Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wajarkah Jika Harga Saham Naik Turun? Investor Perlu Tau Ini Agar Tak Panik!

Bagi investor pemula, portofolio investasi yang berubah menjadi merah karena harga saham turun kerap menimbulkan panik.
Investor mengamati layar yang menampilkan pergerakan harga saham di Jakarta, Rabu (Rabu (7/5/2025). Bisnis/Arief Hermawan P
Investor mengamati layar yang menampilkan pergerakan harga saham di Jakarta, Rabu (Rabu (7/5/2025). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, MEDAN - Seperti pasar pada umumnya, harga di pasar saham tak lepas dari gejolak naik dan turun. Bagi investor pemula, portofolio investasi yang berubah menjadi merah karena harga saham turun kerap menimbulkan panik. Kepanikan tak jarang memunculkan keinginan impulsif untuk menjual semua saham sebelum terus merugi.

Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Sumatra Utara (Sumut) M Pintor Nasution mengatakan, fluktuasi atau naik turun harga merupakan hal yang lumrah di pasar saham. Bagi investor pemula maupun investor berpengalaman tapi belum memiliki fondasi yang kuat, fluktuasi bisa menimbulkan kepanikan.

Padahal, lanjutnya, kepanikan adalah musuh utama dalam dunia investasi. Dia menyebut keputusan yang diambil dengan emosi saat kondisi pasar bergejolak kerap berujung dengan kerugian.

“Pasar saham memiliki satu sifat yang pasti, yaitu fluktuasi. Hari ini naik, besok bisa turun, lusa kembali naik, begitu seterusnya,” ujar Pintor, dikutip Kamis (8/5).

Ditegaskan Pintor, investor yang sukses bukanlah yang paling piawai dalam meramal kondisi pasar, tapi yang paling tenang ketika pasar sedang mengalami turbulensi.

Pintor mengatakan ada 5 (lima) pilar yang perlu menjadi pegangan para investor agar tetap tenang dan berpikir jernih saat pasar saham tengah berfluktuasi. Kelima pilar ini tidak hanya menjadi penopang mental, tapi juga menjadi panduan praktis dalam mengambil keputusan keuangan.

Berikut 5 Pilar Ketenangan dalam Investasi Saham:

1. Memiliki tujuan investasi yang jelas

Banyak yang terjun ke pasar modal karena ikut-ikutan alias FOMO (fear of missing out). Imbal hasil yang tinggi memang menggiurkan. Namun, alangkah baiknya jika investor tau terlebih dahulu tujuan dari investasi yang dilakukan.

Tujuan ini akan menjadi jangkar saat pasar berfluktuasi. Dengan tujuan yang jelas, investor tidak menilai investasi hanya dari pergerakan jangka pendek, namun fokus pada hasil jangka panjang. Pasar bisa berfluktuasi harian, tapi tujuan tidak berubah.

“Investasi tanpa tujuan yang jelas sama saja seperti naik kapal tanpa tahu hendak kemana. Sehingga jika pasar terkoreksi, kita akan mudah tersesat, panik, bahkan mungkin terpaksa melakukan cut loss,” kata Pintor.

2. Memilih risiko yang dipahami

Mengenali profil risiko pribadi sangat penting agar investor bisa memilih instrumen investasi yang sesuai dengan toleransi masing-masing terhadap risiko yang mungkin muncul seperti fluktuasi.

Ada tiga jenis utama profil risiko, yakni konservatif (nyaman dengan stabilitas), moderat (siap dengan sedikit risiko demi hasil lebih tinggi, dan agresif (nyaman dengan volatilitas tinggi demi imbal hasil maksimal).

“Ketika portofolio disesuaikan dengan profil risiko, kita tidak mudah panik karena kita tahu sudah mengambil risiko yang sesuai dengan kapasitas kita,” ujarnya.

3. Diversifikasi yang seimbang

Pernah mendengar istilah jangan pernah menaruh semua telur dalam satu keranjang? Prinsip klasik ini relevan termasuk di pasar saham. Diversifikasi adalah salah satu cara paling efektif untuk mengurangi risiko dalam investasi. Saat satu sektor anjlok, sektor lain bisa menopang.

Diversifikasi bisa dilakukan dengan memilih jenis aset, seperti membagi portofolio ke dalam instrumen saham, obligasi, emas, reksa dana, dan deposito. 

Investor juga dapat melakukan diversifikasi dengan memilih beberapa sektor industri, seperti membeli saham dari sektor teknologi, keuangan, konsumsi, energi, dsb.

Pintor menyebut investor yang portofolionya tersebar, lebih mampu bertahan saat satu atau dua sektor sedang jatuh. Dikatakannya, diversifikasi bukan hanya soal proteksi, tapi juga soal kesempatan tumbuh di berbagai kondisi ekonomi.

4Pemahaman terhadap siklus pasar

Pasar saham bergerak dalam siklus, ada masa bullish (naik) dan bearish (turun). Menyadari bahwa penurunan adalah bagian alami dari siklus pasar membantu kita bersikap lebih rasional.

Bukan tak pernah harga saham terkoreksi tajam selama satu dekade terakhir. Namun, seperti yang terlihat saat ini bahwa pasar selalu pulih dan bahkan mencetak rekor baru. Pemahaman ini membantu kita melihat penurunan bukan sebagai bencana, tapi sebagai peluang.

5. Pendamping keuangan yang terpercaya

Ini tak kalah penting bagi seorang investor. Memiliki pendamping keuangan atau penasihat bisa membantu kita tetap objektif. Penasihat atau perencana keuangan yang kompeten bisa menjadi suara kedua yang dapat menyeimbangkan keputusan kita. 

“Mereka bisa membantu kita mengevaluasi portofolio secara berkala, menyesuaikan strategi, dan menjaga agar kita tetap berada di jalur tujuan keuangan jangka panjang,” ujar Pintor.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Delfi Rismayeti
Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper