Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EUDR hingga Tarif Trump Bikin Ekspor Kopi Kian Pahit

Produsen dan pengusaha kopi menghadapi sejumlah tantangan yang berpotensi menekan volume ekspor salah satu komoditas unggulan nasional juga Sumut ini.
Salah seorang pekerja wanita di Aceh Tengah sedang mensortir green bean (biji kopi hijau) sesuai standar yang ditetapkan sebelum dikemas, Aceh Tengah, Senin (21/4/2025).
Salah seorang pekerja wanita di Aceh Tengah sedang mensortir green bean (biji kopi hijau) sesuai standar yang ditetapkan sebelum dikemas, Aceh Tengah, Senin (21/4/2025).

Bisnis.com, MEDAN – Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Sumatra Utara menyebut nasib kopi saat ini tak sebaik harganya yang bertahan tinggi di pasaran.

Wakil Ketua AEKI Sumut Sulaiman mengatakan produsen dan pengusaha kopi menghadapi sejumlah tantangan yang berpotensi menekan volume ekspor salah satu komoditas unggulan nasional juga Sumut ini.

Tantangan itu antara lain berasal dari rencana pemberlakuan Undang-undang Anti Deforestasi Uni Eropa, hingga tarif dagang Presiden AS Donald Trump atas Indonesia yang sempat membuat gaduh.

“Kopi ini tantangannya berat. Dari regulasi, di tingkat global kopi kita ikut terkena imbas EUDR (European Union Deforestation Regulation). Lalu, ada tarif dagang Trump yang sempat mematok tarif tinggi untuk barang-barang dari Indonesia yang akan masuk ke AS,” kata Sulaiman, Rabu (27/8/2025).

Sulaiman menilai sejumlah persyaratan dalam EUDR yang harus dipenuhi seperti peta dan titik polygon lahan serta data petani membuat perkebunan kopi tak lagi memiliki privasi.

Lebih jauh, rencana penerapan EUDR telah membuat penjualan kopi dari Sumut ke Eropa menurun karena persyaratan yang dinilai cukup rumit. Dalam jangka panjang, ini dapat berdampak ke petani kopi yang bisa kehilangan antusias mereka untuk menanam kopi.

“Ini yang kami harapkan ada tawar menawar dari pemerintah terhadap EUDR untuk menyelamatkan komoditas unggulan ekspor ini,” tambah Sulaiman.

Belum usai polemik EUDR, kinerja ekspor kopi kembali terancam dengan tarif resiprokal yang diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Pengumuman penetapan tarif dagang Trump yang sempat mengambang selama sekitar empat bulan sejak pertama kali dilontarkan membuat negara mitra gaduh.

Sebagaimana diketahui, sebelumnya barang-barang dari Indonesia ditetapkan kena bea masuk ke AS sebesar 32%.

Merespon hal itu, lanjutnya, eksportir kopi dan buyer telah bernegosiasi terkait harga penjualan.

“Ada ketidakpastian harga selama hampir 4 bulan. Begitu tarif 19% diputuskan untuk Indonesia pada tanggal 8 Agustus, sebagian importir terlanjur menaikkan sekitar 20% dari harga penjualan,” ujar Sulaiman.

Dalam jangka pendek Sulaiman menyebut itu akan berdampak pada penurunan order karena pengiriman kopi menyesuaikan dengan permintaan.

“Secara harga, memang harga kopi sedang bagus dan membuat return dalam bentuk dolar yang cukup banyak. Tapi secara volume, akan berkurang signifikan,” tambahnya.

Berdasarkan catatan AEKI Sumut, rata-rata ekspor kopi dari Sumatra Utara per bulan mencapai 6.000 ton, atau sekitar 72 ribu ton per tahun.

Amerika menjadi negara tujuan utama ekspor kopi Arabika dari wilayah ini, disusul Thailand, China, dan Jepang. (240)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Delfi Rismayeti
Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro