Bisnis.com, PEKANBARU -- Melemahnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika, tidak semuanya berdampak buruk bagi ekonomi namun memunculkan peluang masuknya investasi baru ke daerah, termasuk di Provinsi Riau.
Ekonom Universitas Riau Edyanus Herman Halim menyebut geliat investasi di Provinsi Riau masih menunjukkan arah yang positif, khususnya pada sektor riil. Menurutnya peluang investasi di Riau tetap terbuka lebar, terutama di sektor berbasis sumber daya alam dan industri hilir.
“Meski ekonomi secara umum tidak sepenuhnya stabil, sektor riil di Riau masih menjanjikan. Sektor moneter memang sedikit berfluktuasi, tetapi tampaknya hanya bersifat sementara,” katanya, Senin (21/4/2025).
Data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Riau mencatat sepanjang 2024 realisasi investasi daerah itu mencapai Rp88,30 triliun. Angka ini mencatatkan kenaikan sebesar 12,52% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yang tercatat senilai Rp78,5 triliun.
Secara nasional, Provinsi Riau menempati peringkat ke-6 dengan kontribusi PMDN sebesar Rp61,1 triliun dan PMA yang tercatat mencapai US$1,813 juta atau Rp27,2 triliun, dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 97.201 orang.
Edyanus menjelaskan pelemahan nilai tukar rupiah justru bisa menjadi daya tarik bagi investor. Dengan modal dolar yang tidak terlalu besar, investor bisa mendapatkan lebih banyak nilai tukar dalam rupiah. Hal ini membuka ruang lebih besar untuk investasi di sektor riil.
Baca Juga
Menurutnya dengan nilai tukar dolar yang naik, investasi dalam negeri menjadi lebih murah bagi investor asing. Hal ini bisa menjadi momentum untuk mendorong masuknya modal ke sektor industri hilir yang masih banyak peluangnya di Riau.
Edyanus juga menyoroti sektor jasa dan pariwisata sebagai bidang yang patut dikembangkan di masa mendatang. Menurutnya, ketersediaan infrastruktur seperti jalan tol akan menjadi pendukung penting dalam mengembangkan destinasi wisata dan layanan publik.
“Jasa kesehatan dan layanan masyarakat lainnya sangat potensial. Selain itu, dengan mulai tersambungnya jaringan tol antarwilayah, pengembangan sektor pariwisata menjadi peluang menarik,” ujarnya.
Di sektor industri, potensi pengembangan industri hilir dari komoditas unggulan Riau dinilai masih sangat menjanjikan. Selain didukung oleh ketersediaan bahan baku, Riau juga masih memiliki lahan yang cukup untuk pengembangan kawasan industri baru.
Namun, Edyanus menekankan iklim investasi yang kondusif sangat bergantung pada pembenahan birokrasi dan tata kelola pemerintahan. Ia mendorong agar pemerintah daerah melakukan reformasi struktural dalam pelayanan publik.
Pemerintah daerah disebut harus mereformasi birokrasi agar lebih efisien dan efektif. Menurutnya mindset aparatur negara harus diubah agar benar-benar berorientasi pada pelayanan dan menciptakan kenyamanan bagi investor.
Lebih lanjut, dia menegaskan pentingnya sinergi lintas level pemerintahan dan peningkatan infrastruktur dasar. Upaya ini harus disertai dengan pemberantasan hambatan-hambatan klasik dalam dunia usaha.
“Premanisme, biaya-biaya tinggi, dan praktik koncoisme harus diberantas. Semua itu menjadi faktor penghambat utama yang bisa merusak kepercayaan investor terhadap Riau,” pungkasnya.