Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjaga Hutan dan Harimau Sama-Sama Terperangkap Jerat Pemburu

Terperangkap dalam jerat yang dipasang pemburu tentu bukan pengalaman menyenangkan, apalagi jika hal itu terjadi bersamaan dengan seekor harimau sang raja hutan.
Harimau Sumatra, pernah tertangkap kamera tapi belum diketahui jumlah populasinya di Riau
Harimau Sumatra, pernah tertangkap kamera tapi belum diketahui jumlah populasinya di Riau

Bisnis.com, PEKANBARU - Pengalaman ini bisa jadi tak akan dilupakan seorang jagawana alias penjaga hutan di Riau. Ia terjerat jebakan yang dipasang pemburu. Mengejutkannya hal itu terjadi bersamaan dengan nasib serupa yang dialami seekor harimau sang raja rimba.  

Insiden langka tersebut terjadi di kawasan hutan Restorasi Ekosistem Riau (RER).

Beruntung keduanya bisa diselamatkan, sang jagawana pun lolos dari kemungkinan menjadi santapan harimau liar yang kelaparan karena berhari-hari kakinya terikat jerat kawat baja.

"Kejadian ini lucu juga sebenarnya, petugas itu terjerat sampai kakinya tergantung di area yang sama dengan harimau itu. Ketika dia berteriak minta tolong, ternyata ada harimau di sana, tetapi tidak bisa menerkam karena kakinya terjerat juga,” kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono, di Pekanbaru, Selasa (26/3/2019).

Suharyono menjelaskan, kejadian itu terjadi pada Jumat (22/3) di kawasan RER yang dikelola PT Gemilang Cipta Nusantara (GCN) di desa Sangar, kecamatan Teluk Meranti, kabupaten Pelalawan.

Perusahaan dari APRIL Group ini mengantongi izin restorasi ekosistem dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Kawasan Semenanjung Kampar, kabupaten Pelalawan, sejak 2012 dengan luas 20.265 hektare.

Suharyono mengatakan pihaknya menerima laporan dari PT GCN dan langsung mengirim tim pendahulu untuk mengobservasi satwa langka itu. Pada Sabtu (23/3) tim sudah bisa melakukan identifikasi, dan lokasi terjeratnya harimau cukup jauh sehingga memerlukan waktu tempuh sekira 11 jam menggunakan kapal dan berjalan kaki.

Tim gabungan dari BBKSDA Riau dan Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dhamasraya (PR-HSD) akhirnya bisa membius harimau tersebut pada Senin (24/3) sekira pukul 10.50 WIB. Proses evakuasi harimau batal menggunakan helikopter karena lebatnya vegetasi, sehingga petugas mengangkat “Si Belang” menggunakan tandu.

“Ada dua opsi untuk penyelamatan, pertama adalah melepasliarkan lagi karena daerah itu adalah habitatnya. Tapi itu tidak bisa dilakukan karena harimau sudah mengalami luka di kakinya hingga infeksi. Karena itu, dipilih opsi kedua yaitu harimau dibawa keluar untuk diobati,” katanya.

Hasil diagnosa awal tim medis menyatakan harimau itu berjenis kelamin jantan dengan perkiraan usia 3-4 tahun, dan bobotnya sekitar 90 kilogram. Harimau itu terkena jerat di kaki kiri bagian depan, yang diperkirakan sudah berlangsung selama tiga hari.

“Saat ditemukan (harimau) diperkirakan sudah terjerat selama tiga hari sampai kakinya mengalami infeksi dan lukanya dikerumini lalat,” ujarnya.

Untuk proses penanganan lebih lanjut, ia mengatakan BBKSDA Riau telah menyerahkan harimau terluka itu kepada Balai KSDA Sumatra Barat (Sumbar) yang selanjutnya dititipkan ke PR-HSD di Dhamasraya, Sumbar.

“Saya berterima kasih kepada pihak GCN yang sudah mempunyai itikad baik untuk melapor ke kami sehingga satwa ini bisa diselamatkan. Selain itu, saya juga meminta agar kawasan itu harus dibersihkan dari aktivitas perburuan liar karena sepertinya ada banyak jerat yang dipasang di sana,” katanya.

Kasus pertama RER

Direktur External Affairs RER Nyoman Iswarayoga mengatakan ini adalah kasus pertama ada harimau terjerat di kawasan itu.

“Terus terang ini kasus pertama kita temui di kawasan area kami. Penyelidikan lebih lanjut akan kita lakukan bekerja sama dengan BBKSDA dan aparat [polisi] karena ini juga menjadi kewenangan mereka, untuk mendalami dan mencegah terjadi lagi di kemudian hari,” kata Nyoman ketika dibubungi Antara dari Pekanbaru.

Nyoman mengatakan lokasi kejadian berada di ujung timur konsesi GCN, dan jagawana yang terkena jerat merupakan bagian tim patroli rutin. “Dia terluka tapi kita sudah ambil tindakan pengobatan,” katanya.

Berdasarkan riset dari lembaga perlindungan satwa WWF dan WCS (Wildlife Conservation Society), lanjutnya, kawasan Semenanjung Kampar merupakan kantong populasi harimau Sumatra (panthera tigris sumatrae) kelas 2 yang mampu menampung hingga 50 individu.

Ketika RER melakukan pendataan keanekaragaman hayati, imaji satwa belang itu juga pernah terjepret kamera perangkap (camera trap) di kawasan itu. Namun, ia mengatakan belum pernah ada penelitian khusus untuk menghitung populasi harimau di RER.

“Setelah ada kejadian ini, Tim Jagawana akan meningkatkan patroli untuk mencari dan membersihkan jerat-jerat karena itu membahayakan tim kami juga,” kata Nyoman.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper