Bisnis.com, MEDAN - Kegiatan operasi minyak dan gas (migas) di wilayah Sumatra Bagian Utara (Sumbagut) memiliki peran yang besar dalam target nasional dan hal ini membuat membuat Industri Hulu Migas menjadi penyumbang kedua terbesar penerimaan negara setelah pajak.
Dengan memiliki peran yang besar itu, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Sumbagut membuka diri bergandengan tangan dengan berbagai pihak, salah satunya dengan Bisnis Indonesia melalui program Jelajah Migas Sumut-Aceh yang dimulai pada 3-7 Desember 2024.
Kepala Perwakilan SKK Migas Perwakilan Sumbagut Rikky Rahmat Firdaus mengatakan seiring adanya kegiatan operasi migas itu tentu diharapkan tidak hanya bisa memberikan manfaat kepada penerimaan negara, tapi juga ikut dirasakan masyarakat.
"Tim dari Jelajah Migas Sumut-Aceh 2024 dari Bisnis Indonesia akan menjalahi sejumlah tempat pengoperasi Migas yang ada di wilayah Sumbagut, dan akan melihat secara langsung, bagaimana perusahaan berkembang bersama dengan kepedulian terhadap masyarakat," katanya di Medan, Selasa (3/12/2024).
Sebagai informasi, kegiatan Jelajah Migas Sumut-Aceh 2024 ini turut didukung oleh KKKS Sumbagut, yakni EMP Tonga, EMP Gebang, Pertamina EP Pangkalan Susu, Pertamina EP Rantau, Harbour Energy, dan Pertamina Hulu Energy NSO.
Dia menyampaikan kegiatan Jelajah Migas ini bukan pertama kali melibatkan Bisnis Indonesia, tapi sebelumnya juga telah dilakukan di Jelajah Migas Riau-Kepri, dan bahkan telah terdokumentasikan dengan baik melalui video, foto, yang kemudian dibuatkan dalam bentuk buku dan majalah.
Baca Juga
Untuk itu, dalam kegiatan Jelajah Migas Sumut-Aceh 2024 kali ini diharapkan banyak informasi yang digali dan dimunculkan ke publik, sehingga masyarakat di seluruh Indonesia mengetahui bahwa SKK Migas tumbuh bersama bergandengan dengan masyarakat.
Peran SKK Migas Sumbagut terhadap target nasional, bisa dilihat dari sisi kinerja, Rikky menjelaskan sebagaimana yang diketahui bahwa Industri Hulu Migas telah menjadi penyumbang kedua terbesar penerimaan negara setelah pajak, dengan total kontribusi sebesar Rp5.045 triliun.
Tahun ini, Wilayah Sumbagut memiliki kegiatan pemboran sebanyak 636 Sumur atau sebanyak 61% dari target Nasional. Tentunya kegiatan pemboran harus sejalan dengan percepatan pelaksanaan proses kesiapan untuk merealisasikan produksi 1 Juta BOPD Minyak dan 12 BSCFD Gas.
Di dalam mendukung target tersebut, tusi Perwakilan ialah berperan dalam membantu atau mendukung percepatan pelaksanaan proses di SKK Migas di wilayah perwakilan agar tercipta Kegiatan Usaha Hulu di tingkat daerah/wilayah yang lebih lancar, efisien, dan efektif serta proses pengawasan dan pengendalian KKKS yang lebih baik, dengan tata waktu yang tepat dan sesuai dengan target.
Seiring dengan tusi dimaksud, dari sisi hubungan eksternal Wilayah Kerja dari KKKS, dengan semakin masifnya kegiatan operasi Migas tentunya akan lebih besar juga tantangan yang dihadapi dan tidak menutup kemungkinan akan ada kendala.
"Selain secara operasional, industri hulu migas perlu terus menjaga hubungan ke pihak eksternal," ujarnya.
Dia menyampaikan ada beberapa cara yang dilakukan oleh industri hulu migas adalah melalui hubungan kelembagaan, komunikasi media, dan program pengembangan masyarakat, dan setiap cara memiliki tantangan tersendiri.
Dinamika sosial dan kelembagaan daerah ke depan menjadi tantangan bagi industri hulu migas, dimana keutamaan kepentingan kegiatan operasi harus berjalan dengan lancar di tengah ragam ekspektasi daerah harus dapat dikelola dengan baik.
"Seperti yang kami lakukan dengan Bisnis Indonesia, merupakan salah satu bentuk membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan media, sehingga program pengembangan masyarakat bisa dipublikasikan melalui media massa," kata Rikky.
Berbagai upaya dan langkah agar kegiatan industri hulu migas terus dilakukan, lanjut Rikky, untuk mengamankan KPI Target nasional dengan mempertahankan produksi migas dan meningkat lifting untuk penerimaan negara.
Dia menyatakan yang terjadi kini ada berbagai tantangan yang dihadapi insan hulu migas saat masuk ke dalam lingkungan sosial di wilayah operasi, mulai dari pemangku kepentingan hingga masyarakat.
"Isu yang sering menjadi tantangan mulai dari dinamika politik daerah, tuntutan tenaga kerja lokal, dana bagi hasil migas (DBH), PI 10%, isu keterlibatan vendor lokal, CSR, unjuk rasa, masalah perizinan, dan lain sebagainya," ujar Rikky.
Dikatakannya tantangan tersebut terjadi karena belum lengkapnya pemahaman publik terhadap manfaat berganda hulu migas secara lengkap data dan narasi manfaat multiplier efek industri hulu migas yang diterima di tingkat daerah. Untuk itu melalui kegiatan jelaha ini, diharapkan dapat memberikan banyak informasi yang bermanfaat.
"Jelajah Migas Sumut-Aceh 2024 ini, kita dukung kegiatannya, karena kegiatan sebelumnya kami merasakan dampak yang positif," tutupnya.
Di kesempatan yang sama, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral (Disperindag dan ESDM) Sumatra Utara, Mulyadi Simatupang menyampaikan dukungan dan apresiasi bagi SKK Migas Sumbagut serta Bisnis Indonesia.
Dia melihat kegiatan Jelajah Migas Sumut-Aceh 2024 itu, selain mendapatkan informasi kondisi masyarakat yang berada di sekitar operasi Migas, kegiatan tersebut juga dapat mengedukasi masyarakat terkait operasi Migas.
"Kegiatan ini kami melihat akan dapat memberikan dampak yang positif, karena ada banyak manfaat yang turut dirasakan masyarakat yakni dari sisi ekonomi dengan adanya operasi Migas itu," ujarnya.
Mulyadi berharap dengan adanya wilayah kerja SKK Migas khususnya di Sumut juga turut memberikan peluang kerja bagi anak muda di Sumut.
Kepala Perwakilan Bisnis Indonesia Sumut-Aceh, Irsad Sati menyampaikan bahwa kerjasama Bisnis Indonesia dengan SKK Migas bukanlah hal yang pertama kali, bahkan telah terlaksana kegiatan yang serupa di wilayah Riau-Kepri melalui kantor perwakilan di Pekanbaru.
"Kami melihat, kalau bicara soal minyak gas ini di Indonesia, sejarah migas itu ada di wilayah kerjanya SKK Migas Sumbagut ini. Hal ini mungkin tidak banyak orang yang tahu," ujarnya.
Irsad menjelaskan selain mengangkat soal sejarah migas di Indonesia yang ada di wilayah Sumbagut, Jelajah Migas Sumut-Aceh 2024 ini akan mendatangi sejumlah pelaku usaha binaan serta melihat dampak positif yang telah dirasakan masyarakat adanya operasi migas di daerah.