Bisnis.com, PALEMBANG--Penggunaan uang elektronik di Sumatra Selatan tercatat terus mengalami pertumbuhan seiring bermunculannya sarana publik yang memanfaatkan alat pembayaran tersebut.
Berdasarkan data Bank Indonesia Perwakilan Sumatra Selatan pemegang uang elektronik pada triwulan II/2019 meningkat jadi 308.788 orang dibanding dengan triwulan sebelumnya sebanyak 188.559 orang.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumsel, Yunita Resmi Sari, mengatakan meningkatnya jumlah pemegang uang elektronik sejalan dengan telah diterapkannya pembayaran menggunakan uang elektronik pada sejumlah moda transportasi.
“Uang elektronik dapat digunakan untuk membayar tiket kereta ringan (light rail transit/LRT), bus Trans Musi maupun fasilitas infrastruktur jalan, yakni Jalan Tol Palembang – Indralaya (Palindra) yang merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS),” katanya beberapa waktu lalu.
Merujuk pada pengunaan uang elektronik tersebut, kata Sari, secara sebaran lokasi, Palembang menjadi kota dengan jumlah transaksi dengan nominal paling besar dibanding daerah lain di Sumsel.
Dia menambahkan, meningkatnya jumlah pemegang uang elektronik pada triwulan II/2019 juga disebabkan oleh meningkatnya minat masyarakat untuk menggunakan uang elektronik berbasis server.
“Penggunaan tersebut untuk pembayaran aktivitas ekonomi dan belanja sehari-hari,” kata Sari.
Secara spasial di Sumsel, Kota Palembang merupakan daerah dengan transaksi penggunaan uang elektronik terbesar berdasarkan nominalnya.
Jenis transaksi dengan nilai terbesar, yakni pengisian uang ulang (top up) senilai Rp265,77 miliar dan frekuensi sebanyak 159.008 transaksi.
Sedangkan berdasarkan frekuensinya, jenis transaksi terbesar adalah pembayaran atas tagihan rutin yaitu sebanyak 196.567 transaksi.
“Hal ini didukung dengan tersedianya infrastruktur untuk melakukan transaksi dengan uang elektronik, seperti sarana publik, jumlah merchant yang menerima uang elektronik dan penggunaan uang elektronik berbasis server yang marak dilakukan di Kota Palembang,” katanya.
Diketahui, elektronifikasi merupakan bagian dari sistem pembayaran yang diartikan sebagai upaya terpadu dan terintegrasi untuk mengubah pembayaran tunai menjadi nontunai.
Elektronifikasi bertujuan untuk menciptakan less cash society dan meningkatkan inklusifitas keuangan.
Sementara itu, Manager Humas PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divre III Palembang, Aida Suryanti, mengatakan penggunaan uang elektronik untuk pembayaran tiket LRT menunjukkan perkembangan yang posifit.
“Hingga saat ini pengguna kartu uang elektronik untuk LRT mencapai 338.891 transaksi, ini cukup baik,” katanya.
Salah satu uang elektronik yang dapat digunakan untuk moda LRT adalah yang diterbitkan Bank Sumsel Babel. Sebagai bank pembangunan daerah (BPD) di Sumsel dan Babel, perusahaan tersebut berkomitmen untuk mendukung transaksi nontunai di daerah itu.
Sekretaris Perusahaan Bank Sumsel Babel Faisol Sinin mengatakan pihaknya sudah menerbitkan BSB Cash, yakni uang elektronik yang dapat digunakan untuk masyarakat bertransaksi di sarana publik maupun merchant dan toko ritel.
“Jumlah BSB Cash yang aktif sampai dengan Agustus 2019 sebanyak 71.582 kartu dan bisa digunakan untuk berbagai transaksi, termasuk pembayaran tiket LRT dan jalan tol,” katanya.
Pemakaian uang elektronik BSB Cash memang terus digaungkan Bank Sumsel Babel. Salah satunya untuk keperluan transaksi ritel di 36 merchant yang bekerjasama dengan perusahaan.
Berdasarkan catatan Finansial, kelahiran uang elektronik Bank Sumsel Babel bukanlah perkara mudah, perusahaan telah menempuh proses yang cukup panjang.
Inovasi perusahaan dalam layanan digital banking itu telah direncanakan sejak tiga tahun terakhir. Hingga, pada awal April 2017, setelah mendapat restu dari Otoritas Jasa Keuangan maupun Bank Indonesia, BSB Cash resmi meluncur dan bisa digunakan masyarakat untuk bertransaksi.