Bisnis.com, PALEMBANG – Petani padi di Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan, masih mengeluhkan beratnya beban biaya produksi lantaran harga pupuk yang masih tinggi.
PO, petani di Kabupaten Banyuasin mengatakan harga pupuk yang tinggi itu berlaku baik untuk nonsubsidi hingga subsidi.
“Normalnya kan Rp125.000 per karung, tetapi petani harus beli pupuk subsidi seharga Rp250.000 per karung dan ini dijual ilegal,” katanya kepada Bisnis, Selasa (8/2/2022).
Padahal, kata dia, pupuk bersubsidi memiliki harga eceran tertinggi yang diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan).
Tak hanya itu, dia melanjutkan, petani di Banyuasin juga sulit mendapatkan pupuk bersubsidi di lapangan.
“Petani jadi kebingungan karena mau beli yang nonsubsidi pun harganya juga tinggi,” katanya.
Dia memaparkan harga pupuk nonsubsidi telah meroket hingga Rp500.000 per karung. Sama halnya dengan pupuk bersubsidi, kata dia, harga pupuk nonsubsidi juga memiliki HET yang senilai Rp360.000 per karung.
Akibat dari harga dan ketersediaan pupuk bersubsidi yang sulit didapat itu, dia mengemukakan, telah berdampak pada produktivitas sawah yang digarap petani.
PO mengatakan dirinya menggunakan sebanyak empat karung pupuk urea dan tiga karung pupuk NPK untuk lahannya.
“Sehingga kalau pakai pupuk nonsubsidi [biaya] jadi sangat mahal, ada gap yang cukup jauh antara pupuk subsidi dan nonsubsidi,” paparnya.
Sebelumnya, kondisi pupuk bersubsidi di Sumsel telah menjadi polemik. Pada Senin (7/2/2022), Front Persatuan Buruh Tani Sumsel menggelar demonstrasi di halaman Kantor Gubernur Sumsel menyikapi fenomena tersebut.
Koordinator Front Persatuan Buruh Tani Sumsel Widya Astin mengatakan pihaknya mendesak pemerintah daerah di provinsi itu untuk mengawal ketersediaan pupuk bersubsidi bagi petani.
“Kami juga meminta pemda dapat merancang ulang pola distribusi dan penyaluran pupuk subsidi di setiap tingkatan secara efektif, aman dan terukur sampai ke tangan petani penerima pupuk subsidi terdata,” ujarnya.