Bisnis.com, MEDAN - Masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir pantai Desa Tapak Kuda, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, secara ekonomi masih terbilang kurang mapan.
Sebagian besar masyarakat di sana menjadikan laut sebagai sumber ekonomi. Namun kendati adanya potensi hasil perikanan itu, ada sejumlah persoalan yang dihadapi, yakni mulai dari akses jalan yang kurang memadai, serta masih terbatasnya alat tangkap nelayan.
Menurut keterangan Ketua Kelompok Nelayan Rumpon Tapak Kuda, Aidil Putra, terdapat ratusan nelayan di desa itu mengadu nasib ke lautan lepas dengan cara menggunakan alat tangkap secara tradisional.
“Kami semuanya merupakan nelayan tradisional, ada nelayan pukat tarik, dan nelayan rumpon,” katanya, saat dikunjungi Bisnis Indonesia dalam kegiatan Jelajah Migas Sumut-Aceh 2024 yang turut didukung oleh KKKS Sumbagut, yakni EMP Tonga, EMP Gebang, Pertamina EP Pangkalan Susu, Pertamina EP Rantau, Harbour Energy, dan Pertamina Hulu Energy NSO, Rabu (4/12/2024).
Namun ada persoalan yang terbilang cukup sulit dihadapi nelayan rumpon, yakni soal penyediaan rumpon nya. Karena untuk membuat rumpon-rumpon itu, membutuhkan modal, yakni mulai dari untuk merakit rumpon yang terbuat dari pelepah kelapa, hingga menghantarkan rumpon ke tengah laut dengan jarak minimal 1 mil dari bibir pantai.
"Untuk memilih titik ditempatkannya rumpon itu tidak asal-asalan juga, dan kami dari nelayan ada mempunyai ketentuan tertentu," ujarnya.
Baca Juga
Meski telah mendapatkan titik lokasi yang dinilai memiliki potensi yang bagus untuk menempatkan rumpon, bukan berarti langsung bisa dipanen atau ditangkap ikannya, tapi harus menunggu waktu hingga tiga bulan dulu.
Alasan kenapa harus menunggu waktu hingga tiga bulan, kata Aidil, karena daun dan pelepah kelapa yang dibuat rumpon itu masih dalam keadaan muda, dan butuh kondisi rumpon berwarna seperti kecoklatan, dengan demikian barulah ikan-ikan akan datang ke rumpon tersebut.
"Kalau sudah dimulai dan sudah banyak ikannya di rumpon itu, selanjutnya sudah bisa ditangkap ikannya setiap hari, mau pagi, siang, atau malam," ungkapnya.
"Jadi butuh waktu juga untuk menunggu supaya rumpon itu didatangi ikan. Kalau cuma punya dua atau tiga rumpon, hasil tangkapan tentu tidak sesuai harapan. Makanya kami berharap jumlah rumpon bisa lebih banyak lagi," lanjutnya.
Mengetahui keluh kesah nelayan itu, dimana EMP Gebang yang juga tengah melakukan pencarian potensi migas di kawasan Tanjung Pura, persoalan yang dihadapi nelayan tersebut turut dibantu.
Bantuan yang diberikan EMP Gebang memberikan modal kepada nelayan setempat untuk membuat 8 unit rumpon, dan kemudian rumpon-rumpon tersebut disebar disejumlah titik yang tidak hanya terpusat di satu Desa Tapak Kuda saja.
“Semenjak adanya 8 titik rumpon itu, nelayan yang menangkap ikan ke rumpon itu tida hanya dari nelayan di Desa Tapak Kuda saja, terapi juga ada dari desa-desa tetangga lainnya yang ada di wilayah Tanjung Pura yang jumlah mencapai ratusan nelayan,” ucap Aidil.
Dia menyebutkan keberadaan rumpon itu, sangat membantu nelayan untuk menangkap ikan dengen cara dipancing. Dimana untuk satu rumpon bisa disebar pancingnya dari 10 unit kapal nelayan.
Artinya dari 8 titik rumpon yang ditebar dari bantuan EMP Gebang itu, telah dapat membantu 80 unit kapal nelayan untuk memudahkan mendapatkan ikan yang lebih banyak.
“Peran rumpon ini sebenarnya jadi pengganti penggunaan teknologi pendeteksi keberadaan ikan. Kan ada teknologi bisa menunjukan keberadaan ikan yang banyak. Nah, dengan rumpon ini, kami mengundang ikan-ikan untuk datang, setelah itu baru kami pancing secara bersama-sama,” ucapnya.
Dengan adanya sebaran rumpon di 8 titik itu, rata-rata untuk satu orang nelayan bisa mendapatkan 30 kg ikan, dimana penghasilan nelayan isa mencapai Rp200.000 per harinya.
Bila melihat sebelum adanya bantuan dari EMP Gebang, sebaran rumpon hanya mampu disebar di dua hingga tiga titik saja. Sementara ada banyak nelayan yang akan memancing ikan dari rumpon tersebut, sehingga keberadaan minimnya rumpon, tidak sebanding dengan jumlah nelayannya.
“Akibatnya hasil tangkapan nelayan sedikit, palingan bisa bawa ikan nutuk kebutuhan keluarga di rumah, dan sulit untuk di jual,” sebutnya.
Untuk itu, Aidil mengaku sangat terbantu dari bantuan yang diberikan oleh EMP Gebang tersebut. Bahkan kedepannya telah ada pembicaraan dari pihak EMP Gebang, bahwa akan ada bantuan lainnya yang akan diberikan, untuk mendukung kemajuan Desa Tapak Kuda dan tentunya untuk masyarakat di pesisir pantai.
“Sekarang dari sisi nelayan sudah dibantu, kedepan akses jalan dan juga jembatan akan dibantu oleh EMP Gebang. Karena dengan bagusnya akses jalan, akan berdampak kepada perekonomian masyarakat, dan saya sangat berterima kasih,” ujarnya.
Selain adanya kepedulian bagi nelayan, EMP Gebang ternyata juga turut membina dan melatih pelaku UMKM yang juga memproduksi makanan kering yang menggunakan bahan baku dari ikan yakni Kue Bawang Kecepai Bawang Merah.
Salah seorang pelaku usaha, Riza Umami menjelaskan, Kue Bawang Kecepai Mawar Merah itu lahir dari tangan-tangan ibu rumah tangga, yang para suaminya merupakan nelayan.
"Di sini banyak ikan kecapai nya, dari pada dibuat ikan asin terus, kami pun mencoba membuat kue bawang merah yang terbuat dari olahan ikan kecapai. Ternyata enak dan banyak yang suka," katanya.
Melihat adanya respon yang baik dengan keberadaan dari Kue Bawang Kecepai Mawar Merah ini, para ibu-ibu rumah tangga itu melakukan produksi dalam jumlah yang cukup banyak, dengan durasi produksi 3 kali dalam satu pekan.
Dimana dalam satu kali produksi itu, para ibu-ibu rumah tangga ini membuat 5 kg Kue Bawang Kecepai Mawar Merah, dan kemudian dijual dengan harga Rp5.000 per bungkus.
"Awal-awal kami bungkus dengan plastik biasa. Karena kami tidak hanya jual dalam bentuk kemasan Rp5.000, tapi juga menjual kiloan yakni 1 kg Rp60.000," kata dia.
Penjualan produk Kue Bawang Kecepai Mawar Merah dari para istri nelayan ini, terbilang masih disekitaran Kecamatan Tanjung Pura. Dari kondisi itu, penghasilan bersih dari penjualan sekitar Rp1 juta per bulan. Meski secara tidak terlalu besar, tapi para ibu-ibu rumau tangga tersebut mengaku semakin bersemangat untuk meningkatkan produksi dan memperluas pangsa pasarnya.
Riza mengaku dari kondisi yang dihadapinnya itu, beberapa bulan yang lalu di tahun 2024 ini, EMP Gebang pun ikut membantu dalam bentuk bimbingan dan pelatihan untuk membuat kemasan dan izin usaha produk Kue Bawang Kecepai Mawar Merah.
"Semenjak kami mendapatkan pelatihan, akhirnya kami punya kemasan yang cantik dan menarik. Kami pun semakin pede untuk memperluas pemasaran," sebutnya.
Dia mengaku kalau tidak ada dibantu EMP Gebang, mungkin usaha yang dijalani para istri nelayan itu, tidak bisa berkembang dan hanya berjalan di tempat saja. Baginya, sentuhan EMP Gebang di kawasan pesisir pantai Desa Tapak Kuda, sangat membantu para masyarakat yang bermukim di wilayah tersebut.
"Bicara jalan, kondisi jalan sangat buruk. Sekarang datang EMP Gebang, jalan-jalan dan jembatan untuk mengakses ke desa kami ini pun diperbaiki. Kami ucapkan ribuan terima kasih untuk EMP Gebang," kata Riza.