Bisnis.com, PALEMBANG— Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan perkembangan harga di wilayah Sumatra Selatan pada periode Mei 2025 tercatat inflasi sebesar 2,33% secara year on year.
Kepala BPS Sumatra Selatan (Sumsel) Moh Wahyu Yulianto menerangkan secara tren inflasi tahunan pada periode tersebut cenderung mengalami penurunan.
“Pada April 2025, inflasi Sumsel sebesar 2,74%, bahkan jika dibandingkan Mei 2024 juga lebih rendah yaitu sebesar 2,98%,” ujarnya dalam rilis berita statistik, Senin (2/6/2025).
Dia menyebut inflasi pada Mei didorong oleh hampir seluruh kelompok pengeluaran, kecuali pada kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan.
Secara rinci untuk kelompok yang menyumbangkan inflasi terbesar meliputi kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil 1,05% dan perubahan harga hingga 14,28%, kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil 0,57% dan inflasi 1,82%, serta kelompok transportasi yang memberikan andil 0,2% dan inflasi 1,54%.
“Untuk komoditas utamanya yaitu emas perhiasan, beras, bahan bakar rumah tangga, minyak goreng dan ikan nila,” jelasnya.
Baca Juga
Sementara itu, Wahyu menambahkan, secara bulanan (month to month) wilayah Sumsel mengalami deflasi cukup dalam sebesar 0,35%, atau lebih rendah dari inflasi Mei 2024 yang sebesar 0,06%.
Adapun komoditas yang memberikan dorongan terbesar dari deflasi Mei 2025 yaitu penurunan cabai merah, bawang merah, bawang putih, emas perhiasan, dan cabai rawit.
“Karena memang komoditas tersebut banyak dikonsumsi masyarakat dan kemudian kecenderungannya mengalami penurunan harga,” jelas Wahyu.
Dia menambahkan beberapa catatan peristiwa yang yang memengaruhi tingkat inflasi Sumsel pada periode Mei 2025 mencakup penurunan harga BBM nonsubsidi, harga emas yang fluktuatif, penyesuaian tidak adanya diskon paket internet.
Selain itu juga harga beras yang relatif naik, karena terdapat peningkatan harga pada penyerapan gabah di tingkat produsen.
“Sementara untuk tingkat inflasi yoy tertinggi terjadi di Kabupaten Muara Enim yang sebesar 3,32% dan terendah di Lubuk Linggau sebesar 1,85%,” pungkasnya.