Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Cuka Kayu: Dari Sampah Jadi Peluang Bisnis

Sampah organik dari kayu, dedaunan kering dan ranting disulap menjadi cuka kayu atau disebut Mokusaku.
Produk cuka kayu atau Mokusaku dari hasil pengolahan sampah organik kayu, dedaunan dan ranti oleh Komunitas Prabu Maggot, Kota Prabumulih. /istimewa
Produk cuka kayu atau Mokusaku dari hasil pengolahan sampah organik kayu, dedaunan dan ranti oleh Komunitas Prabu Maggot, Kota Prabumulih. /istimewa

Bisnis.com, PALEMBANG — Tumpukan sampah organik seperti dedaunan, ranting, dan potongan kayu yang selama ini dianggap tak bernilai dan dibiarkan menumpuk ternyata dapat diolah menjadi peluang usaha baru yang bernilai ekonomi.

Terobosan inilah yang dijalankan masyarakat di Kota Prabumulih, Provinsi Sumatra Selatan, melalui Komunitas Prabu Maggot. 

Triyatno sebagai Local Hero sekaligus anggota Komunitas Prabu Maggot, menjelaskan bahwa sebelumnya komunitas ini telah aktif dalam kegiatan budi daya maggot dan pembuatan kompos. 

Namun, melihat semakin banyaknya sampah yang tidak terkelola dan menyebabkan lingkungan menjadi kumuh, mendorong mereka untuk menciptakan inovasi baru sekaligus mengatasi persoalan lingkungan di Kota Nanas. 

“Dari aspek lingkungan, karena banyak limbah yang tidak terkelola dan menjadi kumuh, menjadi dasar kita menuju inovasi ini,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (24/4/2025). 

Bermodalkan informasi yang didapat secara daring serta pengetahuan yang dimiliki salah satu anggota yang pernah mengikuti study di Jepang, sampah organik dari kayu, dedaunan kering dan ranting disulap menjadi cuka kayu atau disebut Mokusaku.

Inovasi produk tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengentalkan getah karet hasil produksi para pekebun di Kota Prabumulih. 

“Kalau di Jepang itu ada beberapa tingkatan (grade) dan diolah menjadi berbagai produk seperti pengharum makanan. Untuk di sini kita jadikan pengental getah karet,” jelas dia.

Selain memperhatikan aspek lingkungan, Triyatno menjelaskan bahwa pembuatan cuka kayu dari sampah organik juga didasari oleh kepedulian terhadap aspek sosial masyarakat.

Melalui penggunaan cuka kayu, diharapkan dapat membantu para pekebun karet yang menghadapi risiko kecelakaan dalam proses produksi. Sebab, selama ini mereka mengentalkan getah karet menggunakan cuka parah.

“Jadi dengan cuka kayu ini mereka tidak cemas untuk melakukan kegiatan,” kata Triyatno.  

Namun begitu, dia mengakui bahwa saat ini hasil produksi cuka kayu dari Prabu Maggot belum dapat dijual secara luas, karena masih terkendala pada kemasan dan label produk. 

Oleh karena itu, pihaknya berharap dukungan yang selama ini telah ada baik dari pemerintah maupun perusahaan dapat terus berjalan. 

Sementara itu, Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 DLH Kota Prabumulih Iwan Nusmareri mengatakan timbulan sampah berdasarkan perhitungan jumlah penduduk di Kota Prabumulih dapat mencapai 100 ton per hari.

Namun, angka itu berpotensi lebih tinggi sejalan dengan banyaknya warga yang secara administratif bukan penduduk asli Prabumulih. 

“Asumsi jumlah penduduk kalau dari data Badan Pusat Statistik itu 200 ribu jiwa dikali timbulan sampah per jiwa 0,5. Tapi kenyataannya sampah mungkin lebih karena di Prabumulih itu banyak yang bekerja di sini tapi bukan warga asli, jadi itu tidak masuk hitungan,” jelas Iwan. 

Sementara dari jumlah itu, dia menjelaskan bahwa hampir 50% merupakan sampah organik yang selama ini belum banyak diperhatikan. 

Sampah organik yang banyak dihasilkan di wilayah itu, salah satunya kayu, ranting dan dedaunan hasil dari kegiatan pemeliharaan taman, hasil rumah tangga maupun dari perusahaan seperti PLN yang melakukan proses pemeliharaan aliran listrik. 

Oleh karena itu, Iwan mengatakan sangat mendukung dengan adanya inovasi cuka kayu dari hasil pengelolaan sampah organik. 

“Tentu satu sisi ini membantu mengatasi persoalan sampah organik yang hampir mencapai 50%. Jadi kami dari pemerintah sangat tertolong,” tutupnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper