Bisnis.com, PADANG - Data terbaru yang dicatat Badan Karantina Provinsi Sumatra Barat hingga triwulan I/2025 terdapat ratusan ribu ton komoditas kelapa diekspor ke empat negara.
Kepala Badan Karantina Provinsi Sumbar Ibrahim mengatakan melihat pada data triwulan I/2025 itu komoditas kelapa yang melakukan ekspor itu merupakan santan kelapa dan air kelapa. Namun secara volume belum begitu besar, karena frekuensi ekspor baru mulai berjalan pada Februari.
“Januari 2025 itu belum ada pergerakan ekspor komoditas kelapa dari Sumbar. Pada Februari dan Maret 2025 baru mulai melakukan ekspor,” katanya, Selasa (22/4/2025).
Dia menjelaskan untuk komoditas kelapa yakni santan kelapa tercatat di ekspor ke Inggris dan Malaysia. Paling banyak volume ekspornya pada Februari yakni 33.400 ton dan Maret 1 ton.
Kemudian Sumbar juga turut mengekspor air kelapa ke Spanyol dan Belgia, dengan pengiriman terbanyak pada Maret sebesar 176 ribu ton dan Februari 80 ribu ton.
“Melihat pada kondisi pada tahun-tahun lalu, memang di triwulan I/2025 ini aktivitas ekspor belum menunjukan volume yang besar. Tapi pada triwulan II/2025 dan seterusnya diperkirakan akan terus bertambah volume ekspor nya,” ujar Ibrahim.
Baca Juga
Melihat adanya potensi pasar global, Pemerintah Provinsi Sumbar pun mendorong peningkatan produktivitas kelapa, dengan cara menjalankan program tanam 1 juta pohon kelapa.
Dihubungi terpisah, Sekretaris Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumbar Ferdinal Asmin mengatakan program tersebut telah dimulai sejak tahun 2021 atau pada masa periode pertama Gubernur Sumbar Mahyeldi, dan kini pada periode kedua Mahyeldi, program tersebut masih terus berjalan, hanya masih perlu adanya dukungan anggaran.
“Data sementara yang kami catat 20.000 bibit kelapa telah kami sebar ke sejumlah daerah. Tapi melihat kondisi kebijakan efisiensi anggaran tahun ini, kami belum bisa mengetahui pasti apakah program 1 juta pohon kelapa tetap ada alokasi anggaran atau tidak, dan yang jelas program ini akan kami upaya bisa tetap berlanjut,” katanya.
Dia menyebutkan tujuan awal adanya program tanam 1 juta pohon kelapa itu, memang untuk meningkatkan produktivitas kelapa di Sumbar, karena memiliki pangsa pasar dan peluang ekonomi yang bagus.
Karena komoditas kelapa di Sumbar ini dengan berbagai olahannya, telah diekspor ke berbagai negara di Eropa. Oleh karena itu, pemerintah melihat perlu didukung untuk penanaman bibit baru, seperti replanting dan penambahan luas lahan.
“Kelapa yang telah tinggi-tinggi itu seharusnya direplanting. Nah program tanam 1 juta pohon kelapa ini memang ditujukan untuk hal yang demikian. Tapi untuk saat ini sepertinya terkendala soal anggaran,” ungkapnya.
Sebelumnya direncanakan sebaran penanaman 1 juta pohon kelapa itu untuk 7 daerah kawasan pantai, seperti Kabupaten Pasaman Barat, Padang Pariaman, Agam, Pesisir Selatan, Kepulauan Mentawai, Kota Pariaman, dan Padang.
Ferdinal menyampaikan dari data produksi tahun 2024, produksi kelapa di Sumbar sebesar 80.046 ton per tahunnya. Dari jumlah produksi itu, Kabupaten Padang Pariaman menjadi produksi kelapa terbanyak di Sumbar yang mencapai 39.233 ton per tahunnya, dan kemudian juga ada di Kabupaten Agam 8.265 ton per tahunnya, lalu di Kabupaten Kepulauan Mentawai 7.831 ton per tahunnya.
“Jadi seluruh kabupaten dan kota di Sumbar punya produksi kelapanya, baik yang kelapa tua maupun yang untuk kelapa muda. Daerah sentra nya ada di Kabupaten Padang Pariaman,” katanya.
Dia menyampaikan di Sumbar ini kebutuhan kelapa memang banyak untuk masakan, seperti rendang, gulai, dan sejumlah kuliner lainnya yang menggunakan bahan santan kelapa. Tapi meski banyak masakan yang menggunakan santan kelapa, dari produksi yang ada per tahun itu diperkirakan masih surplus dari kebutuhan.
Sementara terkait daerah sebaran kelapa yang banyak memang di kawasan pesisir pantai, dan kemudian di daerah dataran, seperti Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Pasaman, hingga di Kota Sawahlunto.