Bisnis.com, PEKANBARU -- Pemprov Riau menyatakan masa depan ekonomi Bumi Lancang Kuning terletak pada hilirisasi komoditas unggulan.
Hal itu disampaikan Gubernur Riau Abdul Wahid saat membuka Riau Investment Forum 2025 yang dihadiri para duta besar, investor, serta kepala daerah di Riau, bertempat di Ballroom Dang Merdu, Menara Bank Riau Kepri Syariah di Pekanbaru.
"Tahun ini, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menargetkan investasi di Riau sebesar Rp95,28 triliun, tertinggi di Sumatra. Hingga pertengahan tahun, realisasi investasi sudah mencapai Rp46,9 triliun. Capaian ini menempatkan Riau di peringkat pertama realisasi investasi di Sumatra," ujar Wahid, Selasa (19/8/2025).
Wahid memaparkan sejumlah potensi utama daerah itu, mulai dari energi dan pertambangan hingga perkebunan dan perikanan. Saat ini tercatat produksi minyak bumi di Riau mencapai 180.000 barel per hari, gas alam rata-rata 38.000 ton per tahun, serta cadangan batubara sebesar 1,45 miliar ton.
Untuk sektor perkebunan, Riau memiliki areal kelapa sawit terluas di Indonesia, mencapai 3,87 juta hektare dengan produksi sekitar 9,4 juta ton per tahun, dan sudah beroperasi sebanyak 287 pabrik kelapa sawit, 14 industri minyak goreng, serta 3 industri biodiesel. “Potensi hilirisasi sawit terbuka luas ke bioenergi, biokimia, pangan, hingga consumer goods,” jelas Wahid.
Selain sawit, komoditas unggulan lainnya adalah karet dengan produksi 352.000 ton per tahun, kelapa produksinya 384.000 ton per tahun, sagu dengan produksi 287.000 ton per tahun, serta pinang, kopi, nenas, dan ikan patin.
Baca Juga
Semua itu menurutnya memiliki potensi hilirisasi ke produk bernilai tambah seperti ban, sarung tangan medis, virgin coconut oil, pangan sehat, biomaterial, hingga produk perikanan olahan.
Untuk menopang investasi, pemerintah menyiapkan sejumlah kawasan industri strategis yang dekat dengan pelabuhan, bandara, dan tol Trans-Sumatera. Lokasi tersebut antara lain Tanjung Buton di Siak, Tenayan di Pekanbaru, Bukit Batu di Bengkalis, hingga Pulau Burung di Indragiri Hilir dan Pulau Rangsang di Kepulauan Meranti.
“Kami ingin investor melihat Riau bukan sekadar sebagai provinsi, tetapi sebagai masa depan bisnis di Sumatra. Hilirisasi adalah jalan menuju pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, ramah lingkungan, dan memberi manfaat luas bagi masyarakat,” ujarnya.
Selain hilirisasi, Abdul Wahid juga menyoroti peluang pengembangan energi terbarukan dan karbon kredit. Dia berharap forum investasi ini menjadi awal dari kerja sama konkret antara pemerintah, investor, dan mitra strategis.
“Tanamkan investasi di Riau, ikut serta dalam hilirisasi, dan mari kita raih manfaat bersama. Riau siap menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga menyejahterakan rakyat,” pungkasnya.