Bisnis.com, PEKANBARU – Asosiasi Petani Kelapa Indonesia (APKI) berkomitmen menjadi solusi di tengah polemik wacana moratorium ekspor kelapa yang tengah santer dibahas bersama pemerintah.
Wakil Ketum APKI Ikbal Sayuti mengatakan pihaknya kini fokus membangun sinergi bersama Himpunan Industri Petani Kelapa Indonesia (HIPKI) untuk mendapatkan solusi masalah harga kelapa di Indonesia.
"Terkait kabar adanya surat moratorium atau larangan ekspor kelapa, keputusan tersebut belum final karena harus melibatkan beberapa kementerian dan nantinya diputuskan oleh Presiden," ungkapnya, Senin (28/4/2025).
Ikbal yang juga anggota DPRD Riau Komisi II tersebut menegaskan, APKI tidak menolak wacana moratorium apabila tujuannya untuk menyelamatkan industri kelapa nasional dan mendorong hilirisasi. Namun, dia mengkritisi ketimpangan daya saing industri lokal yang sering kalah bersaing dengan pasar ekspor.
Dia menyebut kalau industri di luar negeri bisa membeli dengan harga mekanisme pasar, namun industri di Riau malah tidak sanggup. Sementara saat mengirim kelapa keluar negeri itu ada biaya penyusutan dan biaya transportasi, tapi ekspor komoditas itu masih tetap jalan sampai sekarang.
Ikbal mencontohkan, di Medan, Sumut ada industri yang masih mampu membeli kelapa hingga Rp6.800 per kilogram, meskipun harus menanggung ongkos kirim tambahan dari Riau. Menurutnya, seharusnya industri lokal bisa lebih adaptif terhadap harga pasar.
Baca Juga
"Kalau industri tidak bisa mengikuti harga pasar, ya tinggal samakan saja. Misal luar Rp6.800, lokal Rp6.500. Jadi tidak perlu sampai ada kebijakan moratorium ini," tegasnya.
APKI, lanjut Ikbal juga mendukung penuh adanya standardisasi harga kelapa antara petani dan perusahaan. Standarisasi ini dinilai penting untuk melindungi petani dari fluktuasi harga pasar global.
"Harga jual kelapa saat ini masih di bawah standar dunia. Harga di Rotterdam kalau dirupiahkan mencapai Rp8.900 per kilogram, sedangkan harga jual di Indonesia saat ini baru dihargai Rp6.800. Kondisi ini sudah membuat petani kelapa sedikit lebih bahagia, tapi ke depan perlu lebih dilindungi lagi," pungkasnya.