Bisnis.com, PEKANBARU — Riau memiliki banyak sumur migas berusia tua hingga lebih dari 70 tahun. Karena sudah lama dikuras, tentu minyak yang dihasilkan juga tidaklah terlalu memuaskan.
Meski demikian, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang ada di Riau, tetap memenuhi komitmennya sebagai pengelola lapangan tua agar produkti migas terus mengalir. Hingga hasilnya tetap terasa dan bisa mendorong kemajuan, serta masa depan bangsa dan negara.
Salah satu KKKS yang mengelola lapangan migas tua di Bumi Melayu Lancang Kuning adalah PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Siak, yang mengelola Blok Siak sejak 2014 silam.
PHE Siak secara administratif beroperasi di lima kabupaten Riau yaitu Rokan Hilir, Rokan Hulu, Kampar, Siak, dan Bengkalis. Serta sebagian wilayah Sumatra Utara. Saat ini PHE Siak mengelola 2 lapangan aktif yaitu Lapangan Lindai di Kampar, dan Lapangan Batang di Rokan Hilir. PHE Siak juga telah melakukan eksplorasi di Rokan Hulu melalui Lapangan Kumis-2 dan Kotalama-3.
PHE Siak mengelola blok ini selama 20 tahun yaitu periode 2014 sampai 2034, dengan luas wilayah 2.484 km2 dan empat lapangan migas aktif. Sumur paling banyak di Batang sebanyak 92 sumur, disusul Lindai 30 sumur, Meso sebanyak 8 sumur, dan Kumis sebanyak 1 sumur. Sedangkan jumlah stasiun pengumpul sebanyak 2 titik yaitu GS Batang dan GS Lindai.
Tahun ini PHE Siak menargetkan rata-rata produksi harian mencapai 1.737 Bopd dan hingga kini realisasi YTD Juli 2022 sudah mencapai 1.450 Bopd.
Supervisor Facility Production PHE Siak, Ferdyan Ihza Akbar menjelaskan memang dari proses produksi yang berjalan saat ini pihaknya menemui sejumlah kendala di lapangan.
"Dari target tahun ini 1.737 Bopd, untuk realisasi kami sampai Juli 2022 itu rerata sebesar 1.450 Bopd dari empat lokasi field Batang, Lindai, Kumis, dan Menggala South (unitisasi dioperasikan oleh PHR)" ujarnya baru-baru ini.
Ferdyan menyebutkan ada sejumlah kendala yang dihadapi pihaknya dalam proses produksi, diantaranya masih belum tuntasnya pengeboran sumur pengembangan di tiga lokasi yakni Sumur Batang 94, Lindai 31 dan Lindai 32.
Pihaknya meyakini dengan tuntasnya proses pengembangan di tiga sumur tersebut, akan mampu mendongkrak produksi sekaligus mencapai target tahunan yang sudah ditetapkan perseroan.
Selain itu juga dilakukan sejumlah upaya untuk meningkatkan produksi dari sumur eksisting, di antaranya perawatan sumur atau well service program, huff & puff atau injeksi uap ke sumur, hingga optimalisasi penggunaan pompa PCP (Progressive Cavity Pump) pada sumur yang mengalami kepasiran.
"Dengan sejumlah upaya tadi kami yakin produksi PHE Siak akan mencapai target dan proses operasi di lapangan berjalan dengan lancar," ujarnya.
Sebelumnya PHE Siak telah resmi beroperasi usai penyerahan tiga lapangan dilakukan di Lapangan Lindai tepat pukul 00.00 WIB, Rabu, 28 Mei 2014. Penyerahan lapangan dimulai dengan "Penyerahan Tiket", Penyerahan Kunci dan Buku Panduan SOP serta dibukanya papan nama lokasi Stasiun Pengumpul Lindai oleh President Director PHE kala itu, M. Husen.
Setelah pembahasan selama 6 bulan akhirnya Blok Siak yang berlokasi di Provinsi Riau ini telah resmi diambilalih pengelolaannya oleh PHE Siak.
Produksi dari Blok Siak pada saat serah terima 2014 lalu mencapai kisaran 1.800 BOPD. Dengan menguasai 100 persen Blok Siak yang terdiri dari Lapangan Lindai, Lapangan Batang dan Lapangan South Menggala diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam penambahan produksi PHE dan Pertamina
Selama masa transisi, operator sebelumnya telah menunjukkan komitmen tinggi dalam menjaga keberlangsungan operasi produksi selama enam bulan masa transisi sejak 27 November 2013 hingga 27 Mei 2014.
Tidak hanya di Blok Siak, upaya Pertamina dalam mendongkrak produksi dari sumur migas tua juga berlangsung di PT Pertamina Hulu Rokan Regional 1 Zona 1 Field Lirik & Kampar. Di sini perseroan berhasil menjaga produktivitas sumur tua di dua lapangan migas Blok Lirik dan Blok Kampar sehingga secara kumulatif setiap harinya bisa menghasilkan minyak mentah sekitar 2.300 Bopd.
Pejabat Sementara (Pjs) Manager Lirik & Kampar Field, Kemas Ghazali menjelaskan untuk menjaga produksi migas dari lapangan tua perlu upaya seperti perawatan sumur, optimasi kapasitas pompa, kerja ulang pindah lapisan dan stimulasi, serta diperlukan juga menjaga kehandalan fasilitas produksi dan power supply secara berkelanjutan.
"Saat ini untuk blok Lirik angka produksi rata-rata per harinya yaitu sekitar 1.450 bopd dan blok Kampar sekitar 910 Bopd, sehingga rata-rata produksi dari 2 blok lapangan migas tersebut bisa mencapai angka di atas 2.300 Bopd," ujarnya.
Saat ini blok Lirik mengelola 108 sumur produksi minyak dan 55 sumur injeksi dari 368 sumur yang sudah dibor, kemudian untuk blok Kampar kami mengelola 101 sumur produksi minyak, 1 sumur produksi gas, 26 sumur injeksi dari 381 sumur yang sudah dibor.
Menurut Kemas, ada sejumlah kendala yang kerap dihadapi pihaknya dalam mengelola lapangan migas yang sudah beroperasi sejak 1950-an tersebut di antaranya adalah kondisi sumur minyak, fasilitas tangki dan pipa yang sudah berusia tua, sehingga perlu perawatan dan inspeksi secara rutin.
Kendala lainnya yang umum terjadi adalah gangguan pada jaringan listrik yang menyebabkan unplanned shutdown di fasilitas produksi. Guna mengantisipasi hal tersebut sejumlah langkah preventive maintenance juga rutin dilakukan.
Rencana pemeliharaan faisilitas dalam mengelola sumur tua juga telah dituangkan dalam rencana kerja tahunan dan rencana kerja material. Selain itu kami juga melakukan pembersihan jaringan perpipaan dan jaringan listrik dari semak belukar untuk menghindari terjadinya unplanned shutdown.
"Ke depannya kami akan terus meningkatkan produksi dengan cara optimasi pompa atau gross up kapasitas sumur yang ada, misalnya dengan penerapan ESP, HPU long stroke, upaya lainnya adalah kami akan mengkampanyekan program Kerja Ulang Pindah Lapisan (KUPL), untuk meproduksikan minyak dari lapisan-lapisan baru, sehingga dengan upaya itu kami berharap secara gross produksi akan naik dan tentunya selaras dengan naiknya net crude oil dari 2 blok migas ini," ujarnya.
Dukungan Pihak Terkait
Pemerintah Provinsi Riau menyatakan ikut mendukung berbagai upaya yang dilakukan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) blok migas yang ada di wilayah itu guna terus meningkatkan angka produksi termasuk dari sumur-sumur tua yang masih terus menghasilkan minyak.
Gubernur Riau Syamsuar menjelaskan saat ini produksi migas dari wilayah Riau memang mengalami peningkatan. "Tentu kami punya harapan besar kepada KKKS karena kami juga ingin agar produksi migas Riau semakin besar kedepannya, sesuai dengan dorongan pemerintah pusat mulai dari Presiden, Menteri ESDM, dan SKK Migas," ujarnya beberapa waktu lalu.
Data SKK Migas Sumbagut mencatat produksi migas di wilayah itu sampai akhir Agustus 2022 sebesar 616.000 Bopd untuk Sumbagut, dan Riau menyumbang sebesar 203.000 Bopd, atau naik dari sebelumnya yang masih di angka 199.000 Bopd.
Syamsuar mengatakan Provinsi Riau sempat menjadi daerah penyumbang produksi migas terbesar di Tanah Air dulunya, dan hingga kini ada banyak perusahaan migas yang beroperasi di Bumi Lancang Kuning.
Baca Juga : Usaha Pertamina Kembalikan Kejayaan Blok Rokan |
---|
Oleh karena itu Riau juga telah sejak lama bergantung dengan dana bagi hasil (DBH) migas yang disalurkan pemerintah pusat, namun bergantung kepada besarnya hasil produksi yang diperoleh kontraktor. Kondisi itulah yang mendorong pemda menjalankan komitmennya untuk mendukung KKKS guna terus melakukan ekplorasi dan ekploitasi, sehingga harapan semua pihak untuk meraih target produksi minyak 1 juta barel perhari pada 2030 dapat tercapai.
"Kalau produksi menurun tentu DBH ke daerah akan menurun. Jadi kami berharap kepada semua KKKS agar terus melakukan berbagai upaya seperti pemanfaatan teknologi terbaru dan juga tentunya merealisasikan investasinya untuk eksplorasi lapangan migas baru sehingga bisa mencapai target peningkatan produksi 1 juta bopd ke depannya," ujarnya.
Sementara itu Kepala Dinas ESDM Riau, Evarefita menjelaskan memang secara alami terjadi penurunan produksi migas di semua lapangan yakni sekitar 5-10 persen pertahun.
"Pemda Riau dan kami Dinas ESDM tentu sangat mendukung upaya-upaya dari KKKS untuk meningkatkan angka produksi hulu migas. Dukungan itu berupa upaya fasilitas perusahaan dengan pemda serta pihak terkait apabila terjadi hambatan dan tantangan terkait aturan di lapangan yang tidak dapat terselesaikan," ujarnya.
Pihaknya juga melakukan pengawasan dengan rutin meminta laporan berkala, serta melakukan komunikasi intens dengan stakeholder seperti perusahaan KKKS dan tentunya SKK Migas yang menaungi para kontraktor.
Dengan upaya itu diharapkan target KKKS untuk mendorong produksi tidak menghadapi hambatan dan kendala yang berarti, dan memang hingga kini operasional perusahaan migas di Riau telah berjalan dengan lancar.
"Itulah bentuk effort kami, dan kami berkomitmen terus membantu proses kelancaran produksi migas Riau, agar pendapatan negara dan daerah dari hulu migas bisa mencapai target."
Kepala SKK Migas Sumbagut Rikky Rahmat Firdaus mengatakan pihaknya terus berkomitmen mendorong peningkatan produksi migas termasuk di Provinsi Riau.
"Kami akan terus mendorong peningkatan produksi migas, salah satunya dengan berkoordinasi dengan pemda agar dapat memperlancar perizinan daerah sehingga tidak ada kendala dari sisi regulasi. Sedangkan di sisi fasilitas produksi juga tidak ada insiden berat dalam operasional dan pengembangan lapangan migas," ujarnya.
Pada tahun ini, SKK Migas Sumbagut akan terus mendukung target nasional, dimana realisasi pengeboran 580 sumur di Sumbagut akan terus digesa, sehingga target produksi minyak nasional sebesar 1 juta bopd dan gas sebesar 12 bscfd pada 2030 mendatang masih on the track.