Bisnis.com, PEKANBARU - Manajemen Pertamina Hulu Rokan (PHR) menjadi pembicara dalam kuliah umum Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) di Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI).
Dalam kuliah yang bertajuk Ketahanan Energi Indonesia, Vice President (VP) Information Technology (IT) PHR Triatmojo Rosewanto mengajak mahasiswa memahami tranformasi digital di industri migas saat ini.
Mengelola teknologi digital perusahaan penyumbang 25 persen minyak domestik yang menjadi tulang punggung ketahanan energi nasional, bukanlah perkara mudah. PHR saat ini adalah produsen minyak terbesar dengan produksi rata-rata 160 ribu bopd. Dengan lokasi operasional yang memiliki 84 lapangan dan dilengkapi 12 ribu sumur aktif serta luas wilayah kerja 6.200 KM2 di 7 kabupaten/ kota di Riau. Daerah seluas itu harus termonitor dengan baik sehingga berbagai tantangan dan kendala bisa dihadapi dengan pendekatan solutif.
Untuk terus mampu meningkatkan produksi, transformasi digital sangat diperlukan. Digitalisasi di industri migas membuat seluruh kegiatan operasional terintegrasi serta dapat dipantau melalui sistem terpusat.
“Segala bentuk operasi minyak di WK Rokan sudah terdigitalisasi, baik di atas permukaan (surface) maupun di bawah permukaan (subsurface). Pekerjaan ini menghasilkan data yang sangat banyak sehingga harus dikelola dengan baik dan dipakai untuk analisa operasi,” ucapnya, dihadapan 2.500 mahasiswa baru, Kamis (19/9/2024).
Beberapa transformasi digital mendukung keandalan dan peningkatan produksi di PHR antar lain kehadiran Digital & Innovation Center (DICE), sebuah pusat kendali operasional dan big data untuk memantau kegiatan secara real time. DICE berperan penting dalam mendukung pengambilan keputusan yang cepat dan tepat.
“Bayangkan bagaimana mengelola ribuan sumur? Sudah bukan zamannya lagi untuk berinteraksi dengan manual. Dengan solusi digital dan berbagai aplikasi yang menunjangnya, DICE menjadi ruang istimewa yang mampu menampilkan data dan informasi dalam bentuk digital dashboard secara real time, guna memantau aktivitas operasional, sehingga dapat mendukung lintas tim mengambil keputusan yang cepat dan tepat,” katanya.
PHR juga memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dalam operasi seperti: untuk pengaturan jadwal perawatan ulang (workover) sumur secara otomatis, perencanaan pergerakan rig yang lebih optimal dan efisien, identifikasi kinerja pompa yang sudah tidak optimal, analisa dan pengukuran aliran minyak agar produksi optimal.
Salah satunya, Artificial Intelligence dapat membantu menurunkan kehilangan produksi (Loss of Production). Kecerdasan buatan ini dapat memprediksi performa produksi pompa tanpa perlu melakukan pengukuran sumur (well test) secara fisik.
“Dengan mempelajari data historis pompa dan produksi yang telah ada. Artificial Intelligence dapat memprediksi data produksi dengan tingkat akurat sehingga deteksi dini kegagalan pompa bisa didapat lebih cepat,” jelasnya.
Tidak hanya meningkatkan keandalan produksi, penerapan Artificial Intelligence juga membantu aktivitas lapangan memantau penerapan aspek keselamatan pekerja saat bekerja. Solusi digital Artificial Intelligence (AI) dalam CCTV melakukan fungsi pengawasan otomatis melalui CCTV yang tersebar di Rig, dan segera menginformasikan perilaku tidak selamat," katanya.