Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyerapan Gabah di Sumsel Hingga April Sudah 81.000 Ton

Perum Bulog Wilayah Sumsel dan Babel mencatat penyerapan gabah dari petani mencapai 81.000 ton hingga April 2025.
Petani melakukan penyemprotan anti hama terhadap tanaman padi yang baru ditanama di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Kamis (3/10/2024). Bisnis/Paulus Tandi Bone
Petani melakukan penyemprotan anti hama terhadap tanaman padi yang baru ditanama di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Kamis (3/10/2024). Bisnis/Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, PALEMBANG — Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) mencatat penyerapan gabah dari hasil produksi petani hingga April 2025 telah mencapai 81.000 ton. 

Pimpinan Perum Bulog Wilayah Sumsel dan Babel Heriswan mengatakan realisasi penyerapan Bulog di tahun ini meningkat signifikan dibanding beberapa tahun sebelumnya. Seperti pada 2022 dan 2023, penyerapan di periode yang sama mencapai 15.000 ton, sedangkan pada 2024 lalu penyerapan sekitar 31.000 ton. 

“Tahun ini, baru sampai bulan April kita sudah menyerap sampai 81.000 ton,” kata dia, Jumat (2/5/2025). 

Menurutnya, tingginya pelaksanaan penyerapan hasil gabah petani ini sejalan dengan perubahan cara penyerapan yang saat ini menggunakan sistem jemput bola. 

Langkah itu dilakukan sejalan dengan target pemerintah pusat untuk melakukan seluruh hasil panen petani dengan kualitas apapun dan harga yang tinggi sebesar Rp6.500 per kilogram. 

Oleh karena itu, Heriswan menegaskan, bahwa jumlah penyerapan masih akan bertambah selama masa panen di Sumsel masih berlangsung.“Jadi meskipun kapasitas gudang milik Bulog penuh tidak menghambat untuk melakukan penyerapan. Kita akan tetap menyerap selagi masih ada hasil panennya,” ujar Heriswan. 

Adapun untuk menambah kebutuhan daya tampung penyimpanan gabah dan beras dari para petani, sampai saat ini pihaknya telah melakukan kerjasama dengan lima mitra yang menyediakan gudang tambahan. Heriswan menyebut untuk rata-rata penyerapan gabah di Sumsel per harinya bisa mencapai 2.200 hingga 2.800 ton.

Sedangkan untuk wilayah penghasil terbesar di Sumsel meliputi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir. Kemudian yang masih melakukan penyerapan sampai sekarang yaitu Ogan Komering Ulu, Lahat dan Lubuk Linggau.“Dari hasil di Sumsel, kita kirim juga ke wilayah lain seperti Jambi, Riau, Bengkulu dalam rangka pemerataan stok di wilayah-wilayah yang bukan penghasil,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper