Bisnis.com, PADANG - Pengerjaan proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung di Danau Singkarak, Kabupaten Solok, Sumatra Barat, diperkirakan segera dimulai. Perjanjian jual beli listrik PLTS Terapung Singkarak berkapasitas 90 megawatt (MW) rencananya akan ditandatangani pada bulan ini.
Adanya pembangkit listrik yang ramah lingkungan ini, turut disambut baik oleh PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Sumatra Barat. Hal ini lantaran PLTS terapung tersebut dapat mendukung pencapaian realisasi target bauran energi baru terbarukan (EBT) 23% pada 2025.
General Manager PLN UID Sumbar Ajrun Karim mengatakan, sistem kelistrikan di Kabupaten Tanah Datar yang juga menjadi salah satunya wilayah Singkarak, merupakan bagian dari sistem besar di Sumbar dengan kondisi sistem summary yang saat ini adalah defisit dan saat ini memperoleh transfer beban dari Sumatra bagian selatan.
"Jadi untuk PLTS Terapung Singkarak saat ini dalam proses power purchase agreement [PPA] dengan PLN yang ditargetkan sign bulan Desember 2024," katanya melalui keterangan resmi, dikutip Rabu (11/12/2024).
Berdasarkan catatan Bisnis, PLN menggandeng perusahaan energi Arab Saudi, ACWA Power, untuk membangun PLTS Terapung Singkarak.
Dia menyebutkan, saat ini kondisi pembangkit di Sumbar didominasi oleh pembangkit fosil. Hal tersebut menjadi perhatian pemerintah dalam pencapaian realisasi target bauran EBT 23% pada 2025.
Baca Juga
Menurutnya, hal tersebut menjadi komitmen PLN Indonesia Power untuk mendukung dan mengembangkan pembangkit yang ramah lingkungan di sumbar berdasarkan kuota rencana pembangkit EBT yang sudah ditetapkan di dalam RUPTL 2021-2030.
"Salah satu pembangkit EBT yang akan dikembangkan oleh PLN IP adalah PLTS Terapung Singkarak dengan kapasitas 90 MW," ujarnya.
Ajrun mengatakan saat ini ada satu pembangkit di Kota Sawahlunto yakni PLTU Ombilin, dan hal tersebut merupakan salah satu pembangkit thermal (pembangkit fosil) yang ke depan harus sudah bertransisi menjadi pembangkit yang ramah lingkungan.
"Jadi untuk PLTU Ombilin itu salah satu pembangkit untuk substitusi fungsi non-EBT menjadi EBT adalah PLTS Terapung Singkarak," sebutnya.
Dia menuturkan, PLN telah menyatakan dukungannya melalui berbagai langkah strategis terhadap upaya pemerintah mewujudkan net zero emission. Mulai dari soal pengembangan energi baru terbarukan (EBT), di mana PLN berkomitmen untuk meningkatkan porsi pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan, seperti tenaga surya, angin, air, panas bumi, dan biomassa.
"Hal ini sejalan dengan target bauran energi nasional sebesar 23% dari EBT pada 2025," ucapnya.
Selain itu, PLN juga mendukung kebijakan pemerintah untuk melakukan pensiun dini PLTU batu bara. "Jadi melakukan pensiun dini PLTU yang ada, terutama yang berusia tua atau beremisi tinggi," katanya.
Selanjutnya, PLN juga mempertimbangkan penggunaan teknologi co-firing di PLTU yang masih beroperasi, di mana sebagian batu bara digantikan dengan biomassa untuk mengurangi emisi karbon.
Kemudian, PLN terus mendorong kemitraan dengan pihak internasional untuk mendapatkan pendanaan hijau (green financing) guna mendukung proyek-proyek ramah lingkungan.