Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

UEA Masuk Lima Besar Negara Pengimpor Karet Alam dari Sumut pada Mei 2025

Gapkindo Sumut mencatatkan UEA masuk dalam lima besar negara tujuan ekspor karet alam per Mei 2025.
Ilustrasi karet
Ilustrasi karet

Bisnis.com, MEDAN - Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara (Sumut) menyebut Uni Emirat Arab (UEA) kini masuk ke dalam lima besar negara tujuan ekspor karet alam dari Sumut, terangkum dalam kinerja ekspor pada Mei 2025.

Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut Edy Irwansyah mengatakan, UEA bukanlah pasar baru, melainkan negara yang selama ini berada di luar lima besar pasar ekspor. Peningkatan volume yang signifikan pada Mei 2025 membawa UEA masuk ke posisi ke lima besar tujuan ekspor dengan kontribusi sebesar 5,28% dari total ekspor karet alam Sumut bulan Mei.

“Masuknya UEA ke posisi lima besar menunjukkan potensi pasar yang meningkat,” kata Edy, dikutip Sabtu (5/7/2025).

Dijelaskan Edy, ekspor karet alam Sumut pada Mei 2025 terbilang membaik, naik dari catatan bulan April yang sebesar 20.799 ton atau 10,08% (month-to-month/ mtm) menjadi 22.896 ton. Bahkan jika dibanding Mei 2024, ekspor periode ini tumbuh signifikan sebesar 46,56% (yoy).

Dari catatan Gapkindo Sumut, ekspor karet alam Mei 2025 menjangkau 26 negara tujuan. Selain UEA, negara yang masuk lima besar dengan kontribusi volume ekspor terbesar adalah Jepang (26,63%), Amerika Serikat (18,24%), Brasil (17,52%), dan India (7,48%).

Ekspor karet alam ke kawasan Eropa juga disebut Edi dalam keadaan stabil bahkan cenderung naik dari posisi April 2025 di tengah persiapan menghadapi implementasi European Union Deforestation-free Regulation (EUDR) yang akan mulai berlaku pada 30 Desember 2025.

Pada Mei 2025, kontribusi ekspor ke Eropa mencapai 12,75% yang mencakup 14 negara tujuan seperti Polandia, Italia, Turki, hingga Prancis dan Finlandia.

Sedangkan China yang merupakan konsumen utama karet alam dunia, pada Mei kemarin terdepak dari posisi asalnya, dipicu oleh permintaan dari sektor manufaktur negara tersebut yang melemah.

Adapun peningkatan permintaan oleh Uni Emirat Arab pada Mei 2025, lanjutnya, antara lain didorong oleh percepatan implementasi perjanjian dagang Indonesia-UEA (CEPA), serta peningkatan permintaan sektor otomotif dan manufaktur di negara tersebut.

Edy mengatakan, peningkatan ekspor pada Mei 2025 menunjukkan sinyal positif pemulihan kinerja perdagangan, namun belum mencerminkan pemulihan penuh dari sisi produksi maupun daya serap pasar global.

“Tantangan struktural seperti melemahnya permintaan global, harga yang stagnan, dan kesiapan terhadap regulasi pasar tujuan tetap menjadi perhatian utama,” tandasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper