Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelajah Migas Sumut-Aceh 2024: Pertamina EP Tumbuhkan Ekonomi Hijau

Hutan mangrove di Dusun X, Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, yang luas mencapai 178 hektare bermanfaat bagi masyarakat.
Perahu nelayan tradisional melintasi di kawasan hutan mangrove di Dusun X, Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, Rabu (4/12/2024). Kepedulian Pertamina EP Pangkalan Susu terhadap Kelompok Tani Penghijauan (KTH) Penghijauan Maju Bersama, Pasar Rawa, telah memberikan banyak manfaat dan telah turut menumbuhkan ekonomi hijau bagi masyarakat setempat./Bisnis-Muhammad Noli Hendra.
Perahu nelayan tradisional melintasi di kawasan hutan mangrove di Dusun X, Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, Rabu (4/12/2024). Kepedulian Pertamina EP Pangkalan Susu terhadap Kelompok Tani Penghijauan (KTH) Penghijauan Maju Bersama, Pasar Rawa, telah memberikan banyak manfaat dan telah turut menumbuhkan ekonomi hijau bagi masyarakat setempat./Bisnis-Muhammad Noli Hendra.

Bisnis.com, MEDAN - Keberadaan hutan mangrove di Dusun X, Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, yang luas mencapai 178 hektare telah memberikan banyak manfaat bagi masyarakat setempat.

Nelayan atau masyarakat secara umum kini telah mampu tersenyum, karena hutan mangrove yang tumbuh begitu luas tersebut, menjadi sumber ekonomi baru, karena banyak biota yang bisa ditangkap secara tradisional, seperti kepiting, udang, dan sejumlah jenis ikan lainnya.

Sebelum menikmati hasil tersebut, ternyata kawasan hutan mangrove di Desa Pasar Rawa itu, merupakan kawasan memproduksi kayu arang yang bahan bakunya dari kayu mangrove. Namun seiring waktu berjalan, masyarakat setempat mulai muncul rasa kesadaran.

“Saya pun mengajak sejumlah masyarakat, kami berdiskusi soal kondisi tanaman mangrove yang telah rusak ditebang. Karena yang saya rasakan, kegiatan yang demikian tidak patut dibiarkan. Hingga akhirnya kami membuat kelompok untuk bergerak menghijaukan kembali hamparan tersebut dengan tanaman mangrove,” kata Kasto Wahyudi, Ketua Kelompok Tani Penghijauan (KTH) Penghijauan Maju Bersama, di Pasar Rawa, Langkat, Rabu (4/12/2024).

Hal ini terungkap dari Jelajah Migas Sumut-Aceh 2024 yang dilaksanakan Bisnis indonesia, yang turut didukung oleh KKKS Sumbagut, yakni EMP Tonga, EMP Gebang, Pertamina EP Pangkalan Susu, Pertamina EP Rantau, Harbour Energy, dan Pertamina Hulu Energy NSO.

Kemudian, langkah Wahyudi bersama sejumlah masyarakat lainnya melalui kelompok yang telah dibentuknya itu pun dimulai pada tahun 2004 lalu. Dimana ketika itu kondisi di kawasan Pasar Rawa terlihat memprihatinkan.

Secara bertahap, Wahyudi bersama masyarakat melakukan gerakan penanaman mangrove. Bulan demi bulan dijalani, mangrove yang ditanam kembali tersebut, tidak semudah yang dibayangkan, karena tidak semua bibit mangrove yang ditanam bisa tumbuh dengan baik.

“Mangrove ini kalau ditanam dari bibitnya itu, tidak semuanya tumbuh dengan baik. Ada yang mati, ada yang dimakan kepiting juga. Dari sini kami merasa bersalah atas tindakan yang lalu yakni menebang mangrove untuk membuat arang kayu,” ujarnya.

Dengan komitmen yang kuat dari kelompok ini, tahap demi tahap, perlahan tapi pasti, usaha dari kelompok masyarakat tersebut mulai nampak hasilnya. Kawasan di Desa Pasar Rawa mulai terlihat hijau kembali, secercah harapan pun muncul.

“Penanaman mangrove ini awal-awalnya kami lakukan secara swadaya, ya berangkat dari kesadaran kami bersama,” sebutnya.

Konsistensi dari Wahyudi bersama masyarakat lainnya itu pun ternyata mendapat perhatian dari pemerintah pusat yakni melalui program Perhutanan Sosial melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK-dulu).

Program Perhutanan Sosial itu memberikan izin bagi KTH Penghijauan Maju Bersama untuk mengelola kawasan seluas 178 hektare untuk ditanami mangrove. Hal tersebut membuat KTH Penghijauan Maju Bersama semakin bersemangat untuk melakukan penghijauan kembali di Desa Pasar Rawa tersebut.

Penanaman mangrove pun dilakukan secara bertahap, hingga tahun 2016 luas lahan yang telah ditanami mangrove mencapai 46 hektare. Kemudian berlanjut hingga ke tahun-tahun berikutnya, dan hingga akhirnya kini luas lahan 178 hektare tersebut telah terisi semuanya dengan tanaman mangrove.

“Sekarang kondisi di Pasar Rawa rimbun sekali, hijau dengan keberadaan tanaman mangrove yang sudah tumbuh besar. Hasil luasnya kawasan mangrove ini memang telah memberikan banyak manfaat,” ungkap dia.

Semenjak adanya penghijauan kembali di Pasar Rawa itu, banyak nelayan telah mendapatkan hasil tangkapan, seperti udang, kepiting, dan berbagai jenis ikan lainnya.

Meski dikelola oleh KTH Penghijauan Maju Bersama, Wahyudi menegaskan kawasan konservasi mangrove tersebut terbuka secara gratis bagi nelayan yang ingin menangkap biota yang ada di mangrove tersebut. “Terkadang saya berpikir juga, kalau tahu seperti ini manfaat tanaman mangrove, mungkin tidak ada aktivitas produksi arang kayu di Desa Pasar Rawa,” sebutnya.

Kini, Wahyudi bersama masyarakat lainnya yang dulu merupakan pekerja pembuat arang kayu dari mangrove, bercita-cita untuk mengembangkan peran dan manfaat mangrove, seperti ekowisata melalui bantuan dari Pertamina EP Pangkalan Susu.

Dia menyebutkan kepedulian Pertamina EP Pangkalan Susu untuk kawasan mangrove di Desa Pasar Rawa itu dimulai tahun 2022. Pertamina membantu KTH Penghijauan Maju Bersama melalui aksi merestorasi penanaman mangrove hingga membantu mendirikan rumah UMKM keripik ikan yang hasil juga merupakan hasil tangkapan nelayan di kawasan mangrove.

“Kami di sini sangat terbantu dengan hadirnya kepedulian Pertamina. Kami merasa usaha selama ini ada perkembangan, ada produk UMKM nya juga,” jelasnya.

Bahkan untuk terus memperluas produk UMKM yang bersumber dari kawasan konservasi mangrove itu, KTH Penghijauan Maju Bersama bakal melakukan pelatihan untuk mengolah buah mangrove menjadi sajian minuman yang mirip dengan kopi.

“Ada yang bilang kopi mangrove. Nah, untuk hal ini akan ada pelatihan kedepannya. Mungkin di tahun depan terealisasinya, dan tentunya turut didukung Pertamina,” kata dia.

Selain itu, dengan telah adanya konsep ekowisata di KTH Penghijauan Maju Bersama di Pasar Rawa tersebut, telah banyak wisatawan yang datang, mulai dari wisatawan lokal, nusantara, hinge wisatawan mancanegara.

“Sudah ada orang luar negeri ke KTH Penghijauan Maju Bersama ini. Mereka kagum melihat hamparan mangrove yang begitu luas,” ucapnya.

Dia berencana agar ke depannya hamparan mangrove yang begitu luas tersebut dapat menjadi percontohan bagi daerah lainnya yang memiliki rencana untuk turut melakukan konservasi tanaman mangrove.

Kemudian juga berharap supaya KTH Penghijauan Maju Bersama menjadi sebuah tempat edukasi bagi para pelajar, seperti anak usia dini hingga mahasiswa, terkait tanaman mangrove.

“Kalau edukasi seputar mangrove ini terus digencarkan, saya percaya ke depannya tanaman mangrove bakal terjaga dengan baik. Dan apa yang telah kami lakukan dahulu, karena minimnya pengetahuan seputar mangrove,” sebutnya.

Untuk mewujudkan semua itu, Wahyudi berharap bisa turut dibantu oleh Pertamina. Karena dari awal mula kawasan mangrove ini benar-benar terkonsep dengan baik, telah dibantu juga oleh Pertamina.

Sementara itu, menanggapi soal mannat penanaman mangrove yang turut dibantu Pertamina, Field Manager Pertamina EP Pangkalan Susu, Edwin Susanto mengatakan program edu ekowisata mangrove Pasar Rawa merupakan program pemberdayaan masyarakat pesisir yang mengintegrasikan edukasi, konservasi dan pariwisata yang bertujuan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat dan menjaga kelestarian mangrove. 

Dimana program tersebut didasari adanya pemetaan sosial bersama stakeholder terkait, yang menunjukkan adanya permasalahan belum terkelolanya perikanan pasca hasil tangkapan secara optimal, salah satunya ikan baronang/ketang yang dibuang. 

Dikatakannya kurang pengetahuan, keterampilan pengolahan dan pemasaran seringkali menjadi tantangan bagi nelayan, petani di wilayah pesisir yang menjadi pintu masuk kemiskinan. Selain itu, di Desa Pasar Rawa yang memiliki area mangrove cukup luas, dihadapkan pada situasi pembalakan kayu untuk arang.

“Di sini kami melihat perlu Pertamina hadir. Karena dalam kegiatan CSR kami, sebelum ada bantuan diturunkan. Mapping dulu, soal apa persoalan dan apa kebutuhan masyarakat. Khusus di Pasar Rawa itu, kami melihat layak untuk didukung kegiatan masyarakatnya,” kata dia.

Edwin menjelaskan pelaksanaan program yang di mulai pada tahun 2022, dengan berkolaborasi dengan KTH Penghijauan Maju Bersama. Pertamina EP Pangkalan Susu Field memberikan dukungan penguatan kelembagaan kelompok dan penanaman bibit mangrove, serta pengembangan track susur mangrove. 

Sejumlah 23 orang anggota kelompok telah mendapatkan pelatihan dan pendampingan. Keberhasilan inisiatif program ini, mendorongnya adanya wisata jelajah mangrove, spot pemancingan hingga lahirnya kelompok perempuan Maju Bersama Kuliner yang memproduksi baronang crispy/keripik dan sajian kuliner segar masakan ikan, kepiting, udang, serta merintis pengintegrasian pengelolaan sampah di area wisata.

“Dari sisi pemasaran, Pertamina bersama KPH 1 Stabat membantu pemasaran melalui pameran atau expo dan platform digital e-commerce menjangkau perluasan pemasaran,” jelasnya.

Dari sejumlah upaya dan kolaborasi Pertamina dengan KTH Penghijauan Maju Bersama ini, telah ada sejumlah prestasi dan pengakuan yang diraih hingga ke tingkat nasional.

Seperti pada Agustus 2024, KTH Penghijauan Maju Bersama yang merupakan binaan Pertamina EP Pangkalan Susu Field memperoleh Penghargaan Peringkat 3 Terbaik Wana Lestari Tingkat Nasional yang diberikan langsung oleh Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup RI di Jakarta.

“Ada beberapa penghargaan lainnya yang telah diraih oleh KTH Penghijauan Maju Bersama ini,” tegasnya.

Edwin juga menyampaikan bahwa dengan adanya kepedulian Pertamina itu, dampak jangka panjang pun bakal dirasakan masyarakat. Saat ini dampak program telah terlihat, adanya peningkatan pendapatan melalui adanya inovasi produk keripik ikan, kuliner segar olahan laut, jelajah mangrove, pemancingan. 

Selain itu, kelompok juga telah belajar dan terdorong untuk meningkatkan keterampilan, inovasi produk makanan, jasa wisata selaras dengan konservasi mangrove. “Hal ini merupakan efek dari program yang berkelanjutan dan relevan dengan kebutuhan masyarakat,” tutup Edwin.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper