Bisnis.com, PEKANBARU - Menjelang akhir operasional PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) di Tanah Air pada 9 Agustus 2021 lalu, pengelola Wilayah Kerja Rokan tersebut bekerja sama dengan Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau untuk membangun pusat pengembangan usaha mikro kecil dan menengah yang sekaligus mendorong pelestarian budaya Melayu, Riau.
Dari kolaborasi itu hadir Sentra Budaya Ekonomi Kreatif Melayu Riau, yang lokasinya berada di belakang kantor LAM Riau, Jalan Diponegoro Kota Pekanbaru.
Pengelola Sentra Budaya Ekraf Melayu Riau, Wan Irzawati mengakui ide pembangunan sentra usaha budaya ini berasal dari Ketua LAM Riau Datuk Syahril Abubakar.
"Dari ide Datuk Syahril ini akhirnya mendapatkan dukungan dari Chevron saat akan menuju akhir operasional dan sekarang dukungan ini dilanjutkan oleh Pertamina Hulu Rokan (PHR)," ujarnya Selasa (16/8/2022).
Dia menjelaskan ada beragam produk yang ditawarkan kepada pelanggan di sentra ini, di antaranya produk fesyen seperti kain songket, tas rajut, Batik Riau, hingga tanjak Melayu yang disebut juga sebagai mahkota kain.
Ada pula produk kuliner yang bisa dibawa sebagai buah tangan, seperti keripik ubi, amplang, kerupuk tanawan tankos, beras kencur instan, serbuk jahe ikan asin, kacang pukul, dan berbagai makanan ringan lainnya.
Baca Juga
Produk-produk UMKM yang dijual, sebagian besar merupakan hasil keterampilan dari kaum perempuan di Riau. Sekitar 75 persen dari 400 UMKM yang dibina oleh Sentra ini adalah perempuan.
Setelah diresmikan pada Juli 2021, atau dibuka pada saat pandemi masih tinggi dan sedang diterapkannya PPKM Level 4, berkat arahan dari PHR yaitu dengan membuat paket oleh-oleh, pihaknya tetap bisa mencatatkan omset hingga Rp20 juta lebih.
Kini setelah pandemi Covid mulai berkurang, dan aktivitas perekonomian serta kegiatan pemerintah dan masyarakat kembali normal, penjualan sentra bisa mencapai angka Rp90-Rp100 jutaan. Dengan apresiasi positif dari masyarakat, pada April 2022 lalu pihaknya dengan dukungan PHR membuka gerai kedua yang berlokasi di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.
"Ke depan kami ingin mendapatkan pembinaan dan bimbingan dari PHR, khususnya tentang peningkatan kualitas kemasan produk, agar kedepannya Sentra Budaya Ekraf Melayu Riau ini terus berkembang dan ekonomi para mitra dan masyarakat luas juga meningkat," ujarnya.
Sementara itu Senior Analyst Social Performance PHR WK Rokan Winda Damelia mengatakan pihaknya berkomitmen menjalankan program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) yang baik dan melanjutkan program dari operator sebelumnya, dengan memberikan nilai tambah kearifan lokal yaitu mendukung pengembangan budaya Melayu Riau.
"Program pendampingan UKM melalui Sentra Budaya Ekraf Melayu Riau ini memang diinisiasi oleh LAM Riau, dan disambut baik oleh operator sebelumnya. Kini kami melanjutkan dukungan itu setelah berdirinya gerai ini," ujarnya.
Winda mengakui setelah beralih kelola kepada PHR, pihaknya terus mengembangkan UMKM melalui sentra, dan juga menambah outlet baru di bandara. Kemudian selain masyarakat, sentra kini melibatkan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Suska Riau, untuk mengembangkan aplikasi yang bisa memadukan penjualan secara digital termasuk mengintegrasikan distribusi produk mitra di kedua outlet sentra di LAM Riau dan Bandara Pekanbaru.
Selanjutnya, sentra juga diikut sertakan pada sejumlah kegiatan SKK Migas. Beberapa pekan lalu misalnya sentra ikut serta pada kegiatan Forum Kapasitas Nasional SKK Migas, dan dinobatkan sebagai UMKM binaan KKKS terbaik, serta mendapatkan apresiasi karena memberikan multiplier effect terhadap UMKM lainnya yang ada di wilayah operasional WK Rokan.
"Ke depannya kami ingin mendorong pelaku UMKM yang ada di sentra tidak hanya bermain di pasar lokal, bagi yang ingin menjajaki pasar internasional akan kami dukung melalui pengelola gerai ini, jadi mulai sekarang bisa diidentifikasi produk mana yang ingin ekspor," ujarnya.
Winda mengharapkan ke depan sentra menjadi usaha yang mandiri, lalu bisa mengandalkan pengembangan bisnisnya dari omset dan penjualan gerai di LAM Riau dan yang di bandara.