Bisnis.com, BATAM - Kemenangan Donald Trump di Pilpres Amerika 2024 diyakini akan menguntungkan Batam. Pasalnya perang dagang dengan China akan semakin intensif, yang akan membuat industri dari negeri tirai bambu merelokasi pabriknya ke Batam.
Hal tersebut terjadi karena Trump akan mengenakan kebijakan tarif impor sebesar 60% untuk produk asal China.
"Ini jadi sentimen bagus buat Batam. Karena produk China masuk Amerika dikenakan tarif 60%. Ini jadi kesempatan baik Batam-Bintan-Karimun (BBK) untuk mendapatkan investasi hasil dari relokasi pabrikan China," kata Ketua Bidang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) Himpunan Kawasan Industri (HKI) Indoensia Tjaw Hioeng, Kamis (7/11/2024).
Situasi ini pernah dialami Batam sebelum Covid-19, dimana Trump saat itu masih memimpin Amerika. Tjaw menyebut tarif impor produk China ketika itu sebesar 20%.
"Hal tersebut menyebabkan kawasan industri di Batam penuh saat perang dagang tahun itu. Dengan terpilihnya Trump kembali, maka akan lebih banyak perusahaan asal China relokasi ke Asia Tenggara untuk menghindari tarif impor tersebut," jelasnya.
Meski merupakan peluang besar, saat ini Batam dihadapkan dengan persaingan ketat dari Singapura dan Johor Malaysia yang membentuk aliansi Special Economic Zone (SEZ). Lalu ada Vietnam yang memiliki hubungan erat dengan China, begitu juga Myanmar.
Baca Juga
"Ini jadi momentum yang tepat untuk menggaet investasi baru, dimana Batam harus siap untuk menampung mereka. Tapi dengan syarat infrastruktur harus bagus, begitu juga regulasi perizinan dan insentif fiskal yang pro dunia usaha," ucapnya.
Secara geografis, Indonesia khususnya Batam diuntungkan dengan posisi strategisnya di Selat Malaka dibanding Vietnam yang harus berputar jauh lagi menuju selat strategis di dunia tersebut.
Namun negara komunis tersebut lebih sedikit diuntungkan dengan kondisinya yang cukup aman, karena aksi demonstrasi menuntut upah dilarang.
Selain itu sejumlah hal yang mesti dibenahi di Batam yakni ongkos logistik yang mahal. Selanjutnya ketiadaan industri supply chain untuk produk komponen pendukung sehingga investor manapun harus mendatangkannya dari luar. Biaya produksi pun semakin besar.
Tjaw menegaskan Batam kedepannyna, sektor non-migas akan semakin berkembang. Buktinya bisa dilihat bahwa saat ini industri ramah lingkungan sudah banyak di Batam.
Tapi, melihat tahun ini adalah momen Pemilu. Tentunya investor masih akan wait and see, sambil melihat seperti apa kebijakan dari pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto.
"Dengan perang dagang yang terus berlanjut, tentu Batam masih sangat potensial dilirik oleh investor khususnya di bidang semikonduktor dan di bidang EBT khusus cell solar module," paparnya.
Perang dagang sangat menguntungkan Batam. Ia berharap pembuat kebijakan di level daerah maupun pusat terus memberikan kemudahan perizinan dan insentif yang menggiurkan.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam Rafki Rasyid mengatakan pihaknya belum bisa berspekulasi mengenai kebijakan Trump dan dampaknya terhadap perekonomian Batam kelak.
"Jika masih memakai gaya kebijakan lama dengan menerapkan tarif tinggi untuk melindungi produk dalam negerinya, maka akan berpengaruh pada kondisi perekonomian global," ucapnya.
Menurut Rafki, negara-negara eksportir besar seperti China tentunya akan terbatas ruang geraknya seperti dulu.
"Maka industri yang ada di China saat ini tentu akan memilih keluar dari China, atau membuat usaha di negara lain yang tidak terkena tarif tinggi dari Amerika," paparnya.
Batam bisa memanfaatkan peluang ini dengan mengundang investasi masuk lebih banyak ke Batam. "Tapi harus hati hati juga. Jangan sampai Batam hanya dimanfaatkan untuk menstempel produk untuk mendapatkan surat keterangan asal saja, sementara perakitannya tetap di China," imbuhnya.
Batam tentunya harus mendapatkan manfaat dari setiap investasi yang masuk. Mulai dari manfaat untuk pengurangan pengangguran maupun manfaat yang didapat dari adopsi teknologi yang dibawa oleh investor yang masuk ke Batam.
"Maka untuk itu, kita lihat ke depan, apakah kebijakan Trump ini masih saja seperti dulu. Masih ada kemungkinan akan berubah menyesuaikan dengan kepentingan Amerika di masa depan. Karena situasi dunia sudah banyak berubah. Bisa saja kebijakan akan lebih longgar dibandingkan kebijakan di masa lalu," pungkasnya.
Berdasarkan catatan dari BP Batam, r ealisasi investasi di Batam menunjukkan tren positif hingga semester I/2024, karena tumbuh sebesar 55,70%. Nilai totalnya sebesar Rp 12,31 triliun. (K65)