Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Realisasi Belanja Negara Sumsel 25,87% dari Target per April 2025

Belanja negara tersebut terdiri dari belanja pemerintah pusat Rp3,31 triliun (20,97%) serta belanja transfer ke daerah (TKD) Rp9,47 triliun (28,16%).
Gedung Kementerian Keuangan (Kemenkeu)/kemenkeu.go.id
Gedung Kementerian Keuangan (Kemenkeu)/kemenkeu.go.id

Bisnis.com, PALEMBANG — Hingga April 2025 kinerja belanja negara di Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) baru mencapai Rp12,7 triliun atau 25,87% dari sasaran yang ditetapkan.

Berdasarkan data yang diterima Bisnis, belanja negara tersebut terdiri dari belanja pemerintah pusat Rp3,31 triliun (20,97%) serta belanja transfer ke daerah (TKD) Rp9,47 triliun (28,16%).

Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Provinsi Sumsel Agus Yulianto menerangkan bahwa belanja pemerintah pusat berupa belanja pegawai telah dialokasikan untuk pembayaran gaji pokok dan tunjangan kinerja ASN, TNI, Polri, serta uang makan, honorarium, uang lembur dan juga THR.

“Sedangkan untuk belanja bantuan sosial digunakan untuk kegiatan ATENSI dari Kemensos dan bantuan pendidikan melalui Kartu Indonesia Pintar Kuliah,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (28/5/2025).

Sementara itu dia merinci untuk TKD mencakup penyaluran dana bagi hasil (DBH) Rp2,51 triliun (22,65%), penyaluran dana alokasi umum Rp4,44 triliun (31,84%), serta dana alokasi khusus Rp1,44 triliun (28,83%).

Selain itu, kata dia, penyaluran dana desa telah mencapai Rp1,03 triliun (41,56%) dengan wilayah penyaluran tercepat di Sumsel meliputi Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Dan Lahat.

“Kemudian juga ada penyaluran dana insentif mencatatkan Rp4,51 miliar atau 6,69% dari pagu,” kata dia.

Sebelumnya, Akademisi Universitas Sriwijaya Sukanto menilai kebijakan efisiensi yang telah berjalan sejak awal tahun mulai menujukan dampak terhadap beberapa indikator pendorong ekonomi.

Salah satunya pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran pemerintah (government spending) yang mengalami kontraksi sekitar 38% pada tiga bulan pertama tahun ini.

“Kemudian sebagai cerminan investasi juga mengalami kontraksi dari sisi pengeluaran sekitar 4%, kemudian dari sisi ekspor juga turun. Artinya ke depan kita juga perlu berhati-hatj, indikator itu cerminan ke depan jadi efisiensi itu dampaknya cukup signifikan,” jelasnya.

Dia juga menjelaskan bahwa kondisi pertumbuhan ekonomi yang masih relatif baik di tengah efisiensi, diimbangi oleh tingkat konsumsi yang terjaga. Beberapa hal yang mendorong konsumsi seperti momen Tahun Baru, Imlek, Ramadhan, dan Lebaran.

Oleh karena itu pihaknya memandang Sumssl juga perlu mewaspadai adanya tren negatif pertumbuhan ekonomi, dampak dari efisiensi dan tingkat konsumsi yang tidak terjaga.

“Dan untuk ke depan kita juga masih akan terjaga (konsumsi) karena berlangsungnya momen IdulAdha atau lebaran haji,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper