Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelajah Daulat Pangan 2025: Sumsel Butuh Industri Jagung

Keberadaan industri pengolahan jagung di Sumatra Selatan (Sumsel) dipandang sebagai faktor krusial dalam menjaga keberlangsungan produksi komoditas tersebut.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatra Selatan Bambang Pramono saat diwawancarai terkait komoditas jagung di kantornya, Selasa (10/6/2025). /Bisnis-Husnul
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatra Selatan Bambang Pramono saat diwawancarai terkait komoditas jagung di kantornya, Selasa (10/6/2025). /Bisnis-Husnul

Bisnis.com, PALEMBANG — Keberadaan industri pengolahan jagung di Sumatra Selatan (Sumsel) dipandang sebagai faktor krusial dalam menjaga keberlangsungan produksi komoditas tersebut.

Upaya hilirisasi itu juga diharapkan mampu memberikan nilai tambah dan dampak ekonomi yang lebih besar bagi para petani jagung di wilayah itu.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumsel Bambang Pramono mengatakan tidak ada isu serius dalam proses produksi jagung di Bumi Sriwijaya. 

Mulai dari ketersediaan lahan, kebutuhan benih, pupuk dan alat-alat pertanian sudah bisa dipenuhi oleh para petani. Hal itu, kata dia, tercermin juga dari produktivitas penanaman jagung yang mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya.

“Untuk tahun ini (2025) dari Januari sampai Mei produksi kita sudah 306.560 ton pipil kering. Dibandingkan periode yang sama 2024 ada peningkatan sekitar 1,02 kwintal,” katanya saat ditemui Bisnis, Selasa (10/6/2025).

Namun demikian, dia menyoroti salah satu kekurangan Sumsel dibanding provinsi penghasil lainnya yaitu belum adanya industri pengolahan komoditas tersebut. 

Sehingga banyak hasil panen para petani yang harus dijual ke luar daerah untuk selanjutnya diolah menjadi produk-produk yang sesuai dengan permintaan pasar.

Seperti misalnya yang paling banyak yaitu kebutuhan untuk pakan ternak dan lainnya sebagainya.

“Kekurangan yang juga sedang kita dorong itu adanya industri pengolahan jagung. Sebab jagung kita (Sumsel) biasanya kembali ke Lampung karena di sana sudah ada untuk industrinya,” kata Bambang.

Di sisi lain, dikatakannya, jika petani harus mengirimkan hasil produksi ke wilayah lain, seringkali terjadi penyusutan bobot jagung tersebut. 

Oleh karena itu, kerap kali keuntungan yang diraup tidak terlalu besar atau bahkan mengalami kerugian.

“Mereka (petani) keluhannya selama ini misalnya mengirim hasil panen ke Lampung 8 ton, tapi ketika sudah sampai di pabrik sudah tidak 8 ton. Tbetu kalau masih di Sumsel tidak akan berkurang volumenya. Jadi semacam ada lost (penyusutan),” tuturnya. 

Dengan demikian, dia mengklaim untuk ke depan pemerintah juga akan mendorong adanya investasi untuk industri jagung, agar para petani memiliki kepastian pasar dan keuntungan yang lebih maksimal.

“Kita sudah coba beberapa kali menemui stakeholder dan melakukan peninjauan, tapi memang belum ada (investor) yang tertarik. Tapi tentu tidak boleh menyerah karena jagung juga masuk dalam target pemerintah pusat untuk mewujudkan swasembada pangan,” jelasnya.

Sebelumnya dalam upaya kontribusi mewujudkan swasembada pangan, Sumsel telah melakukan panen raya jagung tahap II. 

Kapolda Sumsel Irjen Pol Andi Rian Ryacudu Djajadi mengatakan total lahan jagung di Sumsel saat ini mencapai 8.429 hektare yang terdiri dari lahan monokultur dan tumpang sari.

Dia menyebut dari Januari hingga Mei 2025 panen jagung yang telah dilaksanakan di Sumsel sebanyak 7.287 hektare dengan volume sebanyak 42.597 ton. 

“Sedangkan pada tahap kedua panen raya dilakukan di lahan seluas 34,9 hektare dengan jumlah sebanyak 148,8 ton,” ujarnya.

Andi mengungkapkan untuk meningkatkan produksi, diperlukan juga eksplorasi berbagai metode inovatif. Mulai dari metode presisi, sistem irigasi terintegrasi, hingga pendampingan petani berbasis pengetahuan agronomi.

Tidak hanya itu, pihaknya menilai juga diperlukan kehadiran gudang penyimpanan yang dilengkapi dengan teknologi pengeringan dan penyimpanan yang sesuai standar, termasuk juga suhu dan kelembapan yang ideal.

“Jadi hasil panen jagung tadi bisa disimpan dengan baik dan dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung ketahanan pangan,” tutupnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper