Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KPPU Ungkap Alasan Tidak Ada Operator Feri Lokal Layani Rute Batam-Singapura

Harga tiket feri Batam-Singapura yang masih tinggi hingga saat ini sangat menghambat sektor pariwisata di Batam.
Pelabuhan Feri Internasional Batam Centre. /Bisnis-Rifki
Pelabuhan Feri Internasional Batam Centre. /Bisnis-Rifki

Bisnis.com, BATAM - Harga tiket feri Batam-Singapura yang masih tinggi hingga saat ini sangat menghambat sektor pariwisata di Batam. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menduga ada praktik kartel yang menjadi penyebab tingginya harga tiket.

KPPU juga menceritakan alasan mengapa tidak ada operator feri lokal yang ikut melayani jalur Batam-Singapura. Karena hal tersebut, operator feri asal Singapura memonopoli jalur tersebut melalui empat perusahaan, yakni Batamfast, Horizon, Sindo Fery dan Majestic.

"Pertama, perhitungan satu rute pelayaran bisa bertambah ketika tingkat okupansi di atas 65%. Buat pelaku usaha, saat ini belum untung kalau jadi pemain baru di bisnis ini," kata Kepala Kantor Wilayah I KPPU Ridho Pamungkas, Rabu (19/6/2024).

Ia juga menjelaskan kalau Singapura menerapkan standar tinggi bagi kapal yang ingin masuk ke pelabuhannya, seperti Pelabuhan Tanah Merah dan Harbour Front.

"Misalnya seperti standar keamanannya, dan juga termasuk persoalan bahan bakar juga ditetapkan Singapura. Karena itu, lebih mudah bagi kapal berbendera mereka sendiri," ujarnya.

Ridho kemudian membandingkan standar keamanan kapal yang berlayar dari Batam-Johor (Malaysia) dengan Batam-Singapura. Menurutnya, kapal yang berlayar ke Johor lebih rendah safety-nya. "Aturan di Malaysia lebih mudah, begitu juga dengan di Indonesia yang juga ikut memudahkan kapal masuk ke pelabuhan," jelasnya.

Terpisah, Ketua Aliansi Maritim Indonesia (ALMI) Osman Hasyim mengatakan persoalan yang sudah berlangsung tahunan ini perlu diurai agar tidak mengganggu pemulihan sektor pariwisata.

"Sepatutnya pemerintah ambil jalan tengah terkait soal ini untuk dudukkan dari sisi bisnis dan sisi pariwisata, agar bisa saling mengisi terkait solusi yang pasti. Bagaimana pariwisata bisa terjaga, dan dari operator feri bisa lakukan pengangkutan," jelasnya.

Ia melihat operator feri ini banyak yang merugi akibat Covid-19. Jadi baru setahun ini mereka mulai restart ulang untuk mengisi kembali funding-nya yang menghilang sekitar dua tahun.

"Mereka kemarin ada atau tidak ada penumpang tetap harus jalan. Namun kalau harga tiket terlalu tinggi juga akan berdampak pada sektor pariwisata," jelasnya.

Osman juga melihat kenaikan harga tiket yang terjadi karena biaya BBM tinggi juga tidak relevan. "Minyak di Singapura itu lebih murah dari Indonesia. Mereka ambil di sana mungkin karena kualitasnya lebih bagus," jelasnya.

Sedangkan jika beli di Indonesia, kapal asing harus mengurus izin kegiatan yang pengurusannya bisa berhari-hari. "Kapal feri ini mainnya cepat, isi langsung berangkat, tidak bisa menunggu lama," ungkapnya.

Direktur Badan Usaha Pelabuhan (BUP) BP Batam Dendi Gustinandar mengatakan pihaknya telah berkomunikasi dengan Pertamina terkait pasokan BBM khusus untuk kapal feri yang melayani rute Batam-Singapura. 

Menurut Dendi, salah satu faktor yang memengaruhi harga tiket feri yakni adanya keharusan pengisian BBM di Singapura. "Hal itu terjadi karena Indonesia belum punya sistem pengisian BBM yang ditujukan untuk kapal feri komersial internasional," ungkapnya. 

Hingga saat ini, belum ada rencana antara BP Batam dan Pertamina untuk menyediakan layanan tersebut.(K65)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper