Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pembiayaan Korporasi di Sumbar Terkontraksi, BI Ungkap Penyebabnya

Pembiayaan sektor korporasi di Sumbar terkontraksi ketika penghimpunan DPK tumbuh terbatas.
Pegawai menyortir uang rupiah di cash center atau pusat kas BNI. / Bisnis-Himawan L Nugraha
Pegawai menyortir uang rupiah di cash center atau pusat kas BNI. / Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, PADANG — Bank Indonesia mencatat penyaluran kredit ke sektor korporasi di Provinsi Sumatra Barat pada kuartal I/2025 terjadi terkontraksi. Penurunan terutama disebabkan oleh terbatasnya pertumbuhan pada lapangan usaha utama di Sumbar, yakni industri pengolahan dan perdagangan.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumbar M. Abdul Majid mengatakan melihat pada kualitas kredit korporasi Sumbar terjadi peningkatan dan hal ini tercermin oleh rasio NPL yang lebih tinggi meski masih berada di bawah 5%.

“Pembiayaan sektor korporasi terkontraksi di tengah penghimpunan dana pihak ketiga [DPK] yang tumbuh terbatas. Pada triwulan I/2025, penghimpunan DPK korporasi mengalami pertumbuhan meski sedikit melambat,” katanya dikutip dari data Laporan Perekonomian Provinsi Sumbar, Rabu (25/6/2025).

Di sisi lain, ujar Majid, kinerja kredit korporasi mengalami kontraksi utamanya pada lapangan usaha industri pengolahan dan perdagangan. Kondisi ini diiringi dengan risiko kredit korporasi yang meningkat tercermin dari rasio NPL yang lebih tinggi di seluruh lapangan usaha. Meski demikian, posisi risiko kredit masih tetap terjaga di bawah ambang batas 5%.

Pada kuartal I/2025 DPK korporasi Sumbar tumbuh melambat yakni sebesar 26,11% (year on year/YoY), sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 30,13% (YoY). 

Berdasarkan jenisnya, perlambatan pertumbuhan ini didorong oleh komponen tabungan dan deposito yang masing-masing melambat dari 53,30% dan 39,14% pada kuartal IV/2024 menjadi 15,17% dan 37,13% (YoY) pada kuartal I/2025. 

“Meski demikian, perlambatan yang lebih dalam tertahan oleh kinerja Giro yang tumbuh sebesar 21,94% [YoY], lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 12,29% [YoY],” ujarnya. 

Dari segi komposisinya DPK korporasi didominasi oleh simpanan jenis giro sebesar 41,69% dari total DPK. Kinerja pembiayaan korporasi Sumbar pada kuartal I/2025 terkontraksi. Kredit korporasi pada kuartal I/2025 tercatat mengalami kontraksi sebesar 0,17% (YoY), lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh 0,80% (YoY). 

Dari sisi lapangan usaha, terkontraksinya pertumbuhan kredit korporasi disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan pada seluruh lapangan usaha utama. Lapangan usaha pertanian dan jasa-jasa mengalami kontraksi sebesar 4,85% (YoY) dan 1,17% (YoY), lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang masing-masing tumbuh 4,00% (YoY) dan 2,00% (YoY). 

“Jika dilihat lebih dalam, penurunan ini terutama disebabkan oleh kredit pertanian perkebunan khususnya sawit yang menurun, sejalan dengan hasil survei yang dilakukan oleh BI Sumbar,” sebut Majid.

Dimana hasil survei itu menyebutkan kinerja perkebunan sawit pada kuartal I/2025 yang baik ditengah harga TBS yang relatif tinggi, sehingga tidak memerlukan fasilitas pembiayaan dan menahan kinerja kredit sektor pertanian. Sementara itu, kinerja lapangan usaha pertanian tumbuh termoderasi dari 0,47% (YoY) pada triwulan IV/2024 menjadi 0,12% (YoY) pada periode laporan. 

Dikatakannya kontraksi lebih dalam tertahan oleh kinerja lapangan usaha jasa-jasa yang tumbuh sebesar 7,57% (YoY), lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2024 sebesar 2,94% (YoY). 

“Dari komposisinya, kredit korporasi Sumbar masih didominasi oleh lapangan usaha perdagangan dan akmamin sebesar 46,02% dari total nilai kredit korporasi, diikuti oleh lapangan usaha pertanian sebesar 31,45%,” jelasnya.

Kemudian untuk risiko kredit korporasi Sumbar pada kuartal I/2025 meningkat. Rasio NPL kredit korporasi Sumbar yang tercatat berada di angka 3,27%, lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal IV/2024 sebesar 2,73%. 

Peningkatan rasio NPL ini terjadi pada lapangan usaha pertanian, industri pengolahan, perdagangan dan akmamin, serta jasa jasa. Rasio NPL korporasi sektor pertanian dan industri pengolahan masing-masing tercatat sebesar 2,42% dan 1,93%, lebih tinggi dibandingkan 2,01% dan 1,41% pada kuartal sebelumnya. 

Begitu juga dengan lapangan usaha perdagangan dan akmamin serta jasa-jasa yang mencatatkan rasio NPL masing-masing sebesar 4,00% dan 2,76%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,42% dan 1,99%.

“Jadi secara keseluruhan rasio NPL korporasi Sumbar berada di bawah threshold 5% yang mengindikasikan bahwa risiko kredit korporasi Sumbar masih terkendali,” tutupnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper