Bisnis.com, PADANG - Badan Pusat Statistik (mencatat) komoditas crude palm oil (CPO) paling banyak di ekspor di Provinsi Sumatra Barat ke India dan ekspor ke Amerika Serikat malah mengalami penurunan.
Kepala BPS Sumbar Sugeng Arianto mengatakan India merupakan negara tujuan ekspor yang memiliki peranan terbesar yaitu sebesar US$246,85 juta atau 31,05%, diikuti oleh Pakistan US$195,04 juta atau 24,54%, dan Mesir US$54,73 juta atau 6,89%.
“Komoditas CPO yang paling dominan di Ekspor Sumbar hingga April 2025 itu dengan negara tujuan ke India,” katanya dikutip dari data BPS, Senin (2/6/2025).
Dia menjelaskan secara umum nilai ekspor asal Sumbar selama periode Januari–April 2025 naik 25,91% dibanding periode yang sama tahun 2024, yaitu dari US$631,33 juta menjadi US$794,92 juta. Ekspor asal Sumbar pada April 2025 itu tercatat US$149,36 juta, turun 11,09% dibanding April 2024.
Sugeng merinci dari sepuluh komoditas dengan nilai ekspor terbesar Januari–April 2025, sebagian besar komoditas mengalami peningkatan nilai ekspor dibandingkan Januari–April 2024, dengan peningkatan tertinggi pada golongan berbagai produk kimia (HS38) US$25,40 juta atau naik 63,48%.
Komoditas lainnya yang juga meningkat nilai ekspornya adalah karet dan barang dari karet US$32,33 naik 26,84%, berbagai produk kimia US$25,40 juta naik 63,48%, kopi, teh, rempah–rempah US$13,38 juta naik 37,47%, minyak atsiri, kosmetik wangi– wangian US$8,50 juta naik 4,77% serta buah–buahan US$7,90 juta naik 37,90%.
Baca Juga
Sementara komoditas yang mengalami penurunan adalah bahan–bahan nabati US$24,56 juta turun 12,30%, garam, belerang, kapur US$16,41 juta turun 8,38%, sari bahan samak & celup US$14,10 juta turun 26,48%, dan ampas/sisa industri makanan US$6,56 juta turun 20,12%.
Menurutnya, selama Januari–April 2025 itu, ekspor dari sepuluh golongan barang (HS 2 digit) di atas memberikan kontribusi 99,84% terhadap total ekspor. Dari sisi pertumbuhan, ekspor sepuluh golongan barang tersebut naik 26,13% terhadap periode yang sama tahun 2024.
Komoditas yang paling banyak diekspor pada golongan lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) selama Januari–April 2025 adalah Liquid fractions of palm oil, refined oil, but not chemically modified, with iodine value 55 or more, but less than 60 (US$278,13 juta), CPO (US$178,04 juta), dan Refined palm oil (US$153,97 juta)
“Jadi selain ke India yang merupakan negara tujuan ekspor yang memiliki peranan terbesar, juga diikuti oleh Pakistan US$195,04 juta atau 24,54%, dan Mesir US$54,73 juta atau 6,89%. Komoditas utama yang diekspor ke India pada periode tersebut adalah CPO,” ujarnya.
Dikatakannya selain ada ke India, Pakistan, Mesir, Sumbar juga melakukan ekspor ke Bangladesh, Myanmar, Tiongkok, Jepang, Singapura, Arab Saudi, dan Amerika Serikat.
Dari total 10 negara itu, nilai ekspor Januari–April 2025 mencapai US$764,68 juta atau naik US$196,95 juta (32,67%) dibanding periode tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya nilai ekspor ke sebagian besar negara tujuan utama seperti India US$246,85 juta (naik 43,37%), Pakistan US$195,04 juta (naik 34,95%), Mesir US$54,73 juta (naik 66.648,78%), Bangladesh US$54,57 juta (naik 33,20%), Tiongkok US$48,16 juta (naik 713,97%), Arab Saudi US$33,76 juta (naik 1.679.999,51%), dan Singapura US$18,06 juta (naik 348,90%).
Sementara negara yang mengalami penurunan adalah Myanmar US$53,22 juta (turun 35,59%); Amerika Serikat US$30,24 juta (turun 30,85%); dan Jepang US$30,03 juta (turun 2,03%).
Sugeng menyampaikan peranan dan perkembangan ekspor Provinsi Sumbar selama Januari–April 2025, ekspor menurut sektor industri pengolahan meningkat 27,79% dibanding Januari–April 2024 yang disumbang oleh meningkatnya ekspor minyak kelapa sawit.
Kemudian ekspor produk pertambangan menurun 85,54% disebabkan oleh menurunnya ekspor garam, belerang, kapur, sama halnya dengan ekspor hasil pertanian juga menurun 1,45% yang disumbang oleh menurunnya ekspor ikan dan udang.
Selanjutnya ekspor produk industri pengolahan untuk April 2025 dibanding April 2024 turun 11,69%, berbeda dengan ekspor produk pertanian naik 7,39%. Selain itu ekspor produk pertambangan tidak bisa dijelaskan perbandinganya dengan April 2024, karena tidak adanya ekspor produk pertambangan pada April 2024.