementerian. Sementara untuk gambir, hal ini yan perlu kesepakatan petani dan pengusaha.
"Tentu kami akan berupaya agar kondisi perkebunan gambir ini kembali ke sisi bagusnya. Karena di Indonesia ini, 85% ekspor komoditas gambir datang dari Sumbar dan sisanya dari Sumatra Utara. Artinya komoditas gambir menjadi perhatian serius pemerintah," tutup Ferdinal.