Bisnis.com, PADANG — Pemerintah Provinsi Sumatra Barat mencatat terdapat lima resi gudang (SRG) yang tersebar di sejumlah kabupaten belum tergarap secara maksimal yang disebabkan sejumlah persoalan.
Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy mengatakan lima resi gudang di Sumbar tersebar di Aripan Kabupaten Solok, Saruaso Kabupaten Tanah Datar, Cubadak Kabupaten Pasaman Barat, dua SRG di Kabupaten Limapuluh Kota yaitu Sarimaka dan Gunung Malinting.
"Dari lima seri gudang ini memang belum tergarap dan butuh solusi, karena jika resi gudang ini terkelola, banyak manfaat sebenarnya," kata Audy dalam High Level Seminar tentang Ekosistem Resi Gudang di Aula Bank Indonesia Sumbar di Padang, Rabu (29/5/2024).
Audy menjelaskan untuk kondisi resi gudang di Aripan Kabupaten Solok itu, persoalan yang dihadapi salah satunya tentang jauhnya lokasi resi gudang dari sentra produksi.
Hal ini diketahui, karena dulu resi gudang di Aripan pernah dikelola oleh KUD Kota Baru, tapi dengan adanya persoalan itu, resi gudang Aripan pun tidak terkelola lagi hingga sekarang.
Kemudian untuk resi gudang di Saruaso Kabupaten Tanah Datar, pengelola sebenarnya sudah ada yakni Perusda Tuah Sepakat, tapi tidak jalan karena ada persoalan di kinerja pengelolanya.
Baca Juga
Lalu resi gudang Cubadak di Kabupaten Pasaman Barat, belum ada pengelolanya, kondisi yang ditemukan harga sewa resi gudang terlalu tinggi.
Serta di Kabupaten Limapuluh Kota yang ada dua resi gudang, untuk di Sarilamak pengelola nya PT Salimbado, pernah beroperasi satu kali, kemudian berhenti, dan investornya merupakan orang luar negeri atau penanaman modal asing (PMA).
Selanjutnya di Gunung Malintang itu, resi gudangnya malah beroperasi, permasalahannya lokasi dan akses kurang memadai untuk menjangkau resi gudangnya.
"Melihat persoalan ini memang butuh kolaborasi semua pihak. Serta butuh mensosialisasikan lagi ke petani terkait nama dan fungsi resi gudang. Karena dari yang saya lihat, banyak petani belum tahu dan paham tentang resi gudang, makanya tidak begitu diminati," sebut wagub.
Audy menyampaikan bahwa sebenarnya poin penting dari resi gudang adalah untuk kontrol harga dan meningkatkan kualitas hasil pertanian. Seperti halnya di Sumbar yang pertanian yang cukup besar dan butuh kontrol harga itu yaitu beras, padi, dan komoditas gambir yang saat ini memiliki pangsa pasar ekspor.
Namun melihat kondisi yang ada saat ini di resi gudang di Sumbar ini, memang membutuh solusi, yaitu solusi soal petani perlu tahu manfaat resi gudang, keberadaan resi gudang harus mudah di akses dan di jangkau petani.
"Saya berharap persoalan yang ada ini bisa mendapat solusi, terutama adanya keterlibatan Kadin (Kamar Dagang dan Industri), serta berharap pemerintah kabupaten dan kota lebih aktif lagi mencari investor untuk menjalankan resi gudang itu," harap dia.
Wagub juga membuka selebar-lebarnya kepada investor dalam negeri yang ingin menjalankan resi gudang yang telah ada di Sumbar saat ini. Bicara potensi hasil pertanian di Sumbar sangat besar, seperti untuk komoditas gambir yang saat ini cuma India yang mendominasi ekspor gambir Sumbar.
Jika ada investor dalam negeri, maka akan lebih baik, dengan cara memanfaatkan resi gudang yang ada. Dengan demikian, persoalan harga gambir bisa dikontrol serta kualitas gambir Sumbar pun bisa lebih baik.
Audy melihat untuk memulai meruntuhkan persoalan yang ada itu, regulasi juga dipersiapkan. Dimana untuk hulu hingga ke hilir yakni konsumen akhir, perlu untuk menghadirkan langkah-langkah yang bisa menjadikan resi gudang di Sumbar memberikan dampak yang positif bagi perekonomian dan hasil pertanian di Ranah Minang.
Dia menambahkan solusi ke depan yang perlu diambil yaitu penyamaan persepsi tentang Ekosistem Resi Gudang (ERG) oleh para pihak di Sumbar. Pemilihan komoditi yang akan di resi gudangkan. Serta perlu mendesain ERG dengan pelibatan para pihak secara optimal.
Audy berharap ke depan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) dan Kadin Sumbar segera akan duduk bersama menyusun peta jalan yang diperlukan tersebut dengan dukungan berbagai pihak lainnya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumbar Endang Kurnia Saputra melihat resi gudang yang ada di Sumbar membutuh perhatian bersama.
Menurutnya kondisi belum maksimalnya keberadaan resi gudang ini bukan hanya di Sumbar, tapi hampir diberbagai provinsi di Indonesia lainnya juga menghadapi persoalan yang sama.
Untuk itu, Adang melihat Sumbar perlu melakukan sebuah pilot project sembari memperkenalnya ke petani, dengan cara menjadikan gudang Bulog sebagai resi gudang.
"Jadi jangan jauh-jauh dari Padang dulu. Misalnya petani luar dari Padang bisa mengangkut hasil pertanian ke Padang dulu yakni ke gudang Bulog," katanya.
Adang menyatakan rencana menjadikan gudang Bulog sebagai resi gudang itu juga akan dibicarakan pada bulan depan, selain ada Bank Indonesia juga akan bersama-sama turun dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai bentuk pengawasan.
"Peran resi gudang ini bagus, kalau berjalan dengan baik. Petani untung, dan inflasi pun bisa terjaga. Makanya persoalan yang tengah dihadapi oleh resi gudang di Sumbar butuh perhatian," tutupnya.