Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Awal Juni 2025, Harga Komoditas Gambir di Sumbar Mulai Membaik

Harga gambir Rp28.000 per kilogram dengan kondisi kandungan air 18%, mulai membaik bila dibandingkan satu bulan yang lalu.
Seorang petani tengah melakukan proses merebus daun gambir di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Bisnis/Muhammad Noli Hendra
Seorang petani tengah melakukan proses merebus daun gambir di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Bisnis/Muhammad Noli Hendra

Bisnis.com, PADANG - Menjalani awal Juni 2025 ini harga gambir di tingkat petani di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat, mulai membaik setelah lebih dari satu bulan berada pada posisi harga yang terpuruk.

Salah seorang petani di Pesisir Selatan, Rido mengatakan berdasarkan penjualan gambir ke pengepul pada Senin (2/6) kemarin, harga gambir Rp28.000 per kilogram dengan kondisi kandungan air 18%. Harga tersebut sudah mulai membaik bila dibandingkan satu bulan yang lalu.

“Dulu harga gambir sempat di bawah Rp20.000 per kilogram. Bagi kami petani gambir, harga segitu tidak ada yang bisa didapatkan lagi. Jika pun tetap dijual harga segitu, hanya cukup buat modal saja, karena untuk memanen gambir itu biaya terbilang cukup banyak,” katanya, Selasa (3/6/2025).

Dia menyebutkan biasanya harga stabil gambir di tingkat petani itu Rp38.000 per kilogram dengan kondisi kandungan air 18%. Sedangkan bila ingin menjual gambir dalam kondisi kering alias nol persen kandungan air, normalnya Rp60.000 per kilogram. Tapi dalam kondisi harga murah dulu, harga gambir kering malah Rp25.000 per kilogram.

“Kondisi harga gambir kering itu yang malah lebih jatuh harganya, lebih dari 200% turun harganya. Kami petani di Pesisir Selatan memang kebanyakan menjual gambir dalam kondisi kandungan air 18%,” jelasnya.

Rido menjelaskan alasan petani lebih banyak menjual hasil panen gambir dalam kondisi kandungan air 18%, supaya bisa lebih cepat untuk mendapatkan uang dari hasil panen tersebut. Hal ini dikarenakan untuk memproses penjemuran gambir pada kandungan air 18% itu, cukup satu hari saja, bila kondisi cuaca panas dari pagi hingga sore hari.

“Kami petani ini kan maunya cepat menerima uang hasil panennya. Kalau dibuat kering pula, bisa habis dua hari hingga tiga hari untuk menjemurnya. Sementara jika dalam kondisi kandungan air 18%, cukup satu hari saja, lalu dijual ke pengepul, dan kami pun langsung terima uang, dan bisa kembali ke rumah,” sebutnya.

Menurutnya melihat dari tren kenaikan harga gambir secara perlahan ini, ada kemungkinan secara bertahap harga gambir akan mencapai nilai normalnya. Terlebih kondisi konflik antara India dan Pakistan telah murah meredah, karena dua negara tersebut merupakan pangsa pasar ekspor gambir asal Sumbar.

“Kalau India dan Pakistan perang berkepanjangan, bisa-bisa harga gambir bakal turun terus. Kondisi harga di bawah Rp20.000 per kilogram itu saja, ada petani yang meninggalkan kebunnya untuk sementara, karena tidak ingin panen dulu. Apalagi kalau harganya tidak naik-naik lagi, ada potensi alih fungsi lahan pun terjadi,” tegasnya.

Sementara itu, seorang eksportir gambir India di Padang, Punit menyebutkan ada banyak hal yang membuat harga gambir di Sumbar anjlok, pertama soal kualitas gambir yang turun, produksi malah melimpah, dan ditambah adanya kondisi perang India dan Pakistan.

“Soal kondisi konflik India dan Pakistan dulu, saya rasa tidak begitu besar dampaknya terhadap harga gambir. Karena permintaan masih jalan, hanya saja memang terjadi penurunan permintaan. Tapi yang dominan itu penyebab turunnya harga gambir adalah kualitas gambir itu sendiri,” ungkapnya.

Punit menjelaskan dari beberapa kasus hasil pemeriksaan kualitas gambir yang dilakukan dari setiap masuknya pasokan gambir dari berbagai pengepul di Sumbar, ditemukan gambir di Sumbar ada yang dicampur dengan tanah, sering rendahnya kandungan katekin yang terdapat gambir yang sudah kering tersebut.

Baginya, ada kualitas ada harga bagus yang bisa diberikan kepada pengepul. Artinya, jika pengepul bisa mendapatkan harga yang bagus, maka harga di tingkat petani bisa membaik pula. Namun persoalan yang terjadi adalah kualitas gambir di sejumlah daerah di Sumbar malah sulit untuk diterima.

“Saya cukup banyak menolak gambir yang dibawa oleh pengepul ke gudang kami, alasannya ya hasil pemeriksaan, kualitas turun,” sebutnya.

Selain soal kualitas, pasokan gambir yang ada di Sumbar juga tergolong melimpah. Di dalam dunia ekonomi, bila pasokan lagi melimpah, artinya harga jual mengalami penurunan. Berbeda dengan kondisi stok lagi menipis, maka akan terjadi kenaikan harga.

Dikatakannya bila petani bisa mengatur produksi, maka ada peluang harga di pasaran bisa lebih tinggi, dan kemudian seiring dengan hal itu dilakukan pula perbaikan kualitas, maka dapat dipastikan harga gambir bisa lebih mensejahterakan petani.

“Kami dari eksportir tentu ingin mendapatkan kualitas bagus, sehingga mutu gambir yang diekspor pun dapat diterima dengan puas di negara tujuan, seperti India, Pakistan, Nepal, dan Bangladesh. Jika hal ini berjalan dengan baik, harga gambir di tingkat petani pun bisa ikut membaik pula,” katanya.

Kemudian melihat dari data pemerintah pusat, Sumbar merupakan daerah produksi gambir terbanyak di nusantara ini. Permintaan gambir ini terbesar datang dari India, kemudian disusul Pakistan, Nepal, dan Bangladesh. Ekspor gambir ini mencapai 13.000 ton hingga 14.000 ton per tahun. 

Kawasan perkebunan gambir di Sumbar tersebar di sejumlah daerah. Mulai dari Kabupaten Limapuluh Kota untuk luas lahan gambir 17.535 ha dengan produksi sebesar 8.320 ton per tahunnya.

Selanjutnya di Kabupaten Pesisir Selatan luas lahan 10.324 ha dan mampu memproduksi 7.227 ton gambir per tahunnya. Kabupaten Agam untuk luas lahan gambir 496 ha dengan produksi 122 ton per tahunnya. Begitupun dengan Kabupaten Pasaman luas lahan 125,93 ha produksinya bisa menyentuh 125 ton per tahunnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper