Pertamina EP Pangkalan Susu Field Optimalkan Lapangan Migas Mature

Pertamina EP bertanggung jawab dalam mengoptimalisasikan lapangan migas mature di daerah Langkat
Foto: Petugas Pertamina Mengecek Pipa Gas
Foto: Petugas Pertamina Mengecek Pipa Gas

Bisnis.com, LANGKAT – Sejarah panjang industri minyak bumi di Indonesia bermula dari Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, pada tahun 1880. Di wilayah ini terletak sumur minyak pertama di Indonesia, tepatnya di Telaga Said, Kecamatan Sei Lepan. Tak heran jika lapangan-lapangan migas di kawasan ini tergolong tua. Salah satu perusahaan yang bertanggung jawab mempertahankan produksi minyak bumi di wilayah tersebut adalah Pertamina EP (PEP) Pangkalan Susu Field.

Manager Pertamina EP Pangkalan Susu Field, Edwin Susanto, menjelaskan bahwa perusahaan saat ini mengelola 6 lapangan aktif dengan total 25 sumur minyak produksi dan 19 sumur gas produksi. Produksi dari lapangan ini mencapai sekitar 200 hingga 250 BOPD (barrel oil per day) untuk minyak mentah dan 3,2297 MMCFD (million cubic feet per day) untuk gas. Wilayah kerja perusahaan PEP Pangkalan Susu Field ini mencakup Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. 

“Fasilitas produksi yang kami miliki meliputi 1 Main Gathering Station, 8 stasiun pengumpul, 1 rumah pompa, dan 1 loading station,” ujar Edwin saat ditemui dalam kegiatan Jelajah Migas Sumut-Aceh 2024 yang diselenggarakan bersama oleh perusahaan KKKS Sumbagut, seperti EMP Tonga, EMP Gebang, Pertamina EP Rantau Field, Harbour Energy, dan Pertamina Hulu Energy NSO.

Edwin menuturkan bahwa tantangan utama dalam mengelola lapangan migas tua adalah mengatasi penurunan alami produksi minyak (natural decline). Untuk mengatasi hal ini, Pertamina EP Pangkalan Susu Field aktif melakukan well intervention pada beberapa sumur, selain juga rutin melakukan perawatan sumur guna menjaga produksi tetap memenuhi target.

Strategi lainnya adalah melakukan pengeboran sumur baru secara agresif. Pada tahun 2024, Pertamina EP Pangkalan Susu Field tengah menggali sumur baru di Securai A2, Desa Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat. Edwin optimistis bahwa langkah ini akan memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan produksi minyak.

“Sumur Securai A2 yang digali hingga kedalaman 1.600 meter ini diharapkan dapat menambah produksi minyak mentah hingga 50% dari produksi saat ini, yaitu sekitar 100 BOPD ekuivalen. Sementara itu, produksi gas diharapkan meningkat sekitar 0,6 MMCFD,” jelas Edwin.

Ke depan, Pertamina EP Pangkalan Susu Field telah merencanakan pengeboran 5 sumur tambahan pada tahun 2025, yaitu 2 sumur akan dibor di Pulau Panjang, Kabupaten Langkat, dan 3 sumur lainnya di Pantai Pakam Timur, Kabupaten Deli Serdang.

“Kami berharap rencana ini dapat memberikan hasil optimal untuk mendukung ketahanan energi nasional. Dukungan dari pemerintah dan masyarakat setempat sangat penting dalam mendukung keberhasilan kegiatan pengeboran,” imbuh Edwin.

Dalam menjalankan operasi produksi, Pertamina EP Pangkalan Susu Field Field juga menjalankan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Salah satunya adalah program pengembangan masyarakat yang ada di Desa Pasar Rawa untuk ekonomi hijau (baca kisahnya klik link ini). Program tersebut mendorong tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDG’s), terutama pada poin 13 Penanganan Perubahan Iklim, 14 Ekosistem Laut dan 15 Ekosistem Darat.

Pada kesempatan terpisah, saat pembukaan kegiatan Jelajah Migas Sumut-Aceh di Kota Medan awal Desember yang lalu, Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagut Rikky Rahmat Firdaus mengatakan pentingnya melakukan optimalisasi sumur tua. Menurutnya, potensi yang cukup besar masih bisa digali dari sumur-sumur yang ada saat ini, terutama untuk menjaga produksi migas nasional.

“Saya selalu menekankan komitmen SKK Migas untuk terus meningkatkan produksi migas di wilayah Sumbagut, termasuk melalui berbagai upaya optimalisasi, baik di sumur baru maupun sumur tua,” terang Rikky.

Sekilas Sejarah Pertamina EP Pangkalan Susu

Lapangan Pangkalan Susu pertama kali ditemukan oleh Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) melalui pengeboran sumur Telaga Tunggal 01 di Telaga Said. Sejak saat itu, BPM terus mengembangkan berbagai lapangan, seperti Telaga Darat (1884), Telaga Said (1885), Kepala Gajah (1900), Bukit Sentang (1927), Arubay (1927), Pulau Panjang (1928), Gebang (1936), dan Paluh Tabuhan Timur (1937).

Pada tahun 1957, pengelolaan lapangan Pangkalan Susu ini beralih ke Permina (cikal bakal Pertamina), yang kemudian mengembangkan lapangan lain, seperti Paluh Tabuhan Barat (1970), Wampu (1972), Diski (1973), Batu Mandi (1973), Besitang (1977), Securai (1981), Polonia (1983), dan Pantai Pakam Timur (1984). Produksi mencapai puncaknya pada 1980-an, dengan angka Produksi minyak mencapai 8.000 BOPD.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper