Bisnis.com, PALEMBANG —— Pengembangan tanaman aren di Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) belum mendapatkan perhatian besar seperti komoditas unggulan lainnya.
Pemilik usaha Jasmine Aren Palembang, Andriani mengatakan bahwa eksistensi aren di Sumsel selama ini tidak begitu dilirik seperti sawit, karet dan kopi.
Padahal menurutnya aren mirip dengan tanaman kelapa yang memiliki pengelolaan bervariatif dan berpotensi menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat.
Mulai dari batang pohon yang tidak produktif bisa dijadikan sagu, dan ijuk aren yang bisa diproduksi menjadi peralatan rumah tangga seperti sapu, tali dan sebagainya.
Kemudian buahnya yaitu kolang-kaling yang biasanya menjadi sajian pelengkap minuman saat Ramadan.
“Dan bisa disadap yang airnya itu dibuat menjadi gula aren. Jadi memang semua bisa dimanfaatkan,” ujarnya saat ditemui Bisnis, dikutip Jumat (9/5/2025).
Baca Juga
Minimnya tanaman aren di Sumsel juga membuat Andriani sebagai pelaku usaha harus mencari pemasok bahan baku untuk produknya dari Pulau Jawa.
Dia memerinci dari total produksi gula aren batok dan gula aren semut mencapai 26 ton per bulan, sebanyak 20 ton bahan baku didapatkan dari petani di Jawa Barat.
“Jadi pasokan kita itu ada dari Sumsel dan ada dari Jawa Barat, karena kalau dari Sumsel saja itu belum bisa memenuhi jumlah yang saya butuhkan,” kata dia.
Sementara itu berdasarkan data Dinas Perkebunan Sumsel, luasan tanaman aren di wilayah itu pada 2023 mencapai 880.85 hektare.
Tanaman aren terluas berada di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan yang mencapai 299.00 hektare dengan jumlah produksi 103.96 ton.
Selanjutnya diikuti Kabupaten Musi Rawas Utara yang seluas 255.00 hektare dan jumlah produksi 61,30 ton, Kabupaten Muara Enim 94.00 hektare dan produksi 9,10 ton, serta di Ogan Komering Ilir 88.00 hektare dengan produksi 52.00 ton.