Bisnis.com, PADANG - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatra Barat menyebutkan kebijakan pemerintah pusat menurunkan tarif tiket pesawat domestik pada momen liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024 sebesar 10% sebuah langkah yang baik.
Baca Juga
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumbar M. Abdul Majid Ikram mengatakan dari kebijakan tersebut akan banyak dampak yang akan dirasakan di daerah, terutama untuk sektor pariwisata.
"Kebijakan itu suatu hal yang baik dan mudah-mudahan dilaksanakan oleh seluruh maskapai untuk semua jalur domestik. Harapannya, dapat meningkatkan tingkat keterisian pesawat, dan wisatawan pun bisa dengan senang berkunjung ke daerah tujuan, seperti ke Sumbar," katanya, Jumat (29/11/2024).
Majid menyampaikan penurunan tarif tiket pesawat itu seyogyanya dapat ditangkap sebagai peluang oleh pemerintah daerah dan pelaku usaha khususnya perhotelan, restoran dan toko-toko suvenir.
"Jika pemda bersama pelaku usaha dapat duduk bareng memikirkan ide bulan Great Sales for Nataru Fest, maka akan meningkatkan belanja para pelancong udara. Pemda harus bergerak cekatan dan kreatif," tegasnya.
Dia menegaskan kebijakan tersebut sebuah peluang yang bagus dan momen pemerintah daerah menarik wisatawan beramai-ramai datang ke Sumbar, dan sangat disayangkan apabila kesempatan itu malah tidak disambut dengan ide-ide yang jitu.
"Bicara soal destinasi wisata dan keunikan budaya di Sumbar ini, seharusnya bisa menyamai kunjungan wisatawan di Bali dan Jogja. Jadi kuncinya pemerintah daerah di Sumbar harus gerak cepat dan perlu didukung ide-ide yang kreatif," sebutnya.
Di satu sisi, Majid mengatakan sebelum adanya kebijakan penurunan tarif tiket pesawat itu, ada kekhawatiran inflasi terjadi di Sumbar, dan menjadi catatan penutupan tahun yang kurang menggembirakan.
Namun melihat adanya kebijakan tersebut, kekhawatiran sebelumnya itu akhirnya tertutupi, dan untuk memanfaatkan kesempatan itu, memang harus bergerak cepat pemerintah daerah bersama pelaku usahanya.
"Terkait inflasi, tentunya akan menyumbang deflasi dan akan meningkatkan daya beli, karena turunnya 10% biaya tersebut akan dapat digunakan untuk konsumsi lainnya," jelas Majid.
Soal tingkat pengisian seat maskapai, Majid menyebutkan kebijakan tersebut bisa melihat, apakah tingkat pengisian seat meningkat atau tidak. Jika tidak naik, maka seluruh jalur ke Padang perlu dikaji, apakah masih menarik minat wisatawan atau tidak.
"Saya rasa, pada saat tingkat seat naik menuju 90%, maskapai akan berfikir untuk mempertahankan diskon 10%, dan ini kan hukum pasar," tegasnya.
Sebelumnya, Dinas Pariwisata Sumbar menyampaikan kebijakan pemerintah pusat menurunkan tarif tiket pesawat domestik sebesar 10% terhitung 19 Desember 2024 diperkirakan akan berdampak positif pada kunjungan wisatawan ke Provinsi Sumbar.
Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Luhur Budianda mengatakan kebijakan Presiden Prabowo tersebut sangat berdampak baik bagi pariwisata di daerah terutama di Sumbar, dimana pada momen Nataru 2024 biasanya harga tiket pesawat tujuan Padang naik cukup tinggi.
"Kunjungan wisatawan ke Sumbar ini banyak dari pintu Bandara Internasional Minangkabau (BIM), baik itu wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Kalau jalur darat itu, wisatawan Riau, Jambi, Bengkulu, dan Medan," katanya.
Budi menyampaikan untuk menyambut wisatawan yang akan berlibur Nataru di Sumbar, sejumlah destinasi telah dipersiapkan dengan baik. Mulai dari destinasi yang telah populer, hingga destinasi minat khusus seperti berwisata ke desa wisata-desa wisata yang ada di Sumbar.
Kabar baiknya lagi, pada liburan Nataru nanti seluruh akses jalan yang dulunya dalam perbaikan yang terdampak bencana alam, kini sudah bisa dilalui dengan nyaman. Untuk diketahui, Dispar Sumbar menargetkan kunjungan wisatawan ke Sumbar sepanjang tahun 2024 sebesar 13,5 juta orang.
Sementara untuk kondisi jumlah pergerakan
Dispar berharap adanya dukungan dari semua pihak baik itu instansi terkait maupun masyarakat untuk meningkatkan pariwisata, sehingga target 13,5 juta wisatawan datang ke Sumbar pada tahun 2024 ini bisa tercapai.
Budi menjelaskan dari 10 juta wisatawan itu didominasi wisatawan