Bisnis.com, MEDAN – Perekonomian Sumatra Utara (Sumut) menghadapi sejumlah tantangan meski pada kuartal III/2023 mampu tumbuh sebesar 4,94% (year-on-year/yoy).
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setdaprov Sumut Agus Tripriyono mengatakan ada beberapa jalur yang bisa diamati untuk mengetahui kekuatan struktur perekonomian Sumut, yakni dari distribusi pembentuk perekonomian, baik dari sisi lapangan usaha maupun pengeluaran.
Dari sisi lapangan usaha, perekonomian Sumut saat ini 23,71% ditopang oleh sektor pertanian. Agus menyebut sektor tersebut memiliki tingkat kerawanan yang tinggi karena sangat bergantung pada faktor eksternal.
“Perekonomian daerah yang basisnya pertanian tidak dapat dikatakan kuat lantaran komoditas yang dihasilkan sangat rawan dengan gangguan cuaca, hama, maupun fluktuasi harga,” ujar Agus, saat mewakili Penjabat Gubernur Sumut Hassanudin dalam Sumut Economic Outlook 2024 yang digelar Bisnis Indonesia di Medan, Selasa (16/1/2024).
Ia menilai sektor yang cukup bisa dijadikan patokan kekuatan perekonomian suatu daerah saat ini ialah jika sudah bertumpu pada sektor industri dan jasa.
“Bila kita bandingkan dengan perekonomian nasional, struktur penopang ekonominya sudah industri pengolahan sebesar 18,75%. Pertaniannya sebesar 13,57% dan perdagangan sebesar 12,96%," tuturnya.
Baca Juga
Oleh karenanya, Agus berpendapat, struktur ekonomi Sumut belum kuat karena masih ditopang oleh sektor pertanian. Maka salah satu tantangan perekonomian Sumut ke depan ialah bagaimana mengupayakan transformasi struktural perekonomian melalui jalur hilirisasi.
Lebih lanjut Agus mengatakan, belum kokohnya pondasi perekonomian Sumut juga karena hampir setengah pembentuknya atau sekitar 50,15% dibentuk dari konsumsi rumah tangga.
Perekonomian suatu daerah yang ditopang oleh konsumsi, jelas Agus, harus dapat menjaga daya beli masyarakat. Kondisi ini, menurutnya, sulit untuk menciptakan kestabilan.
“Apalagi jika terjadi gejolak seperti halnya inflasi atau bencana seperti pandemi Covid-19, lalu terjadi pembatasan [pergerakan masyarakat], maka konsumsi masyarakat akan turun dan perekonomian akan jadi lesu,” kata Agus.
Agus tak menampik bahwa perekonomian Sumut memang kembali menggeliat pasca pandemi Covid-19 pada 2019 hingga pertengahan 2023 lalu.
Namun, ia juga menyebut bahwa pertumbuhan yang tercatat saat ini masih jauh dari rata-rata pertumbuhan ekonomi Sumut sebelum pandemi terjadi, yang bisa mencapai 5,1%, di mana rata-rata pertumbuhan ekonomi Sumut dalam 5 tahun terakhir hanya tumbuh 3,3%.
“Jika dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh 3,42%, rata-rata pertumbuhan ekonomi Sumut masih di bawah nasional. Karenanya, kita perlu mendorong ekonomi Sumut ini agar lebih tinggi di atas rata-rata pertumbuhan nasional,” terang Agus.
Dalam kegiatan itu, Agus menyampaikan beberapa strategi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sumut.
Pertama, meningkatkan sektor basis pertumbuhan ekonomi, yang dalam hal ini ialah sektor pertanian. Agus mengatakan bahwa pemerintah dan stakeholder terkait perlu mencari sumber-sumber alternatif pertumbuhan ekonomi yang baru.
"Pemerintah perlu memfasilitasi petani untuk dapat menggunakan bibit yang berkualitas, memastikan ketersediaan pupuk serta meningkatkan penggunaan mekanisasi pertanian demi meningkatkan produktivitas tanaman pangan dan tanaman perkebunan," kata Agus.
Beberapa tanaman pangan yang perlu ditingkatkan produktivitasnya, kata dia, antara lain tanaman padi, jagung, dan bawang merah. Sedangkan untuk tanaman perkebunan, yang perlu menjadi perhatian adalah komoditas sawit dan kopi.
Untuk mengembangkan sawit, Agus mengatakan titik tekannya berada pada sektor perkebunan sawit rakyat yang sumbangsihnya hampir 43% pada perekonomian Sumut.
Sementara pengembangan produksi kopi, lanjutnya, bisa dilakukan dengan program ekstensifikasi maupun intensifikasi dengan menambah luas areal perkebunan melalui program perhutanan sosial.
“Pemerintah juga terus mendorong sektor-sektor potensial lain, dalam hal ini sektor pariwisata mengingat multi flyer effect-nya yang besar kepada sektor lain. Misalnya dengan memperbanyak event-event pariwisata di Sumut,” terang Agus.
Kedua, Agus menyinggung soal peningkatan hilirisasi, terutama untuk meningkatkan industri pengolahan hasil pertanian pangan di pedesaan.
“Meningkatkan industri pengolahan hasil-hasil pertanian pangan khususnya di pedesaan akan dapat pula meningkatkan nilai tambah, di samping menekan fluktuasi harga,” jelasnya.
Ketiga, membangun infrastruktur yang mendukung perekonomian diantaranya dengan meningkatkan pembangunan jaringan jalan, pembangunan irigasi untuk pertanian, pembangunan infrastruktur konektivitas, hingga penyediaan air bersih dan ketersediaan energi.
"Pembangunan jaringan jalan provinsi khususnya untuk menghubungkan sentra-sentra produksi ke jaringan jalan nasional sehingga mempermudah akses barang maupun orang," kata Agus.
Beberapa strategi lain yang disampaikan Agus untuk mendorong perekonomian Sumut yakni meningkatkan kuantitas dan kualitas kewirausahaan; meningkatkan ekspor; memberikan pelatihan terkait teknologi terkini kepada pelaku UMKM untuk meningkatkan daya saing; serta meningkatkan kualitas SDM.
"Diharapkan dengan program-program tersebut nantinya mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata pertumbuhan saat ini yang dapat pula meningkatkan pendapatan masyarakat dan membuka kesempatan kerja sehingga akhirnya mengurangi ketimpangan antar wilayah," pungkasnya. (K68)